Kategori:
Hal. Utama
Tentang Kami
Events
Persekutuan
Sharing
Bacaan Rohani
Galeri
WebLinks
Newsletter
Buku Tamu
Iklan KKIHS
One Bread One Body


Room 0302, 3rd Floor, Holy Spirit Church - 248 Upper Thomson Road - Singapore - 574371



Si Cantik dan si Buruk rupa Having a Humble Opinion of Self
Kisah Kasih Seorang Ibu Sebuah Pelajaran
Buah Simalakama Pacaran dan Menikah yang Kudus di Mata Tuhan
Air Mata Allah PORTIUNCULA
Pengamen Bis Kota Jagalah Lidah Saudara dari Gosip


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



SI CANTIK DAN SI BURUK RUPA


Dari cerita ini saya ingin mengajak saudara-saudara untuk sedikit melihat siapakah si buruk rupa dan siapakah si cantik. Kej 1 : 27 menceritakan bahwa manusia di ciptakan serupa dengan gambaran dari Allah tetapi karena dosa manusia itu sendiri maka manusia kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Kalau kita melihat diri kita sendiri apakah ada sesuatu yang kita bisa lakukan untuk tidak berbuat dosa. Dosa membuat diri kita bertambah buruk di hadapan Allah, dosa membuat kita tidak bisa melihat betapa indahnya diri kita. Dosa telah mengakar didalam tubuh kita sehingga setiap waktu kita selalu berbuat dosa Bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang kuperbuat" (Rm 7:15) Dan upah dosa ialah maut (Rm 6:23)

Dan mari kita juga melihat siapakah sebenarnya si cantik itu, tidaklah lain yaitu Yesus Kristus. Yesus punya hak untuk menerima atau menolak tugas penyelamatan itu. Tetapi Yesus mengambil satu keputusan untuk mencintai kita si buruk. Yesus memberikan cintanya secara total bahkan mati untuk kita (Yoh 15:13). Yesus menunjukkan kesetiaannya dengan menerima cemeti, dengan berjalan ke Kalvari, dengan menerima mahkota duri, dengan menerima ludahan, dengan menerima pukulan, dengan menerima paku di tangannya dan salib di punggungnya.

Yesus berusaha menunjukkan kepada kita betapa ia mengasihi kita. Dia melakukan ini supaya kita si buruk berubah menjadi pangeran - Anak-anak Allah (Yoh 1:12).

Tetapi cerita ini tidak selesai sampai disini ketika Pangeran dan si Cantik akhirnya berbahagia selama-lamanya. Karena cerita itu sedikit berubah pada akhir ceritanya.Di ceritakan akhirnya si buruk menjadi pangeran dan si cantik menjadi buruk untuk menyelamatkan pangeran. Karena Yesus mengantikan posisi kita yang seharusnya mati karena dosa menjadi hidup karena salib (Gal 3:13). Yesus telah menjadi si buruk rupa (Yes 52:14).

Apakah kita akan mencintai si buruk rupa itu ?


kembali ke awal





HAVING A HUMBLE OPINION OF SELF


EVERY man naturally desires knowledge, but what good is knowledge without fear of God? Indeed a humble rustic who serves God is better than a proud intellectual who neglects his soul to study the course ofthe stars. He who knows himself well becomes mean in his own eyes and is not happy when praised by men.

If I knew all things in the world and had not charity, what would it profit me before God Who will judge me by my deeds?

Shun too great a desire for knowledge, for in it there is much fretting and delusion. Intellectuals like to appear learned and to be called wise. Yet there are many things the knowledge of which does little or no good to the soul, and he who concerns himself about other things than those which lead to salvation is very unwise.

Many words do not satisfy the soul; but a good life eases the mind and a clean conscience inspires great trust in God. The more severely will you be judged, unless your life is also the more holy. Do not be proud, therefore, because of your learning or skill. Rather, fear because of the talent given you. If you think you know many things and understand them well enough, realize at the same time that there is much you do not know. Hence, do not affect wisdom, but admit your ignorance. Why prefer yourself to anyone else when many are more learned, more cultured than you ?

If you wish to learn and appreciate something worth while, then love to be unknown and considered as nothing. Truly to know and despise self is the best and most perfect counsel. To think of oneself as nothing, and always to think well and highly of others is the best and most perfect wisdom. Wherefore, if you see another sin openly or commit a serious crime, do not consider yourself better, for you do not know how long you can remain in good estate. All men are frail, but you must admit that none is more frail than yourself.

