Kategori:
Hal. Utama
Tentang Kami
Events
Persekutuan
Sharing
Bacaan Rohani
WebLinks
Galeri
Newsletter
Buku Tamu
Iklan KKIHS
One Bread One Body


Room 0302, 3rd Floor, Holy Spirit Church - 248 Upper Thomson Road - Singapore - 574371



Judul Sharing/Renungan Nama pengirim Tanggal Posting
World Cup Final 2002 Kwang 02 Juli 2002
Just like the Other side of a coin Kwang 04 September 2002
Happy Birthday Mother Kwang 08 September 2002
You Too Can Be An Angel Kwang 09 Oktober 2002
S E P A T U Kwang 10 Oktober 2002
Galatia 1 : 10 Elren Rusli 20 November 2002
What time is the Mass? Kwang 25 November 2002
Itulah yang bikin seru Kwang 9 Desember 2002
Natal seperti apa yang aku inginkan? Kwang 11 Desember 2002


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


WORLD CUP FINAL 2002

Berakhir sudah pertandingan sepakbola antar negara tersebut.

Masih kuingat saat aku melihat pertandingan Final antara Jerman versus Brazil. Masih kuingat bagaimana meriahnya seruan suporter Brazil pada saat pemain mereka mencetak goal kemenangan. Tetapi ada satu hal yang menyentuh hatiku.

Bukan ketatnya pertandingan, bukan indahnya skill para pemain menggiring bola, bukan indahnya kesatuan hati yang diperlihatkan para pemain. Walau semua itu memang yang membuat aku begitu cinta kepada sepakbola tapi tadi malam ada suatu tontonan yang membuat aku terkagum kagum. Bahkan membuat begitu banyak orang kagum dan tersenyum.

JESUS LOVES U, 100% BELONG TO JESUS, 100% VICTORY, I BELONG TO JESUS.

Begitu terpampang tulisan-tulisan di pakaian para pemain Brazil. Wah, pada saat sang wasit meniupkan peluitnya tanda berakhirnya pertandingan. Semua pemain bersuka, ada yang sedih ada yang gembira begitupun dengan suporternya. Tetapi yang menganggumkan adalah sang kiper dengan berjubahkan bendera brazil, sujud di depan gawangnya dan berdoa!!! Sambil merentangkan tangannya dan menegadahkan kepala, ia mengucapkan syukur kepada Tuhan.

Beberapa pemain berkumpul bersama berdoa dan bersujud. Begitupun dengan semua pemain lainnya. Bersama mereka membentuk lingkaran besar. Seluruh team official bergandengan tangan, bersujud dan berdoa bersama mengembalikan semua kemuliaan dan sukacita kepada Tuhan.

Dan sehabis itu baru mereka semua bergembira bersama suporter mereka.

Tersenyum aku, kala mendengar temanku mengatakan,
"Wah bagaimana Jerman bisa menang, Brazilnya dibantu Yesus". (hahaha).
"Wah, pemain Brazil karismatik abisss".
"Wah, Brazil hebat, terharu aku melihat mereka berdoa dan memuliakan Yesus".
"Wah,…"
"Wah.."

Hmm terpikir juga olehku, wah aku harus menuliskan perasaanku. Bangga atas Brazil walau aku saat itu memihak kepada Jerman (maklum underdog - aku suka memihak underdog).

Bangga atas kerajinan dan kesatuan hati mereka. SATU TUBUH DALAM TEAM BRAZIL!
Bangga karena mereka tanpa ragu dihadapan semua orang berdoa bersama memuliakan Tuhan.
Bangga karena tanpa ragu membuat tanda kemenangan dan menunjukkan keKatolikan mereka dan bersekutu di hadapan semua mata yang melihat mereka.

TUHAN DIPERMULIAKAN MELALUI MEREKA!!!

Kutanya kepada diriku sendiri. Bagaimana denganku?

Beranikah aku dengan bangganya memperlihatkan kepada dunia bahwa YESUSLAH TUHANKU.
Maukah aku seperti mereka melalui karunia yang mereka miliki memuliakan Tuhan dihadapan semua orang.
Bisakah aku berkorban seperti mereka, bersatu hati dalam satu Team pelayanan tanpa membeda-bedakan satu sama lain??

Atau aku masih malu mengakui Yesuslah Tuhanku dihadapan orang banyak,
Malu mengakui bahwa aku adalah seorang KATOLIK dengan malu malu membuat tanda salib kemenangan pada saat dihadapan orang banyak?
Masih suka membedakan sesama saudara ataupun saudari??

