KARISMATIK KATOLIK INDONESIA HOLY SPIRIT
Room 0302, 3rd Floor, Holy Spirit Church, 248 Upper Thomson Road, Singapore 574371

APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI

EDISI 12 Maret 2003

1. Dalam pendampingan anak perlu dikembangkan sikap kritis dan kreatip. Anak dirangsang untuk bertanya, tidak hanya diajari menerima dan terus menerima. Ini relevan untuk hidup beragama agar agama tidak dipahami hanya sebagai ongokan dan keharusan-keharusan yang mengikat dan menghambat pertumbuhan.

2. Adakalanya anak perlu diberi kesempatan untuk salah, untuk menantang agar mempunyai rasa tanggung jawab. Sebab, jika anak yang dianggap baik adalah mereka yang cocok dengan pandangan orangtua, sesungguhnya hanya menghambat pertumbuhan anak, terutama dalam mengembangkan ketrampilan sesuai talentanya sendiri serta selera sehat pengambilan keputusannya sendiri.

3. Religiositas itu merupakan ketrampilan, maka perlu diajarkan terus menerus. Misalnya dengan memberikan kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebayanya agar mereka dapat mengekspresikan dirinya. Yang diharapkan, anak kelak memiliki sikap religiositas “induk ayam”, yaitu sikap yang mau menampung, menghidupi, dan melindungi. Untuk ini, orangtua atau guru agama janganlah galak yang menimbulkan rasa takut, sebaliknya buatlah anak menjadi gembira.

4. Keteladanan merupakan hal yang penting. Misalnya, si anak akan tumbuh rasa solidaritas terhadap sesama yang berkekurangan ketika melihat ayah dan ibunya menyikapi pembantu rumah tangganya dengan baik, diperlakukan secara bermartabat. Demikian pula dengan guru agama mereka yang tidak sekedar menguasai materi, namun juga memberikan teladan hidup Kristiani yang baik. Santo Fransiskus Asisi bisa dijadikan inspirator bagaimana sikap seorang religius yang diinspirasikan oleh Kitab Suci.

5. Kitab Suci merupakan sumber utama inspirasi untuk menumbuhkan sikap religius pada anak, akan tetapi bila disampaikan datar-datar saja kepada anak, pesan dari Kitab Suci tidak mengena. Oleh karena itu diperlukan penuturan yang baik, misalnya mendongeng dengan alat bantu sesuai kemampuan masing-masing seperti berteater (akting), bermusik (menggunakan gitar atau alat musik lainnya), menggambar (untuk memperkuat visualisasi dongengan), dan sebagainya. Orangtua dan guru agama bila ingin menyampaikan pesan Kitab Suci akan lebih mengesan pada anak-anak dengan mendongeng dalam durasi waktu maksimal 10 menit.

6. Khususnya kepada orangtua, andaikata karena keterbatasan waktunya, akhirnya tetap tidak bisa mendongengkan Kitab Suci kepada anak-anaknya, manfaatkanlah buku-buku dan multi media yang ada. Tentu saja dalam memilih buku atau alat multi media lainnya perlu disesuaikan dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan nomor 1 – 5. Misalnya, untuk membelikan buku-buku, bisa dicarikan buku-buku yang menarik baik berisikan kisah yang diambilkan langsung dari Kitab Suci maupun yang hanya terinspirasikan oleh Kitab Suci seperti cerita-cerita (tidak terkecuali cerita legenda lokal/daerah, juga kisah orang kudus) yang mengangungkan dan memuliakan Allah dan mencintai sesama manusia. Demikian pula dalam memilih kaset lagu-lagu rohani dan keping VCD. Selamat mencoba. (Dikutip dari Mingguan Umat Beriman “HIDUP”, edisi No.39 Tahun LVI, 29 September 2002, Edisi Khusus Penutup Bulan Kitab Suci 2002).


You Say, GOD Says

You say: "It's impossible"
God says: All things are possible
(Luke 18:27)

You say: "I'm too tired"
God says: I will give you rest
(Matthew 11:28-30)

You say: "Nobody really loves me"
God says: I love you
(John 3:16 & John 3:34)

You say: "I can't go on"
God says: My grace is sufficient
(II Corinthians 12:9 & Psalm 91:15)


Back to Mainpage