The Doctrine of Truth
HAPPY is he to whom truth manifests itself, not in signs and words that fade, but as it actually is. Our opinions, our senses often deceive us and we discern very little. What good is much discussion of involved and obscure matters when our ignorance of them will not be held against us on Judgment Day? Neglect of things which are profitable and necessary and undue concern with those which are irrelevant and harmful, are great folly.

We have eyes and do not see.
What, therefore, have we to do with questions of philosophy? He to whom the Eternal Word speaks is free from theorizing. For from this Word are all things and of Him all things speak -- the Beginning Who also speaks to us. Without this Word no man understands or judges aright. He to whom it becomes everything, who traces all things to it and who sees all things in it, may ease his heart and remain at peace with God.

O God, You Who are the truth, make me one with You in love everlasting. I am often wearied by the many things I hear and read, but in You is all that I long for.Let the learned be still, let all creatures be silent before You; You alone speak to me. The more recollected a man is, and the more simple of heart he becomes, the easier he understands sublime things, for he receives the light of knowledge from above. The pure, simple, and steadfast spirit is not distracted by many labors, for he does them all for the honor of God. And since he enjoys interior peace he seeks no selfish end in anything. What, indeed, gives more trouble and affliction than uncontrolled desires of the heart?

A good and devout man arranges in his mind the things he has to do, not according to the whims of evil inclination but according to the dictates of right reason. Who is forced to struggle more than he who tries to master himself? This ought to be our purpose, then:to conquer self, to become stronger each day, to advance in virtue.

Every perfection in this life has some imperfection mixed with it and no learning of ours is without some darkness. Humble knowledge of self is a surer path to God than the ardent pursuit of learning. Not that learning is to be considered evil, or knowledge, which is good in itself and so ordained by God; but a clean conscience and virtuous life ought always to be preferred. Many often err and accomplish little or nothing because they try to become learned rather than to live well.

If men used as much care in uprooting vices and implanting virtues as they do in discussing problems, there would not be so much evil and scandal in the world, or such laxity in religious organizations. On the day of judgment, surely, we shall not be asked what we have read but what we have done; not how well we have spoken but how well we have lived.

Tell me, where now are all the masters and teachers whom you knew so well in life and who were famous for their learning? Others have already taken their places and I know not whether they ever think of their predecessors. During life they seemed to be something; now they are seldom remembered. How quickly the glory of the world passes away! If only their lives had kept pace with their learning, then their study and reading would have been worth while.

He is truly great who has great charity. He is truly great who is little in his own eyes and makes nothing of the highest honor. He is truly wise who looks upon all earthly things as folly that he may gain Christ. He who does God's will and renounces his own is truly very learned. 

Taken from : Christian Classics Ethereal Library (http://www.ccel.org)


kembali ke awal






KISAH KASIH SEORANG IBU............
by Rm. Gani, CM


Perempuan tua itu sejak tadi duduk termenung di bangku stasiun. Kebayanya kumal. Mungkin sudah sangat tua dan lagi sudah beberapa hari tidak dicuci. Sebuah keranjang besar tergeletak di sisinya. Kulihat isi keranjang itu, namun aku tidak bisa melihat dalamnya, sebab ditutup dengan kain selendang. Kalau melihat penampilannya pasti dia perempuan tua ini dari desa. Dengan iseng kudekati perempuan itu.

Sebenarnya aku datang ke stasiun hendak mencari teman-teman pekerja seks dan beberapa teman pria yang hidupnya di stasiun. Tapi entah mengapa sudah beberapa lama aku berjalan hilir mudik, aku tidak menemukan satu pun dari mereka. Memang banyak pengamen, pengemis dan sebagainya yang berkeliaran, namun aku tidak mengenal mereka. Melihat ibu itu duduk sendirian dengan wajah kosong, maka aku hampiri saja. Dari pada aku bengong dan hanya berjalan hilir mudik, mending aku ngobrol dengan perempuan itu.