MALAM ITU, Semua pemain Brazil telah menjalankan apa yang Tuhan pesan kepada kita semua melalui bakat dan karunia yang telah Tuhan berikan kepada mereka yaitu mewartakan Kabar baik yang datang dari Tuhan.

Ya, mereka telah menjadi pewarta-pewarta kabar baik melalui karya dan bakat mereka.

Sampai pagi ini seluruh koran menuliskan ttg mereka, dan tak ketinggalan pula apa yg telah mereka katakan,"Kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan…..".

kembali ke awal



JUST LIKE THE OTHER SIDE OF A COIN


Singapore, 04 September 2002

Hujan rintik pagi tadi membuat aku semakin malas untuk berdiri dan bangun dari lelapnya tidurku. Tapi kusadari tak ada yang bisa kulakukan selain berdiri, meraih handukku dan mandi. Aku butuh ke kantor !

Sambil berjalan cepat menuju MRT, kuraih discmanku dan kuputar lagu favoritku dari album Giving My Best - You are the center of my Joy ! Bersiul siul aku masuk ke dalam MRT.

Tiba-tiba teringat aku akan sms tante Etty (Koordinator PDku) beberapa hari lalu yang ia kutip dari salah satu ayat ," kamu telah memulai dari Roh maukah kamu mengakhirinya di dalam daging ?". Terdiam aku sambil berdiri diantara jepitan orang orang yang tak ku kenal. MRT melaju seiring pikiranku melaju, sampai kapankah aku akan terus begini ? terpuruk dalam kekalahan yang kembali kurasakan. Terpuruk dalam perasaan yang hampa dan tak terarah. Aku ingin BEBAS ! Aku ingin LEPAS !

Aku, seorang manusia yang dengan berani mengatakan bahwa aku adalah seorang katolik, anak Bapa, hamba Sang Raja. Tetapi, aku yang sama juga menjadi seorang pencuri dalam kesombonganku, aku yang sama juga telah melanggar janji-janjiku kepada sang raja, aku pula yang mengambil semua hadiah dari sang raja dengan cuma cuma tetapi tidak bertanggung jawab atas semuanya itu. Yang membuat aku jatuh dalam kesalahan dan kebodohanku... LAGI.

Kuraih buku renunganku, SABBATH, ku buka bacaan renungan hari ini ... As a coin has two faces, inseparable from each other ....Baru baris pertamaku baca, kembali aku terdiam. Ya, seperti dua bagian dari sebuah koin. Begitulah diriku. Disatu sisi aku rindu sekali mengikuti kehendak Bapaku, tetapi disatu sisi lain tersimpan kebusukanku yang tidak berani aku tunjukkan pada orang orang disekitarku. Segala kemalasan, keirian, sok suci, sensitif, cepat tersinggung, lupa akan janji dan komitmen, alasan alasan bodoh yang selalu aku buat untuk melindungi diriku.

Tapi kusadari juga bahwa itu tidak terpisahkan dari diriku. Kuingat saat saat aku berdoa tadi malam setelah sekian lama aku berlari dari semuanya itu, kutumpahkan semua perasaan itu kepada DIA yang selalu setia kepadaku. I want to be healed, I said. Ya, aku ingin bagian lain dari koin itu diubahkan.

Seiring aku membaca, kutatap ayat yang berbunyi.. "karena itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3 :7)". "Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah (Ayat 9)". Tertarik, kubaca terus ayat ayat selanjutnya," Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus".

Ahhh seperti seorang bodoh aku bergumam, tentu saja ! Hanya Yesus Kristus yang dapat membuat bagian koinku tersebut menjadi serupa dengan bagian lainnya. "Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah" (ayat 23) .... Ya aku adalah milik Allah, betapa bodohnya aku melupakan hal yang begitu istimewa dalam hidupku. Tanpa kusadari aku tersenyum, teringat akan kotbah tante winni dalam pertemuan kemarin. Katanya hamba, katanya anak, tapi ngasih 1 jam buat Raja and Yesus yang berkuasa dan bisa jalan diatas air aja ngga mau. Ehh malah cari tanda-tanda lain. Ya, kembali aku tersenyum.

Aku ingin menikmati dulu 'kenikmatan' yang menyakitkan ini, kataku kepada tante etty dalam keterpurukanku. Ah, betapa bodohnya aku.Ternyata aku masih mencari tanda tanda lain, tanda tanda yang aku pikir lebih berkuasa dari Yesus Kristus. Tanda-tanda lain yang aku kira bisa membawa aku ke dalam pertumbuhan dan pengenalan akan Dia. Betapa bodohnya aku, lupa bahwa sang pemberi tanda tersebut selalu ada didalam hatiku.

