KARISMATIK KATOLIK INDONESIA HOLY SPIRIT
Room 0302, 3rd Floor, Holy Spirit Church, 248 Upper Thomson Road, Singapore 574371

APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI

EDISI 12 Maret 2003

orang didaerah saya kalo dia pulang dengan tubuh dan roh terpisah karena beriman kepada Tuhan Yesus. Saya bilang papa kami harus pulang untuk membawa kebesaran nama Tuhan Yesus".

Rabu pagi puncak kritis dengan kondisi sangat2 sesak napas 90 (normal 18 – 22) dipasang alat pembantu pernapasan dimulut 2 alat di hidung 2 alat.

Disaat kritis kami hanya bisa berserah dan beriman. Saya ingat satu ayat (Kalau kita punya iman sebesar biji sesawi saja jika kita berkata kepada gunung itu beranjaklah maka hal itu akan terjadi) ayat tersebut sangat menguatkan saya.
Kami belajar terus untuk semakin beriman kepada Tuhan Yesus.

Siangnya alat bantu pernapasan dicopotin satu, napasnya udah sesesak pagi tadi. Kemudian Papa kami menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan dibaptis sekitar jam 2 – 3 siang. Dan sorenya pas jam besuk (sehari 2 kali yaitu 10.00 – 11.00 dan 17.00 – 18.00) dan kami melihat kondisi yang jauh berbeda sekarang semua alat udah dibuka yang masih dipasang adalah alat bantu pernapasan yang biasa yang kecil.  Apa yang terjadi diluar pikiran kami.

Jumat lalu papa kami sudah pulang ke daerah dengan suka cita karena Tuhan Yesus yang berkuasa atas dia.
Dia pulang dengan membawa  kabar suka cita bahwa Tuhan Yesus telah menyembuhkan dia. Praise the Lord. Hidup didalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus pasti penuh suka cita dan tidak pernah sia-sia.  God Bless You.

(Ditulis oleh Theresia Felinia, untuk menguatkan mereka yang rutin pelayanan ke rumah sakit).


Manfaatkan
Buku dan Multi Media
(Oleh Budi Santosa)

Di zaman modern sekarang ini, orangtua (suami-isteri) banyak yang bekerja untuk menambah penghasilan rumah tangga mereka. Anak-anak yang dilahirkan oleh kedua

orangtuanya yang bekerja, sering kekurangan waktu untuk bertemu dengan ayah dan ibunya. Apalagi mereka yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Pertemuan mereka dengan anak-anaknya boleh dikatakan hanya hitungan menit saja. Hanya di pagi hari saja menjelang berangkat ke kantor. Sedangkan, pulang kantor di malam hari, anak-anaknya sudah terpulas tidur. Jika si anak masih terjaga, giliran orangtuanya yang tertidur karena kecapaian setelah seharian bekerja.

Kondisi tersebut memperlihatkan betapa sempitnya waktu berkomunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Sehingga materi berkomunikasi pun menjadi terpadatkan, yang penting-penting saja atau dianggap penting, terutama yang berkaitan dengan uang, semisal soal uang sekolah, butuh pakaian atau sepatu baru, rencana rekreasi bersama. Tentang bagaimana mengembangkan sikap religius terhadap anak-anaknya, yang seharusnya hal penting juga, sering terabaikan.

Sebagai pembenaran, para orangtua sering menyerahkan pada guru agama di sekolah anak-anaknya. Mereka kurang menyadari bahwa guru-guru agama itu jika sudah di rumah sesungguhnya adalah “senasib”  dengan orang tua. Ia mempunyai suami/isteri dan anak-anak dengan persoalan yang sama. Apalagi religiositas itu tidak selalu identik dengan agama. Romo Mangun (Pastor Y.B.Mangunwijaya Pr almarhum) berpendapat, agama tidak identik dengan religiositas. Religiositas adalah kedalaman, bukan hanya agama stuktural dan doktrinal. Aspek religiositas dan aspek keagamaan itu satu, tetapi juga dua. Ibarat “suami-isteri” hendaknya tak terpisahkan. Keduanya (agama dan religiositas) harus saling melengkapi.

Seturut dengan alur pemikiran seperti itu, maka untuk menumbuhkan sikap religius pada anak, khususnya anak-anak dari keluarga Katolik, bukan berarti sebatas pemberian materi-materi kisah Kitab Suci pada anak-anak oleh guru agama. Di sini membutuhkan kerja sama guru agama dan peran orangtua bak pasangan “suami-isteri” yang saling melengkapi. Bagaimana bentuk kerja sama tersebut? Barangkali hasil rangkuman dari pandangan nara sumber yang berhasil dijaring dalam Edisi Khusus ini dapat dijadikan semacam tips baik untuk guru agama maupun orangtua dalam menumbuhkan sikap religius pada anak.


Back to Mainpage