Dengan basa-basi aku tanya ibu itu hendak kemana? Dia agak terkejut. Sejenak dia hanya memandangku tak acuh. Aku mencoba tersenyum padanya hendak menunjukan bahwa aku ingin ngobrol dengannya. Ibu itu menatap ke depan lagi. Aku pun jadi diam. Nggak enak rasanya memaksa orang untuk menjadi lawan ngobrol. Aku mengeluarkan rokokku. Ketika aku merokok, ibu itu mulai bercerita. Dia dari Kediri dan sudah agak lama mencari anaknya yang ada di Surabaya. Tapi belum menemukannya. Aku bertanya dimanakah alamat anaknya? Ibu itu hanya mengatakan "ancer-ancer"nya dekat dengan stasiun. Wah repot. Di Surabaya ada 3 stasiun. Lha kalau dekat dengan stasiun maka yang dimaksud stasiun mana? Seberapa ukuran dekat? Sedikit kujelaskan kesulitan mencari alamat itu.

Ibu itu hanya mengangguk dan menatap kosong. Dia cerita kalau anak perempuannya sudah dua tahun lebih pergi dari desa. Pada awalnya anak itu masih mengirim kabar. Tapi lama kelamaan dia sudah tidak pernah memberi Kabar lagi. Sampai akhirnya tidak ada kabar beritanya lagi. bahkan dia tidak tahu bahwa ayahnya sudah meninggal. Dengan sedikit memaki-maki anak tidak tahu diri, dan sebagainya, ibu itu melanjutkan ceritanya. Jika anak itu tidak tahu diri mengapa dia jauh-jauh ke Surabaya mencarinya dalam ketidakjelasan? Dengan nada pasrah ibu itu mengatakan bagaimanapun juga dia masih anaknya.

Dibalik kemarahan dan kejengkelannya ternyata ibu ini menyimpan cinta yang besar kepada anak perempuannya. Dengan bangga ibu itu menceritakan tentang masa kecil dan masa sekolah anaknya. Menceritakan perjuangannya untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai lulus SMA. Tapi kini balasan anaknya hanya begini. Dia dilupakan.Ibu ini bukanlah satu-satunya orang tua yang dilupakan oleh anak-anaknya. Masih banyak orang tua yang mengalami masa kelam seperti ibu ini. Namun meski ibu ini dilupakan anaknya, dia tidak mendendam. Dengan berlinang air mata, ibu itu menceritakan bahwa dia masih mencintai anaknya, maka dia mencarinya. Dia mengkuatirkan keselamatannya. Dia senantiasa berdoa agar Gusti memberikan perlindungan. Dia mencari bukan hendak meminta sesuatu pada anaknya. Dia hanya ingin tahu apakah anaknya selamat atau tidak. Cukuplah baginya kalau tahu anaknya selamat. Aku jadi terharu betapa besar cinta ibu ini pada anaknya.

Kuingat syair lagunya Iwan Fals yang sering kunyanyikan bersama teman-teman anak jalanan. "Seperti udara kasih engkau berikan. Tak sanggup kumembalas ibu." Ya kasih ibu seperti udara. Halus dan memberikan kehidupan. Aku tidak akan sanggup membalas kasih ibu.

Aku jadi teringat pada ibuku. Kadang kalau ibu ada di dekatku, aku tidak memperhatikan dia, tapi kalau ibu jauh, maka aku jadi ingat dan rindu padanya. Aku ingin hanya sekedar melihat wajahnya saja. Inilah mungkin yang dimaksudkan oleh Iwan Fals seperti angin. Aku tidak menyadari desir angin sampai aku merasakan panasnya udara dan membutuhkan sedikit udara segar. Pada saat itulah aku baru merasakan nikmatnya angin. Tapi angin itu tidak peduli apakah aku memperhatikan atau tidak. Dia tetap mengalir memberikan kesejukan. Ibu itu pun tidak peduli apakah anaknya memperhatikan atau tidak. Dia tidak peduli bahwa selama ini anaknya telah melupakannya. Dia tetap mencintai dan mencarinya. Dia ingin anaknya pulang dengan selamat.Inilah kasih sejati. Dia tidak peduli meski dia dikhianati.Dia tetap mencintai.