Mengalun suara Sidney Mohede dengan merdunya, sambil menutup mata ku ikuti lirik lagu tersebut .... "sekarangku memujiMu, Allah yang setia, yang tak pernah meninggalkan, perbuatan tanganMu. Sekarangku menyembahMu Allah yang mulia sempurnakan s'genap hidupku, agar indah bagiMu........."

Tuhan memberkati,
yang lagi bego.

Pesan:
For those who feel that they are good enough to enter the Kingdom of God, pray.
For those who feel that they are not good enough to enter the Kingdom of God, pray.
As what Jesus need is only your love.

"cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap pikiranmu dan dengan segenap kekuatanmu"
"cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap rohmu, dengan segenap jiwamu dan segenap tubuhmu"

kembali ke awal



HAPPY BIRTHDAY MOTHER


HAPPY BIRTHDAY MOTHER September 8, 2002 is the Mother Mary's Birthday, begitu yang dikatakan oleh Rm. Joseph pada perayaan ekaristi sabtu lalu. Terlihat begitu indah bunga bunga yang mengelilingi patung Maria di hadapan semua umat. Bahkan saat misa berjalanpun tetap ada beberapa umat yang tak henti hentinya menambahkan bunga bunga yang begitu indah disekeliling patung bunda Maria.

Aku duduk tersenyum melihat begitu banyak bunga di hadapanku, ah mungkin sekarang bunda maria sedang sibuk menata rumahnya di surga hahahaha. Begitu banyak anak-anaknya datang memberi hadiah; baik bunga, doa ataupun pujian.

Kembali aku tersenyum saat melihat umat berbondong bondong keluar untuk membeli lilin, saat diumumkan bahwa akan ada perarakan patung bunda maria tepat setelah misa selesai. Ternyata Bundaku ini laku juga dengan memakai nama Maria ternyata bisa jadi object marketing yang hebat hahahaha.

Maria, Ibuku, Ibu kita, Ibu segala bangsa. Sosok yang telah lama sekali aku kenal. Sejak aku duduk di bangku sekolah dasar mendengar pelajaran agama. Maria yang memberi contoh kerendahan hati yang sempurna dari seorang manusia. Yang memberi contoh ketaatan yang sempurna dari seorang manusia. Yang memberi contoh kesetiaan yang sempurna dari seorang manusia.

Ya, kadangkala aku dengar diriku atau temanku berkelit saat romo atau pengkotbah mengatakan lihatlah kesetiaan Yesus, ketaatan Yesus. Mereka sering berkelit dengan mengatakan," Ah, Yesus kan Tuhan, ceng li lah dia bisa setia and taat sampai mati". Ada benarnya sih J walau Yesus itu 100 % manusia dan 100 % Tuhan. At least dia itu Tuhan. Nah aku kembali tersenyum, kalau maria tentu aku tidak bisa berkelit lagi. Maria kan manusia seperti diriku.

Maria, hmm mungkin sudah bosan aku dengar ini. Yang perawan, yang menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung. Yang menerima segala hinaan, kan pada waktu dulu bisa dihukum mati tuh alias dirajam karena hamil tanpa nikah. Maria yang setia pada saat Yesus melayani, setia pada saat Yesus menderita, bahkan setia dibawah kaki salib pada saat Yesus mati. "Ibu, inilah anakmu. Dan inilah IbuMu". Kurang lebih begitulah kata-kata Yesus kepadaku sebagai muridnya.

Ya, Maria adalah Ibuku, sosok yang nyata, sosok seorang manusia yang setia. Dengan senang hati aku bersama teman-temanku mengangkat bunda pada saat acara perarakan, berkeliling gereja kami angkat bunda kami.

Mungkin sudah saatnya aku lebih lagi menanggapi cinta Tuhan melalui wujud bundaku ini. Sudah saatnya aku lebih menghormati bundaku. Sudah saatnya aku belajar lebih lagi setia seperti Maria yang setia. Belajar berkorban seperti Maria yang berkorban. Belajar berserah seperti Maria yang berserah. Hanya kepada Bapa.

