semua karunia2 dari Roh Kudus ini bisa diperoleh
dan diminta oleh para peserta retret.
Tentunya
keinginan memperoleh karunia2 Roh Kudus
harus
sejalan dengan keinginan untuk dipakai
dalam
pelayanan karena akan percuma saja
berharap
mendapat karunia2 Roh Kudus bila tujuannya
hanya untuk iseng2 dan bukan untuk
pelayanan,
karena karunia Roh Kudus tidak bersifat
permanent,
artinya jika dipakai untuk pelayanan
karunia
Roh Kudus dapat semakin bagus dan semakin
banyak, tapi jika tidak dipakai untuk
pelayanan
akan hilang. Hal ini sama dg perumpamaan tentang talenta
dalam Injil Matius 25 : 14 – 30 dan
Injil
Lukas 19 : 12 – 27. Maka diakhir session hari kedua kami mengadakan
penyembahan yang luar biasa indahnya,
kami
meminta dan memohon karunia2 Roh Kudus,
kami
semua tersungkur, terpesona dan menangis
bahagia, haru dan sukacita menjadi
satu.
Saya mengalami perasaan yang agak bingung
dan galau, tapi tetap tidak mengerti
meskipun
beberapa teman mengatakan saya memperoleh
karunia istimewa. Kami dilarang membahas apapun dan diminta
banyak berdoa dan hening alias puasa bicara
sampai besok hari Ketiga.
WORKSHOP
Hari Ketiga kami mendapat pengajaran lebih
dalam lagi tentang tiap2 karunia Roh
Kudus
berikut workshop. Dimana pada saat kami akan mengadakan workshop
untuk tiap karunia, diawali dengan
penyembahan
dalam bahasa Roh terlebih dahulu. Lalu kami diminta berpasangan dengan peserta
retret yang tidak kami kenal sama sekali,
dan kami saling mendoakan berdua dengan
panitia/pembicara. Setelah itu kami saling check dan recheck
dan sesudah selesai untuk satu karunia
dilanjutkan
dengan pengajaran tentang karunia tsb.
sebelum
mengadakan workshop lanjutan dengan
karunia
Roh Kudus yang lainnya. Demikian satu persatu kami melakukan workshop
dan mendapat pengajaran sesuai dengan
karunia
yang memang ingin diberikan oleh Roh
Kudus
kepada tiap2 peserta retret saat itu.
Tentunya pembicara dan panitia tidak bisa
menjadwal session ini, karena memang
benar2
terserah kepada Roh Kudus maunya memberikan
karunia apa, tidak ada urutan yang
tetap
dan sama.
Sebagai ucapan syukur, kami mengakhiri retret
dengan mengadakan misa syukur bersama
seluruh
peserta.
PERUTUSAN
Pada mulanya saya tidak mengerti kalau retret
ini pada akhirnya merupakan retret
perutusan,
tapi memang akhirnya retret ini menuntut
para peserta untuk melayani untuk pergi
mengembangkan
talenta yang telah kami peroleh. Sebagai seorang pembina SBI saya merasa tersesat
menjadi peserta retret karunia Roh
Kudus,
karena saya tidak tahu dalam bidang
mana
karunia Roh Kudus ini bisa saya pakai
dalam
pelayanan saya saat itu. Tapi memang Tuhan punya rencana yang tidak
bisa kita ketahui, tidak lebih dari
seminggu
saya sudah diajak untuk mengunjungi
seorang
anak SBI yang sakit kanker stadium
IV namanya
Koko. Koko bersama orang tuanya masih belum beragama
Katolik, tapi Koko minta dibaptis padahal
usianya baru sekitar 7 tahun, sehingga
orangtuanya
meminta ijin kepada romo paroki yang
akhirnya
menyetujui. Mulai saat itu saya terbeban untuk mendoakan
Koko. dan mengunjungi secara rutin di rumah sakit
Dharmais. Kondisi Koko secara keseluruhan sebenarnya
sangat baik, badannya sehat dan segar,
pertumbuhan
badannya juga baik, jadi selama dia
tidur
tidak ada orang yang mengira ia sakit. Tentu saja kita tidak bisa melihat dia terjaga
karena dia memang berada dalam kondisi
setengah
koma karena kankernya menyerang otak
tepat
di bagian bawah otak kecilnya. Tidak seorangpun dokter yg berani mengoperasikan
karena resikonya sangat besar dan kemungkinan
pulih kembali sangat kecil, bahkan
dokter
di luar negri pun sudah angkat tangan. Saya mendoakan Koko karena kasihan terlebih
karena ia tidak bisa berkomunikasi
dg orangtuanya. Orangtuanya pun sedih dan berjanji pada anaknya
bahwa mereka akan menyusul ikut dibaptis
sesudah selesai mengikuti kelas katekumen. Hari pertama setelah saya mengunjungi mereka,
saya mendapat penglihatan seperti suatu
adegan
film : saya melihat Koko menangis meronta-ronta
dalam gendongan seorang wanita tua
yang membawanya
lari dan menyerahkan Koko kepada sebuah
mahluk
seram. Saya bingung tapi juga sangat sedih merasakan
teriakan Koko yang putus asa, saya
segera
menanyakan penglihatan ini kepada orangtua
Koko. Mereka segera teringat bahwa dulu ketika
Koko masih bayi pernah dibawa oleh
neneknya
ke klenteng untuk dipersembahkan/diangkat
anak karena Koko sakit2an ketika masih
bayi. Segera saya mendoakan Koko menenangkan jiwanya
yang menderita dan terikat kuasa gelap, mendoakan
doa luka batin dan pemutusan ikatan kuasa gelap dan memohon rahmat dan kasih Tuhan
memenuhi hati Koko. Begitu saya pulang, sorenya kebetulan sekali
Koko dikunjungi oleh Bp.Benyamin Ratu
yang
datang mengunjungi salah satu pasien
di ruang
yang sama. Beliau juga merasakan hal yang sama dan mendoakan
Koko, besoknya Koko sadar dari komanya
dan
berbicara banyak dengan orangtuanya
sebelum
akhirnya kembali koma dan meninggal.