Apakah aku sanggup mencintai seperti ibu ini? Meski aku dituntut untuk mencintai semua orang, tapi aku sering memilih-milih. Aku hanya mencintai orang yang mau mencintaiku. Aku mengingat orang yang mengingatku. Bahkan tidak jarang aku jadi membenci orang yang membenciku. Padahal Kristus telah bersabda kalau orang hanya mencintai orang yang mencintainya saja, apa bedanya dengan orang munafik? Aku tidak ingin dimasukan dalam golongan munafik, tapi aku sering kali mengikuti sikap hidupnya. Harusnya aku bisa mengasihi orang seperti ibu ini mengasihi anaknya. Meski dia dilupakan, namun dia tidak melupakannya, bahkan mencarinya, walau dia sadar bahwa tidak mudah untuk mencari anaknya dengan alamatnya yang tidak jelas sama sekali. Namun dia tetap mempunyai harapan sehingga akan mencari sampai ketemu. Aku jadi malu pada ibu ini. Ibu ini jauh lebih bisa melaksanakan ajaran Kristus daripada aku yang mengklaim diri sebagai muridNya.

Aku yang dengan eksplisit menyatakan akan mengikutiNya.Kusadar bahwa seringkali ajaran Kristus hanya menjadi ajaran. Suatu yang konseptual. Orang bahkan sudah merasa puas dengan mengetahuinya. Orang bangga kalau sudah mengutak-atik dan menafsirkan sedemikian rupa. Namun itu tetap sebagai ajaran. Belum terwujud dalam suatu sikap hidup. Belum merasuk dalam diri dan menjadi dorongan untuk berbuat. Perempuan tua ini tidak memahami ajaran Kristus. Dia hanya bergerak dengan dorongan inti ajaran Kristus yaitu kasih.

Kusedot rokokku lagi dengan gelisah. Aku teringat akan ibuku. Ibu adalah orang yang membuatku lahir di dunia. Sembilan bulan dia membawaku kemana saja dia pergi tanpa mengeluh. Dia meletakan harapan-harapan indah. Ketika lahir aku masih menyusahkannya. Tidak jarang aku menghukumnya untuk begadang semalaman kalau aku rewel. Aku masih terus bergantung padanya sampai aku besar. Aku teringat bahwa ibu sering membasuh kakiku, ketika aku berangkat tidur tanpa cuci kaki lebih dulu. Namun aku belum sekalipun mencuci kakinya. Ibu berusaha membuatku senang meski dengan sedikit hal yang dimilikinya. Sebaliknya aku membalas dengan kenakalanku. Tidak jarang aku membuatnya sakit hati dan pedih. Belum lagi jika aku berani membantah dan mengkritiknya dengan pedas. Pasti ibu akan sakit hati. Meski aku sering membuatnya jengkel, seandainya aku pergi tanpa kabar, maka aku yakin bahwa ibu akan seperti ibu ini. Dia akan mencari meski dalam kegelapan.

Tiba-tiba aku ingin pulang untuk menjenguk ibu. Aku ingin memeluknya dan menunjukan bahwa aku juga mencintainya.

Salam
Gani
(yang sedang kangen sama ibu)


kembali ke awal





SEBUAH PELAJARAN
Oleh: Teresa Hunt

Hanya kami saja yang membawa anak di restoran itu. Aku mendudukkan Erik di kursi khusus untuk anak dan mulai memperhatikan orang-orang yang dengan tenang makan sambil berbincang-bincang. Erik memekik gembira dan berteriak,"Halo!".

Dia menepuk-nepukkan tangan bayinya yang montok ke nampan di kursinya. Matanya membelalak gembira dan ia tersenyum lebar memperlihatkan mulutnya yang masih belum bergigi. Dia menggeliat-geliat dan tertawa-tawa kesenangan. Aku melihat ke sekeliling dan segera menemukan sumber kegembiraannya. Ada seorang pria dengan jas yang compang-camping, kotor, berminyak, dan usang. Dia memakai celana baggy dengan resleting yang setengah terbuka dan jempol kakinya menyembul dari sepatunya yang sudah hampir hancur. Bajunya kotor dan rambutnya yang kotor tidak disisir. Cambangnya terlalu pendek untuk bisa disebut sebagai jenggot, dan hidungnya penuh guratan sehingga tampak seperti peta jalanan.

Kami duduk cukup jauh sehingga tidak mencium baunya, tapi aku yakin dia pasti bau sekali. Dia melambaikan dan menggoyang-goyangkan tangannya. "Halo, sayang. Halo anak pintar. Ciluk ba!", dia berkata pada Erik. Suamiku dan aku saling berpandangan, "Apa yang harus kami lakukan?" Erik terus tertawa dan menjawab "Halo, Halo." Semua orang di restoran memandangi kami dan pria itu. Orang tua yang aneh sedang mengganggu bayi manisku. Makanan kami datang dan pria itu mulai berteriak dari seberang ruangan. "Kamu tahu kue pastel? Kamu bisa cilukba? Hei, dia bisa ciluk ba." Tak ada seorangpun yang menganggap pria itu lucu. Menurutku dia pasti mabuk. Suamiku dan aku sangat malu. Kami makan dengan diam, kecuali si Erik, yang mulai menyanyikan semua lagu yang dikenalnya untuk si gembel yang mengaguminya, yang memberikan komentar yang lucu-lucu.

