Retret Penyembuhan Luka Batin ( 26 – 28 Juli
2002)
(Click here for the photos)
PERKENALAN
Diawali dengan session perkenalan oleh Bapak
Roy dan Ibu Winni retret penyembuhan
luka
batin ini berjalan dengan luar biasa.
Kuasa
Tuhan dicurahkan melalui hamba-hambaNya
yang
dengan iman ke-katolikan yang luar
biasa
indahnya.
Bapak Roy dan Ibu Winni adalah pewarta kabar
baik yang diundang dari Jakarta, mereka
adalah
sepasang suami istri yang telah memberikan
hidup mereka secara total (full timer)
untuk
melayani Tuhan. Mereka juga mendirikan
Pusat
Pelayanan Konseling di Jakarta.
Session perkenalan membuat semua peserta
merasa semakin akrab dengan team yang
melayani.
Diceritakan kisah hidup beliau berdua
sampai
akhirnya mereka mau meletakkan segala
apa
yang mereka miliki untuk melayani Tuhan. Ya, beliau memberi contoh atas apa yang telah
dilakukan maria pada kitab Lukas 10:38-42,
mencari bagian yang terbaik yang tidak
akan
diambil dari mereka.
PERUMPAMAAN
Seperti yang dilakukan Yesus sewaktu mengajar
para muridnya, Pak Roy dan Ibu Winny
memberikan
banyak perumpamaan bahkan dalam bentuk permainan
permainan.
Seperti, permainan domba dan gembala. Dimana
setiap peserta diminta untuk mencari
pasangan,
setelah itu seorang memerankan gembala
dan
seorang lagi memerankan domba. Mata
sang
domba ditutup dengan kain, mengibaratkan
tentang diri kita di dunia ini yang
buta
akan tipu daya dunia. Sang gembala
harus
membawa si domba berkeliling, naik
turun
tangga.
Setelah selesai peserta di tanya, siapa tadi
yang memegang atau mencoba mencari
pegangan,
banyak tangan terangkat. Beliau mengatakan
seperti itulah hidup kita didunia ini,
berusaha
mencari pegangan padahal kita telah
memiliki
Gembala yang terbaik, yaitu Yesus Kristus.
Tapi kadang kala kita mudah menjadi
tidak
percaya dan mencoba mencari pegangan
hidup
sendiri.
Juga permainan lain yaitu setiap pasangan
diminta untuk memakai sepatu pasangannya.
Terkesan lucu, apalagi sewaktu melihat
suami
istri bertukaran sepatu. Hikmah yang
diambil
dari permainan ini adalah, tidak enak
memang
masuk ke dalam “sepatu” orang lain.
Tetapi
sering kita memaksa orang lain untuk
menjadi
seperti apa yang kita inginkan, memaksa
orang
lain untuk masuk ke dalam “sepatu”
kita.
Tapi Yesus, mau masuk ke dalam “sepatu” kita
dengan rela walaupun dengan segala
kesakitan
yang Ia alami, Yesus mau masuk ke dalam
hidup
kita, mau mati bagi kita. Seperti apa
yang
tertulis pada kitab Yesaya 53:3-6 (“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang
penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan; ia sangat dihina, sehingga
orang
menutup mukanya terhadap dia dan bagi
kitapun
dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang
dia tanggung, dan kesengsaraan kita
yang
dipikulnya,….”)
HATI BAPA vs LUKA BATIN
Pada dasarnya Allah memiliki suatu kepribadian
yang sempurna. Mengasihi, Peduli, baik,
murah
hati, selalu mengampuni, menerima kita
apa
adanya dan selalu menyertai.
Tetapi, kadang kita sering menganggap bahwa
Allah itu tidak perduli, pilih kasih,
kikir,
kejam, senang kepada kita kalau kita
berbuat
baik, sulit memaafkan atau bahkan Allah
tidak
ada pada saat kita membutuhkanNya.
Mengapa demikian ? Ini disebabkan karena hubungan inter-personal antara kita
dan Allah yang kurang sehat selama
perkembangan
hidup kita (kita jarang berdoa, jarang membaca firman,
dsb). Hubungan yang tidak sehat ini
menyebabkan
kita sering menerima respon respon
atau konsep
maupun persepsi yang salah tentang
pribadi
Allah.
Beliau memberikan banyak kesaksian kesaksian
yang mereka alami dalam pelayanan mereka
yang menunjukkan betapa kita, manusia
begitu
lemah dan gampang sekali terluka karena
kepahitan
hidup yang kita alami sepanjang kehidupan
kita.
Ada yang terluka dengan sosok ayah, ibu,
teman, pekerjaan, trauma dan sebagainya.
Mengambil dari Lukas 12 : 13 – 35, tentang
perjalanan 2 murid di Emaus. Beliau menjelaskan
tentang penyembuhan batin yang Yesus lakukan. Kalau kita baca ayat diatas, diceritakan
bahwa kedua murid tersebut sedang mengalami
kepenatan, kebingungan dan kekecewaan
karena
Yesus mati di salib. Yesus yang diharapkan
untuk menjadi penyelamat, menjadi Raja,
mati
dikayu salib yang notabene suatu kehinaan
pada jaman itu. Ya, kedua murid tersebut terluka batinnya
dengan kekecewaan, seperti perasaan
dikhianati.
Mereka sedih, kecewa dan bingung.
