1. Dalam pendampingan anak perlu dikembangkan
sikap kritis dan kreatip. Anak dirangsang
untuk bertanya, tidak hanya diajari
menerima
dan terus menerima. Ini relevan untuk
hidup
beragama agar agama tidak dipahami
hanya
sebagai ongokan dan keharusan-keharusan
yang
mengikat dan menghambat pertumbuhan.
2. Adakalanya anak perlu diberi kesempatan
untuk salah, untuk menantang agar mempunyai
rasa tanggung jawab. Sebab, jika anak
yang
dianggap baik adalah mereka yang cocok
dengan
pandangan orangtua, sesungguhnya hanya
menghambat
pertumbuhan anak, terutama dalam mengembangkan
ketrampilan sesuai talentanya sendiri
serta
selera sehat pengambilan keputusannya
sendiri.
3. Religiositas itu merupakan ketrampilan,
maka perlu diajarkan terus menerus.
Misalnya
dengan memberikan kesempatan anak untuk
bermain
dengan teman sebayanya agar mereka
dapat
mengekspresikan dirinya. Yang diharapkan,
anak kelak memiliki sikap religiositas
“induk
ayam”, yaitu sikap yang mau menampung,
menghidupi,
dan melindungi. Untuk ini, orangtua
atau
guru agama janganlah galak yang menimbulkan
rasa takut, sebaliknya buatlah anak
menjadi
gembira.
4. Keteladanan merupakan hal yang penting.
Misalnya, si anak akan tumbuh rasa
solidaritas
terhadap sesama yang berkekurangan
ketika
melihat ayah dan ibunya menyikapi pembantu
rumah tangganya dengan baik, diperlakukan
secara bermartabat. Demikian pula dengan
guru agama mereka yang tidak sekedar
menguasai
materi, namun juga memberikan teladan
hidup
Kristiani yang baik. Santo Fransiskus
Asisi
bisa dijadikan inspirator bagaimana
sikap
seorang religius yang diinspirasikan
oleh
Kitab Suci.
5. Kitab Suci merupakan sumber utama inspirasi
untuk menumbuhkan sikap religius pada
anak,
akan tetapi bila disampaikan datar-datar
saja kepada anak, pesan dari Kitab
Suci tidak
mengena. Oleh karena itu diperlukan
penuturan
yang baik, misalnya mendongeng dengan
alat
bantu sesuai kemampuan masing-masing
seperti
berteater (akting), bermusik (menggunakan
gitar atau alat musik lainnya), menggambar
(untuk memperkuat visualisasi dongengan),
dan sebagainya. Orangtua dan guru agama
bila
ingin menyampaikan pesan Kitab Suci akan lebih mengesan pada anak-anak
dengan mendongeng dalam durasi waktu maksimal
10 menit.
| |
6. Khususnya kepada orangtua, andaikata karena
keterbatasan waktunya, akhirnya tetap tidak
bisa mendongengkan Kitab Suci kepada anak-anaknya,
manfaatkanlah buku-buku dan multi media yang
ada. Tentu saja dalam memilih buku atau alat
multi media lainnya perlu disesuaikan dengan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan nomor
1 – 5. Misalnya, untuk membelikan buku-buku,
bisa dicarikan buku-buku yang menarik baik
berisikan kisah yang diambilkan langsung
dari Kitab Suci maupun yang hanya terinspirasikan
oleh Kitab Suci seperti cerita-cerita (tidak
terkecuali cerita legenda lokal/daerah, juga
kisah orang kudus) yang mengangungkan dan
memuliakan Allah dan mencintai sesama manusia.
Demikian pula dalam memilih kaset lagu-lagu
rohani dan keping VCD. Selamat mencoba. (Dikutip
dari Mingguan Umat Beriman “HIDUP”, edisi
No.39 Tahun LVI, 29 September 2002, Edisi
Khusus Penutup Bulan Kitab Suci 2002).
You Say, GOD Says
You say: "It's impossible"
God says: All things are possible
(Luke 18:27)
You say: "I'm too tired"
God says: I will give you rest
(Matthew 11:28-30)
You say: "Nobody really loves me"
God says: I love you
(John 3:16 & John 3:34)
You say: "I can't go on"
God says: My grace is sufficient
(II Corinthians 12:9 & Psalm 91:15)
|