Akhirnya kami selesai makan dan beranjak pulang. Suamiku membayar ke kasir dan menyuruhku menunggu di tempat parkir. Pria tua itu duduk diantara kami dan pintu keluar. "Tuhan, biarkan aku keluar dari sini sebelum dia sempat berbicara dengan aku atau Erik." doaku. Saat mendekati pria itu, aku berjalan menyamping untuk menghindari baunya. Saat aku melakukan itu, Erik menyandar pada lenganku dan merentangkan kedua tangannya minta digendong. Sebelum aku sempat menghentikannya, Erik sudah meronta dari tanganku dan menuju tangan pria itu. Tiba-tiba, pria tua yang sangat bau dan seorang bayi yang masih kecil mewujudkan rasa sayang mereka. Erik, dengan penuh kepercayaan, sayang, dan pasrah merebahkan kepalanya yang mungil ke atas pundak pria itu. Mata pria itu terpejam dan aku bisa melihat air mata menggenang di bawah bulu matanya. Tangan tuanya yang kotor dan penuh tanda-tanda kepenatan karena terlalu sering dipakai untuk bekerja keras, dengan lembut, sangat lembut menimang bayiku dan mengelus punggungnya.

Belum pernah ada dua insan yang dapat menyayangi dengan begitu dalam hanya dalam waktu sesingkat itu. Aku terpaku. Pria tua itu menggoyang dan menimang Erik di pelukannya selama beberapa saat, dan kemudian matanya terbuka dan memandangku dalam-dalam. Dia berkata dengan tegas, "Jaga bayi ini dengan baik."Kerongkonganku bagai tersumbat batu. Entah bagaimana caranya, aku berhasil menjawab, "Baik". Dia menjauhkan Erik dari dadanya, dengan tak rela, dan berlama-lama, seolah merasakan nyeri yang mendalam. Aku menerima bayiku dan kemudian pria itu berkata,

"Tuhan memberkati anda, Nyonya. Anda telah memberiku hadiah Natal." Aku tidak dapat berkata apapun selain menggumamkan terima kasih. Dengan memeluk Erik, aku berlari ke mobil. Suamiku bertanya kenapa aku menangis sambil memeluk Erik dengan eratnya, dan berkomat-kamit, "Ya Tuhan, Tuhanku, ampunilah aku." Aku baru saja menyaksikan kasih Yesus terpancar melalui kepolosan seorang anak kecil yang tidak memandang dosa, tidak menghakimi; seorang anak yang memandang jiwa, dan seorang ibu yang hanya melihat penampilan luar saja. Aku adalah seorang Kristen yang buta, memeluk seorang anak kecil yang dapat melihat. Aku merasakan Tuhan bertanya kepadaku, "Apakah engkau bersedia membagi anakmu untuk beberapa saat saja?" Bukankah Ia telah membagi anakNya untuk selama-lamanya. Gembel tua itu, tanpa disengaja, telah mengingatkanku, "Untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus menjadi seperti anak-anak."

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Matius 18:3).

Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. (1 Sam 16:7).


kembali ke awal





BUAH SIMALAKAMA

Madjid adalah salah satu anak jalanan yang berasal dari suatu desa di Kabupaten Probolinggo. Tahun lalu dia mengajukan diri pada kami untuk sekolah lagi setelah 3 tahun menjadi anak jalanan di Surabaya. Keinginannya ini kami dukung dengan mendaftarkannya ke STM. Karena jika tidak ada kemungkinan sekolahnya akan terbengkelai atau pikirannya berubah lagi, sehingga meninggalkan bangku sekolah. Maka kami menitipkannya di sebuah sekolah kejuruan Katolik untuk membantu membersihkan mesin-mesin, ruang praktek, dan lain-lain. Karena sekolah tersebut tidak memiliki anggaran untuk itu, maka setiap bulan kami memberi Rp75.000 pada sekolah tersebut agar diberikan pada Madjid sebagai gajinya. Selain itu kami juga memberikan uang untuk makannya pada sekolah tersebut, sehingga Madjid bisa diperlakukan sebagai karyawan setempat yang mendapatkan minum dan makan di kantin.