Masih terngiang pesan romo Joe, biarlah kita dapat seperti lilin lilin yang kita nyalakan ini. Seperti Maria sendiri yang telah menjadi lilin bagi kita semua. Yang memberikan dirinya untuk menjadi terang bagi orang disekelilingnya. Yang memberikan segalanya habis terbakar untuk orang lain disekitarnya.

Selamat Ulang Tahun, bundaku. Semoga engkau tetap selalu menjadi bundaku untuk selama-lamanya. Menjadi bundaku yang berarti aku harus belajar menyerupai engkau sama seperti kakak sulungku, Yesus, dalam dirinya sebagai seorang manusia.

Salam maria penuh rahmat Tuhan sertamu,
Terpujilah engkau diantara wanita,
Dan terpujilah buah tubuhmu Yesus,
Santa maria bunda Allah,
Doakanlah aku yang berdosa ini,
Sekarang dan waktu aku mati.
Amin.

Tuhan memberkati,
kwang.

kembali ke awal



YOU TOO CAN BE AN ANGEL

Singapore, 09 Oktober 2002

Selamat pagi, satu hari baru lagi aku dapati dari Tuhanku. Berjalan santai aku menuju Ang Mo Kio MRT. Lalu lalang penumpang yang penuh sesak kembali menjadi teman perjalananku menuju Expo, MRT terdekat kantorku.

Kucari sosok seorang Ibu tua yang selalu menarik perhatianku. Ah, kembali kulihat sang ibu berjalan tertatih menghampiri kereta. Ya, si ibu yang berjalan sambil memegang tongkat. Si Ibu yang buta.

Hampir setiap pagi aku melihat ia berjalan tertatih untuk masuk ke dalam kereta yang penuh sesak tersebut. Sebelum akhirnya turun di Cityhall dan berganti kereta menuju PayaLebar dimana ia turun dan hilang dari pandanganku.

Kesal rasanya melihat kerumunan orang orang yang, yach kalau boleh dikatakan egois sekali rasanya. Setiap hari kuperhatikan, dari sekian banyak orang yang berjalan dengan santai atau tergesa-gesa, hanya segelintir tangan yang mau membantu si ibu untuk berjalan. Bisa dibayangkan sibuknya dan tegangnya si ibu di tengah keramaian orang-orang yang menunggu datangnya kereta. Tertabrak kesana-kemari namun tetap berusaha melangkah sambil mengetukan tongkatnya ke depan.

Tuhan memang baik, tentu saja. Ia tak pernah meninggalkan ciptaanNya.

Selalu ada satu orang india yang sama, yang menemani sang ibu. Dalam keheningannya, lelaki itu berjalan dan menuntun si ibu. Seperti menuntun ibunya sendiri. Kuperhatikan apakah mereka saling mengenal, dan kusadari bahwa ternyata mereka asing satu sama lain.

Ya, seperti seorang malaikat pelindung saja lelaki itu. Dengan wajahnya yang tenang dia menemani si ibu. Walaupun saling diam, mungkin karena berbeda bahasa, si ibu rasanya tidak bisa berbahasa inggris.

Tapi tadi pagi tidak kulihat si malaikat itu. Namun seiring tanganku hendak menggapai si ibu, sebuah sosok tangan mendahuluiku. Ah seorang lelaki lain telah Tuhan lunakkan hatinya untuk membantu si ibu. Seorang india lain (hebat yach, mana org indonesia and singaporenya hahahaha). Dengan tampang yang gagah (yang ini rada seram), dia menuntun si ibu.

Tersenyum aku melihat semua itu, ah Tuhan memang baik.

Seiring kereta melaju, aku berpikir. Ya, akupun bisa menjadi malaikat malaikat kecil bagi si ibu. Tentu saja jika aku mau merendam semua keegoisanku, keegoisanku untuk lebih mementingkan diriku untuk mendapat tempat duduk di dalam kereta dan lebih memperhatikan orang yang membutuhkan disekitarku.

Ku raih buku tulisan Paus yang berjudul "Sahabat di tengah Sahabat", ku baca pesan beliau bagi kaum muda sedunia VII, Flourish whereever you'll be planted… Tersenyum aku membaca kalimat itu, ya seperti 2 orang india yang baru kusebut, aku juga bisa memuliakan Tuhan dengan orang disekelilingku.

You too can be an angel, kukatakan itu dalam hatiku.

Bukan dengan hal hal yang besar, tetapi dalam hal hal yang kecil, dalam kesederhanaan Yesus yang telah di tunjukkan kedua 'malaikat' tersebut.

