KARISMATIK KATOLIK INDONESIA HOLY SPIRIT
Room 0302, 3rd Floor, Holy Spirit Church, 248 Upper Thomson Road, Singapore 574371


JANUARI FEBRUARI MARET APRIL&MEI

EDISI 14 Juni 2003

BERBAHAGIALAH ORANG YANG MISKIN DIHADAPAN TUHAN - Matius 5:3

(Romo J.Widajaka CM)

Arti kemiskinan. Kemiskinan yang dimaksud dalam Kitab Suci jauh lebih dalam artinya daripada pengertian manusia umumnya tentang itu, yaitu keadaan manusia yang serba kekurangan dalam segi keuangan maupun materi. Kemiskinan dalam Kitab Suci mengandung cita-cita positip. Dalam Perjanjian Baru kita menjumpai begitu banyak ayat yang mewartakan :kemiskinan demi Kerajaan Allah”. Salah satu di antaranya warta tentang Penampakan Tuhan atau orang-orang majus dari Timur. (Mt.2:1-12). Perikop ini memperlihatkan dengan jelas pengalaman, arti, serta nilai kemiskinan dalam penghayatan cinta kristiani dan penyerahan diri di dalam iman.

Bahkan Allah Bapa sendiri memperlihatkan kepada kita betapa pentingnya semangat kemiskinan itu, sehingga Ia, di dalam melaksanakan rencana keselamatanNya, memilih untuk menyampaikan kabar gembira tersebut kepada seorang perawan yang sederhana dan miskin, yang dalam penyelenggaraan ilahiNya menentukan kelahiran Sang Anak Yesus di dalam kepapaan, di kandang yang hina yang serba minim dan kekurangan. Memang bagi orang yang tidak beriman, peristiwa semacam itu tidak masuk akal dan tidak bijaksana.

Demikian pula di dalam peristiwa “Penampakan Tuhan”, timbul berbagai pertanyaan, bagaimana mungkin Sang Raja, Penyelamat, sudi meninggalkan segala kebesarannya untuk menganugerahkan kekayaanNya kepada golongan rendah tanpa menuntut pujian, ganti rugi, balas jasa ? Ketiga orang majus dari Timur, dengan dibimbing oleh bintang, bukan munuju ke kota atau ke istana Raja, tapi dibimbing ke desa kecil terpencil, bahkan di dalam sebuah kandang hewan.

Demikian pula Yusup melalui penampakan-penampakan Malaikat dibimbing Tuhan untuk melanjutkan penghayatan hidup miskin dengan setia dan penuh usaha serta senantiasa harus bertahan dengan tabah, yaitu ia harus menikah dengan Maria secara istimewa; ia harus mengikuti perjalanan Maria ke Betlehem ke Tanah asing, Mesir, karena dikejar oleh Herodes, dsb.

Dengan melihat begitu banyak pengalaman kemiskinan hidup ini, kita disadarkan bahwa Kitab Suci menegaskan pentingnya nilai kemiskinan ini. Kristus bersabda mengenai sikap yang penuh percaya dari mahluk ciptaanNya, bahkan burung-burung di udara dan binatang buas (Mt.6:25-34).

Kristus dan pengikutNya hidup dengan sangat sahaja dari pendapatan bersama dan dari apa yang mereka terima dalam pelayanan terhadap yang miskin. Kristus menjanjikan berkat kekuatan kepada yang bersemangat miskin. Kristus menanggapi dan menawarkan semangat kemiskinan sebagai tantangan hidup sempurna kepada si pemuda kaya dengan mengajak membagikan hartanya pada yang miskin (Mt.19:16-26). Kristus juga mengingatkan kita barang siapa mencintai ayahnya, atau ibunya, atau saudara-saudaranya lebih dari cintanya kepada Kristus, ia tidak layak menjadi murid-muridNya (Mt.10:37). Bahkan, penyangkalan diri sampai habis yang Ia lakukan pada kayu salib itu. Semuanya ini mendengungkan betapa pentingnya serta hakiki kemiskinan dalam kehidupan kristiani.


Di dalam ajaran Kristus untuk hidup miskin, terkandung pula suatu harapan baru bahwa Tuhan menawarkan suatu jalan hidup yang mampu mengobati penyakit manusia yang kronis, yaitu nafsu tamak. Allah mengingatkan bahwa untuk dapat mengikuti Yesus, kita harus rela melepaskan segalanya untuk kemudian menghayati kehidupan yang kontemplatip bahkan dalam karya. Dengan demikian jelas bahwa bagi semua orang kristiani hidup menurut Injil senantiasa mengandaikan tuntutan penghayatan hidup miskin. Hidup membiara (menjadi suster, bruder) merupakan perwujudkan konkrit kehidupan kemiskinan kristiani radikal yang dihayati dengan suka rela seturut jejak Kristus. Secara teologis kemiskinan kristiani radikal ini adalah persembahan seluruh tubuh dan apa yang dimilikinya sebagai sarana hidup berbakti di hadapan Allah dan di dalam dunia. Dan ini berarti ikut berbagi rasa dalam kemiskinan Kristus yang “oleh karena kita menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya” (2 Kor 8:9; bdk Mt 8:20).


Back to Mainpage