Madjid tahu usaha kami untuk membantu dia keluar dari jalanan. Namun dia tidak tahu bahwa gaji dan makan yang dia terima itu berasal dari kami. Dia merasa itu dari sekolah tempat dia bekerja. Di sekolah itu dia pun diperlakukan dengan baik oleh guru yang bertanggung jawab terhadap praktek. Guru ini adalah salah satu mudika yang kenal baik denganku. Perlakuan guru pembimbing ini sering membuat Madjid menjadi sungkan, sebab dia jarang merasa diperlakukan seperti itu.

Beberapa waktu yang lalu aku ngobrol dengan Madjid mengenai sekolah dan berkepanjangan mengenai hidup. Sambil merokok dan tiduran dia banyak bertanya tentang hidup dan motivasiku untuk terjun dalam aktifitas ini. Dia tahu bahwa aku adalah seorang romo. Dia beberapa kali datang ke pasturan dan masuk kamarku untuk mandi, tidur, mainan komputer atau hanya sekedar main gitar. Pembicaraan kami terus berlanjut sampai pembicaraan tentang agama. Tiba-tiba Madjid mengatakan bahwa dia ingin menjadi Katolik.

Pernyataannya ini membuatku terkejut. Kutanya apakah dia serius? Dia mengatakan bahwa dia serius ingin menjadi Katolik. Aku jelaskan tidak mudah menjadi Katolik, pertama harus belajar dulu selama 1 tahun dan kalau sudah dianggap layak baru dibaptis. Baptis bukan akhir perjalanan menjadi Katolik tapi dituntut untuk terus mengaktualisasikan ajaran Yesus. Selain itu apakah dia siap akan reaksi teman-teman? Dia mengatakan bahwa hal itu sudah dipikirkannya. Mendengar penjelasannya aku hanya tersenyum dan mengatakan lebih baik pikirkan lagi dan mulailah sholat atau melaksanakan ajaran agama Islam.

Hal yang mendorongnya ingin jadi Katolik adalah dia melihat orang Katolik itu baik-baik, misalnya sikap guru-guru di sekolah tempat dia kerja. Sikap beberapa teman relawan dan sikapku sendiri. Aku tertawa ngakak. Dulu Madjid tinggal di rumah singgah milik salah satu lembaga muslim. Dia melihat ada perbedaan yang sangat mencolok antara sikap kami terhadap teman-teman anak jalanan dengan sikap para relawan di rumah singgahnya dulu. Dia melihat kami ini sungguh bersaudara tidak membedakan bahwa mereka adalah anak jalanan, sedang di rumah singgahnya yang dulu, mereka membuat jarak.

Permintaan Madjid ini aku diskusikan dengan beberapa orang. Beberapa orang mengatakan aku berhasil, sebab bisa mempertobatkan orang sehingga masuk ke agama Katolik. Aku mengatakan tidak. Bagiku dia beragama Islam itu bukan dosa sehingga harus ditobatkan. Selain itu, aku datang pada teman-teman anak jalanan hanya untuk berteman dan memberi kesan pada mereka bahwa masih ada orang yang mau menjadi teman dan memberikan kasih pada mereka. Bukan untuk menjadikan mereka sebagai orang Katolik. Memberi kesan pada mereka bahwa tidak semua orang Kristen itu jahat, sehingga boleh dikompas, dibeset mobilnya, dicaci maki dan sebagainya. Aku ingin agar mereka bisa menerima orang Kristen dan Cina, yang diidentikan sebagai orang Kristen. Aku ingin agar mereka belajar menghargai manusia meski berbeda agama, ras, dan suku.

Orang lain mengatakan bahwa tugas perutusanku adalah menjadikan orang sebagai murid Kristus dan membaptis mereka. Tapi bagiku murid Kristus bukan hanya sekedar baptis, tapi adalah pelaku kasih. Bagiku percuma saja orang dibaptis tapi tidak berlaku kasih. Tapi apakah permintaan Madjid ini harus ditolak? Mengapa aku harus menolak suatu niat baik?