Paya Lebar, ah si ibu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar kereta. Bruk, tak sadar ia menabrak seorang wanita. Dan dengan senyum manisnya, wanita tersebut menuntun tangan si ibu menuju eskalator dan hilang dari pandanganku.

Ah, satu malaikat lagi yang Tuhan kirimkan bagi si ibu.

Dan ya, You too can be an angel.

Tuhan memberkati,
Kwang

kembali ke awal



SEPATU

Ada kalanya aku berpikir bahwa manusia ini mirip seperti sebuah sepatu. Ya, mirip sebuah sepatu yang berkilap cemerlang sehabis disemir.

Sepatu yang habis disemir terlihat indah, sama seperti waktu manusia diciptakan oleh Allah, indah seturut rupa dan gambarNya serta juga berkat berkat karunia yang Tuhan berikan pada manusia.

Sepatu butuh disemir secara berkala kalau tidak rusak, sama seperti manusia yang perlu disayang secara nyata kalau tidak nanti bermasalah.

Sepatu butuh pasangannya agar menjadi lengkap dan berguna, sama seperti manusia butuh keluarga atau komunitas agar menjadi lengkap dalam kebutuhannya.

Sepatu butuh perhatian; jikalau kotor dibersihkan, kusam disemir, alasnya menipis disol atau diganti, sama seperti manusia butuh perhatian; jika lagi sedih dihibur, lagi bingung dibimbing, lagi lapar diberi makan.

Tetapi sama halnya seperti manusia,

Sepatu tidak bisa berjalan sendiri tanpa tuannya, sama seperti manusia tidak bisa berjalan sendiri tanpa Tuhannya.

Sepatu yang mewah sekalipun akan hanyut atau bahkan tenggelam di laut jikalau tidak menempel pada kaki tuannya, sama seperti manusia juga akan "hanyut" atau bahkan "tenggelam" dalam dunia jikalau ia tidak "menempel" pada Tuhannya.

Ya, mirip sebenarnya.

Sepatu butuh tuannya agar benar benar berguna sebagai sepatu; apalah artinya sepatu mewah jikalau hanya dipajang saja dan tidak dapat digunakan oleh tuannya.

Sedang manusia butuh Tuhannya untuk bertumbuh dalam hidupnya; apalah artinya manusia yang penuh karunia jika hanya disimpan saja tanpa mengembangkan iman atau bakat dan karunia agar berguna bagi Tuhan dan orang disekitarnya.

Sepatu oh sepatu, kamu butuh tuanmu.
Manusia oh manusia, cepat cari Tuhanmu.


kembali ke awal




GALATIA 1 : 10

"Am I now trying to win the approval of men, or of God? Or am I trying to please men? If I were still trying to please men, I would not be a servant of Christ." Galatia 1:10

Ihhh keras yach kedengerannya...!!! Takutt...!!! Setelah merenung sesaat, aku berpikir "yach suka or nggak, enak or nggak, sesuai or nggak, tp itulah kenyataan yang mesti kita hadapi."

Temen2, pasti sering banget yach kita ini mencari apa yang manusia pikirkan, senangi dan ukurkan. Dalam segala kegiatan kita. Di kantor, school or rumah, di kalangan teman2 and juga pelayanan. Sering sekali kita bentrok dengan ayat ini. Kalo dipikir2 kita itu muna banget sich...!!! ngakunya ikut Kristus, pelayanan, bla, bla, etc... tapi kok masih mau se-enak perut and juga nggak mau mengikuti apa yang menjadi KeinginanNya and juga KehendakNya.

Ada kalanya kita ini juga mencari apa sich yang ada di pikiran manusia. Bagaimana kita ini harus berlaku, berkata and berpikir supaya kita ini disukai dan diterima oleh kalangan teman2 or society. Aku pun sering melakukan ini. Aku memasang "topeng" yang mana aku sendiri tidak suka, baik sadar maupun secara tidak sadar. Tapi karena keadaan and situasi, saya harus begini. Tujuannya : supaya diterima and juga disukai.

Aku juga tidak mengatakan bahwa apabila kita melakukan hal-hal yang "kelihatannya" baik adalah salah semuanya. Namun, perlu kita menilik motivasi di belakang semua ini. Apakah tindakan aku itu mau menyenangkan Tuhan or orang? Menurutku, sangat tipis perbedaannya, apabila kita liat dengan kasat mata.