Tertulis bahwa tiba tiba, Yesus datang dan
berjalan bersama mereka. Dan Yesus
bertanya
kepada mereka apa yang mereka bicarakan,
apa yang mereka risaukan. Padahal Dia
Yesus,
yang sedang dibicarakan mereka. Pastilah
Ia tau apa yang tengah mereka bicarakan.
Ini menunjukkan 2 hal yaitu, Yesus selalu
ada bersama kita seperti janjinya,
tetapi
kita sering tidak sadar akan kehadiranNya
karena batin kita terluka dan membuat
kita
terbelenggu. Melalui perikop ini Yesus juga mengajarkan
bahwa walaupun Ia adalah Allah yang
maha
tahu, Ia ingin kita menceritakan semua
masalah,
luka, kesedihan, kepedihan kita kepadaNya.
Untuk apa ? agar kita disembuhkan. Ini sebabnya kadang kita merasa lega kalau
kita sudah menceritakan masalah kita
kepada
teman, saudara, atau orang terdekat
kita
bukan ? apalagi kalau kita ceritakan kepada Yesus,
sang penyembuh.
PENGAMPUNAN
Dalam session ini beliau menjelaskan tentang
sikap biblis yang dapat dilakukan dalam
penyembuhan
bathin.
Hadapi masalahmu
Akui betapa sakitnya, marahnya, kecewanya
kepada diri sendiri atau kepada orang
lain.
Seperti yang tertulis pada kitab Yakobus
5 : 16.
Terima tanggung jawabmu dalam perkara
ini
Tidak ada alasan untuk melepaskan tanggung
jawab. Salah tetap salah, jangan mencari
kambing hitam. (1 Yoh 1 : 8-9)
Tanya pada diri sendiri apakah saya sungguh
mau sembuh
Why ? karena kadangkala ada orang yang “senang”
sakit karena mendapat perhatian atau
simpati
dari orang sekitarnya.
Ampuni Setiap orang yang terlibat dalam masalah
itu
Ampuni dirimu sendiri
Terima dirimu yang tidak sempurna, yang juga
bisa keliru.
Minta Roh Kudus menunjukkan apa sesungguhnya
yang menjadi masalahku.
Berdoa kepada Roh Kudus. Kadang Roh kudus
juga bisa memakai perpanjangan tangan
dari
konselor untuk membuka luka luka hati.
Dengan bantuan Romo Martin, pada sabtu malam
peserta diajak menikmati hadirat Allah
yang
indah. Monstran dengan ukuran yang
kecil
tetap dapat membawa setiap peserta
merasakan
kasih Tuhan yang begitu besar. Kasih
yang
melampaui batas pikiran manusia, kasih
yang
mengampuni. Terdengar tangisan dari
beberapa
peserta pada saat kami bersama sama
menyembah
Allah.
Acara ditutup dengan silensium, dilanjutkan
dengan pengakuan dosa dan konseling.
Setiap
peserta diajak untuk merenungkan dan
membuat
surat cinta kepada Tuhan, segala pengharapan,
segala suka dan duka semua ditumpahkan
ke
dalam surat tersebut.
Tak lama, terlihat banyak dari peserta yang
berduyun-duyun untuk mengakukan dosa
dalam
sakramen pengakuan dosa yang dibawakan
oleh
Romo Martin. Selain itu juga terlihat
beberapa
peserta juga melakukan konseling dengan
tante-tante
team yang melayani.
Malam itu, Kasih Tuhan telah mengalir dalam
setiap hati umatNya yang hadir. Kasih
yang
sempurna dari Bapa kita yang sempurna.
PENCURAHAN ROH KUDUS
Melengkapi hadirat Tuhan, pada keesokkan
harinya Pak Roy dan Ibu Winni beserta
team
melanjutkan session dengan mendoakan
semua
peserta yang hadir. Setiap peserta di doakan secara khusus satu
persatu.
Kuasa Tuhan kembali mengalir. Terlihat betapa begitu banyak anak-anakNya
merasakan jamahanNya, mereka menangis,
‘resting
in the spirit’ dan bernyanyi menyembah
Tuhan.
EFESUS 3 : 14-21
Ditutup dengan ayat diatas, Pak Roy mengajarkan
bahwa hanya Yesus yang bisa mengampuni
1
kali secara utuh, sedangkan manusia
tidaklah
bisa hanya dengan 1 kali dapat mengampuni
secara sempurna. Kita, manusia membutuhkan waktu untuk mengampuni.
Tujuh puluh kali tujuh kali, demikan
yang
dikatakan Yesus. Ya, hanya dengan berharap kepada Tuhan dan
bertekun didalamNya, kita semua dapat
menemukan
suatu kesembuhan yang sempurna.
Kita butuh untuk berulang-ulang membuka kembali,
mengingat kembali kepahitan kita, rasakan
kepedihannya kemudian kita obati dengan
obat
yang tepat. Mengampuni dalam nama Yesus, mengasihi dalam
nama Yesus. Mungkin kita sebagai manusia tidak bisa,
terasa berat untuk mengampuni, tapi
dalam
kuasa nama Yesus, kita harus terus
berharap
akan suatu pemulihan karena hanya Dialah
sang penyembuh yang sejati.
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih
banyak daripada yang kita doakan dan
pikirkan,
seperti yang ternyata dari kuasa yang
bekerja
di dalam kita.
Bagi dialah kemuliaan di dalam jemaat dan
di dalam Kristus Yesus turun temurun sampai
selama-lamanya.
Tuhan memberkati.
|