“KERUKUNAN DALAM KELUARGA“
Oleh Romo J.Widayaka CM, Lic.Ed.
Hidup Beriman Katolik. Saya mengajak anda sekalian merenungkan
lebih dalam dan jujur perjalanan kehidupan
iman sebagai orang Katolik di tengah
masyarakat
modern ini. Saya memberikan pertanyaan-pertanyaan
penuntun untuk memikirkan hal ini,
“Banggakah anda menjadi orang Katolik?”, “Apakah
yang kalian rasakan manfaatnya dalam
hidup
sehari-hari menjadi Katolik?, “Sikap
dan
tingkah laku manakah yang kalian rasakan
perubahannya setelah menjadi Katolik?”.
Kiranya masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan kepada kalian untuk
memahami
perjalanan hidup beragama dan beriman
Katolik,
khususnya dewasa ini dalam masyarakat
yang
pluriform ini. Mungkin sekali kalian
tidak
pernah berpikir lebih mendalam mengenai
hal-hal
tersebut di atas. Setiap hari kalian
menjalankan
tugas dan kewajiban sehari-hari secara
rutin.
Pertanyaan-pertanyaan di atas mengajak kita
berpikir lebih jauh dan mendasar : 1.Apakah
kalau saya dibaptis dan resmi menjadi Katolik,
hal itu dengan sendirinya saya beriman Katolik? 2.Apakah orang beragama itu selalu berarti
juga beriman ? 3.Apakah beragama tidak
sama
dengan beriman?
Dalam kenyataan hidup sehari-hari di masyarakat
dewasa ini, tampaknya ada perbedaan
cukup
besar antara hidup beragama dengan hidup beriman. Hidup beragama lebih menekankan segi formalitas, kewajiban-kewajiban
dan peraturan-perturan yang diberikan
oleh
agama tersebut tanpa perlu dipahami
artinya
terdalam dan manfaatnya bagi perkembangan
hidup rohani seseorang. Karena itu
bila orang
beragama demikian, maka biasanya orang
tersebut
bersikap pasif dan acuh tak acuh, munafik, sok benar,
tertutup, hanya memanfaatkan agama
untuk
kepentingan diri, tidak kuat komitmennya,
tidak memiliki prinsip hidup yang mendalam,
fanatik sempit, mudah diombang-ambingkan.
Di dalam masyarakat modern ini orang
tersebut
tenggelam di masyarakat luas, merasa
minder
dan oportunis.
Sedangkan hidup beriman lebih menekankan segi penghayatannya. Karena itu bagi orang yang beriman lebih
penting adalah pengalaman
| |
rohani, yaitu relasi kasih dengan Tuhan. Orang beriman akan selalu bertanya, “Bagaimana selama ini pengalamanku akan kehadiran
Tuhan dalam kehidupanku sehari-hari?”
“Bagaiamana
kehadiran Tuhan dapat kurasakan dalam
hidupku
sehari-hari, sehingga aku perasa hidupku
penuh gairah, harapan, kuat, tabah
dan tidak
mudah putus asa, bahkan bahagia, damai,
pasrah,
dan selalu bersyukur atas apa saja
yang boleh
saya alami dalam hidup ini?” Kehadiran Allah tampak dalam semangat hidup,
cara orang memandang kehidupan itu,
tingkah
laku dan pergaulannya sehari-hari dengan
sesama. Benarkah semuanya ini kita
alami
dalam kehidupan? Hanya kalian secara
pribadi
dapat menjawab pertanyaan itu.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa kita
kepada suatu persoalan dasar, yaitu
iman harus menjadi dasar hidup orang kristiani. Iman bukan berada di samping kehidupan manusia
sehari-hari. Bagaimana pun sibuk dan
banyak
permasalahan yang kita hadapi, kita
tidak
dapat mengabaikan kehidupan iman, bahkan
iman harus menjadi dasar dan terang
atas
segala permasalahan yang kita hadapi
dalam
kehidupan ini.
Kehidupan iman sangat erat kaitannya dengan
perkembangan kehidupan rohani seseorang.
Yang dimaksudkan dengan perkembangan
rohani
adalah bagaimana saya secara pribadi
memelihara
hubungan/komunikasi dengan Tuhan dalam
hidupku
sehari-hari. Relasi dengan Tuhan tidak
cukup
dilakukan secara formal dan ritual,
tetapi
harus secara pribadi. Menurut agama
Katolik
hubungan pribadi dengan Tuhan dapat
dipelihara
dan berkembang melalui Sabda dan Ekaristi. Kedua unsur ini sangat fundamental bagi
perkembangn iman seseorang, karena
Tuhan
hadir dalam pribadi Kristus yang kita
jumpai
dalam Sabda dan Kurban Salib, yang kita rayakan setiap kali dalam perayaan
Ekaristi Suci. Sebenarnya kehidupan
rohani
seorang kristiani bersumber pada kematian dan kebangkitan Kristus yang kita rayakan dalam Ibadat Ekaristi
Suci.
Apakah yang menyebabkan iman dan kehidupan
rohani seseorang tidak dapat berkembang
baik?
Alasan yang utama karena kita mudah
sekali
jatuh ke dalam rutinitas hidup. Kita mudah sekali tenggelam dalam berbagai
kegiatan di pekerjaan, keluarga dan
masyarakat.
Kehidupan semacam itu tidak jarang
menimbulkan
dalam diri kita kecemasan,
|