Dari ayat ini, saya secara pribadi juga disadarkan kembali, apa artinya kalau kita mengatakan bahwa kita ini adalah pengikut Kristus. Menjadi pengikut Kristus dalam segala tindakan kita, dan dimanapun kita berada. Terlebih lebih dalam kegiatan pelayananku. Siapa kah yang aku layani? Sudah benarkah motivasi ku dalam pelayanan ini? Sangat berat bagiku bisa membedakan bagaimana caranya kita ini bisa menjadi muridNYA yang sejati. Hari ini kita jatuh, besok kita bangkit. Namun satu hal yang aku ingat, bahwa, TUHAN tidak pernah jatuh. DIA selalu selamanya BANGKIT. Dialah kebangkitan kita itu.


Doa : Ya Tuhan, bentuklah hatiku supaya menyerupai hatiMU. Dan kiranya Roh KudusMU saja yang selalu membimbing pemurnian motivasiku dalam setiap waktu. Ajarlah aku sehingga segala tindakan, perkataan and pikiran ku dapat selalu menyenangkan HATIMU.

Terima kasih Yesus.

Keep all our faith in Jesus !

kembali ke awal




WHAT TIME IS THE MASS?

"What time is the Mass?" Salah satu pertanyaan yang mengelitik dan yang menyedihkan kata Romo yang membawakan Perayaan Ekaristi pada Minggu pagi kemarin di Gereja Christ the King. Satu pertanyaan yang ditanyakan seorang umatnya yang tinggal di Ang Mo Kio, via telepon. Padahal orang tersebut telah tinggal selama 20 tahun di Ang Mo Kio dan masih juga ia tidak tahu jadwal parokinya (Yang notabener juga di Ang Mo Kio).

Sempat aku berpikir bahwa wah Romonya kok gitu, bagaimana kalau si umat itu hadir di sana. Dan memang lagi ingin kembali ke gereja/berkomunitas setelah sekian lama menghilang. Sekali dengar komentar sang Romo bisa-bisa jadi ngga datang lagi deh.

Lalu kupejamkan mataku, kurenungkan kalimat itu. Dan aku sadari bahwa ada yang hilang. Awareness and willingness, aku rasa itu yang hilang dari pertanyaan si umat. Lalu, kuingat pula kebingungkan ku kemarin, aduhhh hari ini ada pertemuan doa ngga yach, aduhhh kapan latihan nyanyi, kapan nih acara adorasi. Wah kalau dipikir-pikir sama dengan pertanyaan si umat tersebut,

Awareness and willingness, itu yang hilang dari pertanyaan tersebut.

Sering aku berpikir bahwa aku sudah memberikan yang terbaik baik gereja dan komunitasku, udah cukuplah. Tapi Tuhan nyatakan padaku bahwa aku masih terlalu jauh.

Kadang aku berpikir buat apa aku mengingat semua jadwal-jadwal itu, toh nanti akan aku terima sms yang mengingatkan tentang jadwal tersebut. Buat apa aku repot report mikirin latihan, toh nanti tetap akan ada yang mengajak aku untuk latihan. Atau buat apa aku mengingat nada nada lagu yang dinyanyikan, toh nanti bisa liat buku atau seadanya deh.

BUT, I MISS THE BIGGEST POINT!

Point terpenting yang adalah apakah aku memberikan yang terbaik dari milikku bagi komunitasku, yang juga berarti bagi Tuhanku.

Kalau aku mau memberikan yang terbaik dari diriku, dengan kerendahan hati mengingat semua jadwal tersebut. Mengingat lagu lagu sehingga aku bisa membantu dalam nyanyian dengan yang terbaik dari kemampuanku.

Ku ingat bacaan Injil hari ini (Lukas 21: 1 -4), Dua peser uang yang dimasukan si janda tua lebih berharga dari ratusan yang dimasukan oleh saudagar-saudagar kaya raya itu. Karena si janda memberikan yang terbaik dari dirinya. Walau kecil sekalipun itu merupakan yang paling berharga dari miliknya.

SMALL IS BEAUTIFULL, yah, walaupun sekecil apapun usahaku kalau aku berikan dengan yang terbaik akan menjadi suatu yang indah dimataNya.

Awareness and Willingness, dua hal yang tidak terlepaskan satu sama lain.

Aku perlu untuk lebih aware dengan sekitarku.
Aku perlu untuk lebih willing dalam memberikan apa yang aku miliki
Aku perlu untuk memberikan diriku, apa adanya demi kemuliaanNya.

Jadi ingat lagu yang akan dinyanyikan untuk Pertemuan PD nanti.

Ku bri yang terbaik,
BagiMu Kurelakan segalanya.
Yang terbaik, BagiMu Sg'nap hatiku, dan sg'nap jiwaku.

Terima kasih Tuhan, Allah Roh Kudus, dalam kesederhaanMu, Engkau mengingatkan aku kembali akan hal hal dasar dalam kehidupan kristiani bersamaMu. Terima kasih.

Tuhan memberkati,
Kwang.

kembali ke awal




ITULAH YANG BIKIN SERU

Hari Kamis, 5 Desember 2002 lalu. Setelah satu hari sebelumnya kita bercapek-capekk ria menyelesaikan Misa dan Adorasi. Kita berkumpul bersama di tempat tante Hedy dalam rangka Q & A with Romo Yohanes. Tidak banyak yang hadir pada hari itu. Mungkin kecapekan atau mungkin sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Acara di mulai dengan ramah tamah (Biasa bawaannya makan mulu), setelah tunggu punya tunggu, akhirnya acara dimulai dengan puji-pujian dan doa bersama.

Diawali dengan sepatah kata dari Pelayan wilayah kita (Fenni), romo Yohanes mulai di jelali dengan pertanyaan-pertanyaan yang seru.

Saat Romo mulai menceritakan pengalaman-pengalaman manis dan pahit selama membangun Komunitas ini. Ada yang mendukung, ada yang kurang mendukung bahkan ada yang tidak mendukung. Beliau menceritakan tentang sikap karakter dan sifat dari orang orang yang pernah ditemuinya atau bahkan dia kenal.

Satu hal yang menarik perhatian saya adalah kata "Itulah yang bikin seru…"

Itulah yang bikin seru, yaitu adanya perbedaan sikap ataupun pendapat. Ini menunjukkan betapa Tuhan kita itu jauh lebih besar dari apa yang kita kira. Tidak ada satu manusia pun yang Ia ciptakan sama.

Tapi kadang kita lebih suka menikmati atau mencari orang orang yang kita anggap 'sama' dengan kita. Kalau berbeda dikit "yachhh ngga bisa in dech ama dia". Ngga cocok dech ama dia, susah dech.

Kita lupa kalau inilah yang bikin seru, dalam arti inilah yang bisa membuat kita bertumbuh dalam kesetiaan ataupun pengharapan kepada Tuhan. Melihat keunikan satu dengan yang lain.

Kita lupa kalau ini juga menunjukkan bahwa takaran yang Tuhan pakai buat kita itu jauhhhh lebih tepat dibanding takaran yang kita pakai. Karena Yesus melihat semua manusia bukan hanya beberapa manusia.

Memang semua itu tidak ideal, tapi itu relita. Kalau ideal-nya sih semuanya se-ide dan se-pendapat (tentu saja yang dimaksud adalah ide dan pendapat yang positif). Tapi pada realitanya itu jarang sekali terjadi (bukan berarti tidak bisa), dan biasanya yang seru-seru itu yang terjadi.

Kalau saya hubungkan dengan pembicaraan saya dengan Elren (Julianto dan Silvy) pada hari Jumat di NUH (Sehabis bertemu dengan si kecil Aaron). Kata "Saya tidak cocok" atau "Dia kok gitu" atau "Kok bisa yach dia gitu" atau "Gila, ada yach org kayak gitu.." atau yang lain lain. Itu semua karena adanya takaran yang ada dipikiran kita. Baru kita bisa mengatakan hal hal seperti itu.

Dengan tidak sadar kita sudah menghakimi orang yang kita bicarakan. Saya rasa, waktu Yesus mengatakan janganlah kita menghakimi dengan takaran kita sendiri, Yesus tidak hanya bermaksud tentang penghakiman yang dilakukan oleh orang orang terhadap si wanita yang ketahuan berzinah. Yang notabene udah ketahuan berbuat salah.

Tapi terlebih, sikap hati dan pikiran kita sehari-hari.

Kata-kata di atas tersebut, hanya bisa kita keluarkan karena orangyang kita bicarakan tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran kita.

Ihh norak banget sih dia (hanya karena si A lebih suka memakai pakaian yang tidak kita sukai model atau warnanya).

Gila kok ada yahh orang kayak gitu (hanya karena si B tidak suka bla bla yang kita sukai)

Dia kok gitu yach, and so on and so on.

WHY?? hanya karena mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang biasa kita lakukan (atau notabene berbeda dengan kita).

Sama seperti orang farisi yang terus menerus menegur Yesus atau murid-Nya saat mereka melakukan sesuatu yang berbeda dengan mereka. Orang-orang farisi tersebut menilai Yesus dan murid-Nya dengan takaran mereka sendiri. Takaran yang kalau boleh diartikan kebiasaan kita, diri kita, pikiran kita.

Tapi yach, idealnya sih kita tidak seperti itu, tapi realitanya mungkin berbeda.

Saya mengucapkan syukur pada Tuhan akan hal diatas yang saya sharingkan, ideal dan realita, menghakimi. Itulah yang bikin seru. Ops, bukan berarti kita berpasrah dengan segala hal-hal yang seru itu (yang hehehe notabene biasanya membuat orang jadi ribut atau bermusuhan).

Tetapi terlebih bagaimana kita masing-masing mau merendahkan hati kita dan menerima hal-hal yang bikin seru itu. Untuk apa? Tak lain untuk belajar dalam pengharapan dan iman kepada Tuhan.

Itulah yang bikin seru. Dan at least saya semua itu berarti buat saya.

Tuhan memberkati,
kwang

kembali ke awal




NATAL SEPERTI APA YANG AKU INGINKAN?

Tak terasa 2 minggu lagi natal tiba. Suasana natal sendiri dapatku lihat sejak beberapa minggu sebelumnya. Mall, Jalan jalan, Rumah-rumah semuanya terhias indah dengan hiasan berwarna merah, teman-teman mulai merencanakan liburan mereka, dan lain-lain sebagainya, yah memang selalu begitu rasanya.

Natal tahun ini adalah Natal ke-dua bagiku sejak aku datang bekerja di Singapura. Tak berbeda jauh rasanya hiasan-hiasan yang aku lihat di semua tempat yang aku kunjungi. Bahkan terlihat bahwa semua tempat tersebut seakan-akan berlomba untuk menjadi yang terindah pada natal ini.

Masih ku-ingat pertanyaan dari Romo Fernandez (Christ The King Church) pada Homili yang beliau berikan. "What kind of Christmas that you want?". Ya, Natal seperti apa yang aku inginkan tahun ini. Ku-coba mengingat natal-natal di tahun yang telah lewat, teringat juga akan kerinduanku atau bahkan janjiku pada masa-masa advent sebelum menyambut natal.

Ah, rasanya semuanya telah terlupakan. Masih kuingat juga kukatakan pada diriku pada natal tahun lalu bahwa aku akan berusaha lebih lagi belajar mengenal Tuhan Allah Tritunggal yang kudus. Masih kuingat juga janji dan petisi yang aku cetuskan dalam hatiku.

Tapi rasanya semua telah terlupakan dalam perjalanan satu tahun ini.

Natal tetaplah sebuah natal, Yesus tetap akan hadir seperti tahun tahun sebelumnya. Tentu saja, sebab Dia adalah setia. Tapi apakah aku akan tetap sama? Masih terbungkuskan dengan dosa-dosa yang sama? Keterikatan-keterikatan yang sama? Masih berkutat dan bergumul dengan hal-hal yang sama?

Ingin rasanya aku menangisi diriku sendiri kalau kuingat siapa dan apa diriku sebenarnya.

Dari tahun ke tahun, rasanya tidak ada yang dapat aku tawarkan kepada Tuhanku pada hari natal, tidak ada yang istimewa. Masih saja aku seperti mereka yang menutup pintu penginapan dan membiarkan Yesus lahir di palungannya walaupun Ia telah berkali-kali datang mengetuk hatiku. Masih saja aku terbungkus dengan dosa dan keterikatan yang sama.

Ya, Natal seperti apa yang aku inginkan tahun ini?

Yang bisa aku lakukan adalah terus berharap kepadaNya.

Semoga suatu saat nanti Natal akan lebih berarti bagi diriku yang hina ini. Membuka hatiku dan benar benar berjuang untuk bebas dari segala kebodohanku, kesombonganku dan kenistaanku.

Semoga bukan hiasan dunia yang aku kenakan untuk menyambut Dia di tahun ini, tapi dengan kekudusan yang rasanya sudah susah sekali aku temukan dalam diriku.

Satu harapanku adalah walau pada akhirnya aku tidak dapat masuk ke dalam surga dan bersama Dia, biarlah Dia boleh melihat aku dari kejauhan sebagai seorang pejuang yang terus berusahan untuk masuk ke dalam surga dan berkumpul bersama Dia.

Jesus Son of David, Have mercy on me, I am a sinner.

Yang berdosa,
Kwang.

kembali ke awal




@ KKIHS Webmaster 2002