Permintaan Madjid ini apakah suatu berkah atau suatu tantangan baru? Sebab selama ini kegiatanku di tengah mereka sudah dicurigai oleh beberapa lembaga Islam. Mereka kuatir bahwa aku akan mengkristenkan anak-anak jalanan. Jika Madjid sungguh menjadi orang Katolik bukankah tuduhan mereka menjadi benar? Mereka mendapatkan peneguhan atas tuduhannya. Mereka bisa menakuti anak-anak jalanan lain agar menjauh dari kelompok kami sebab mereka akan dikristenkan contohnya adalah Madjid. Hal ini bisa diterima oleh anak-anak jalanan yang cara berpikirnya sangat sederhana.

Diskusi dengan teman-teman sendiri mengalami jalan buntu. Beberapa teman mengatakan kalau ingin tetap bebas menjalankan aktifitas, maka sebaiknya permintaan Madjid itu ditolak saja. Keputusan Madjid masuk Katolik bisa menjadi batu sandungan bagi aktifitas pendampingan. Tapi beberapa mengatakan biar saja orang menilai macam-macam, toh kami memang tidak menyuruh dia menjadi Katolik. Apa salahnya kalau ada orang mau masuk Katolik? Akhirnya aku putuskan biar waktu sendiri yang akan merealisasikan hal itu. Jika memang Allah menghendaki Madjid menjadi pengikut Kristus, pasti hal itu akan terjadi meski banyak sekali tantangan dan hambatannya. Aku meyakini akan kehendak Allah. Tapi jawabanku ini tidak disukai, sebab tidak menyatakan “ya” atau “tidak”. Aku membiarkan masalah menjadi mengambang, padahal yang dibutuhkan ialah mendukungnya secara tegas atau menolaknya. Madjid pun membutuhkan persetujuan atau penolakan. Tapi semuanya mengandung resiko.

Persetujuan berarti harus ada keberanian menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Penolakan bisa ditafsirkan oleh Madjid bahwa anak jalanan tidak pantas menjadi umat Katolik. Banyak anak jalanan yang peka akan hal ini. Penjelasan apapun bisa mentah jika sudah menyentuh status. Hal ini akan mengubah cara pandang mereka. Kami yang menyatakan diri melihat semua manusia sederajat ternyata keputusan kami tidak sesuai dengan apa yang kami katakan. Permintaan Madjid merupakan buah simalakama.

salam,
gani


kembali ke awal





BAGAIMANA CARA BERPACARAN DAN MENIKAH YANG KUDUS DI MATA TUHAN?

80% masalah keluarga yang timbul setelah pernikahan disebabkan karena masa pacaran yang tidak kudus. Dan dengan masa pacaran yang tidak kudus ini seperti menaruh bom waktu yang akan meledak ketika seseorang melanjutkan ketidakkudusan pacarannya ke jenjang pernikahan. Orang duniawi cenderung berpacaran karena pergaulan yang tidak sehat.

1 Kor 15 :33 berkata :  Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

Ayat ini menggambarkan kepada kita bahwa kita hanya dapat bersahabat dengan orang yang seiman dengan kita karena mempunyai kesamaan visi. Namun kita tetap dapat bergaul dengan siapa saja.

Contohnya saja, Tuhan Yesus bergaul dengan pelacur, pezinah, dan orang berdosa, tapi Ia hanya bersahabat dengan muridNya. Bila kita bersahabat, kita perlu memberitakan kepada sahabat kita untuk menerima Yesus, karena kita pun pasti rindu agar mereka diselamatkan, karena kita sayang pada mereka.

Janganlah anda bangga bila anda sudah mempunyai pacar !!  Karena sifat pacar adalah sementara, dapat sewaktu2 bubar. Tapi banggalah anda yang sudah mempunyai calon istri atau suami. Seperti Kej 1:28 , Allah berkata :  "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. " Jelas bahwa pernikahan bukanlah tujuan, tetapi pernikahan merupakan alat untuk mencapai rencana Allah, yang rencanaNya itu ialah seperti gambaran ayat Kejadian tadi bahwa Allah ingin kita memperbanyak gambar Allah, sampai bumi penuh dengan gambar Allah dan memerintah bumi atau menguasai bumi.

Berikut adalah Motivasi Salah yang terkadang terdapat dalam pikiran kita mengenai perkawinan:

1.    Masalah usia.
Sering kita menganggap kalau kita harus menikah di usia tertentu yang kita anggap sudah cukup. Hal ini salah. Allah punya rencana untuk tiap anakNya yang berbeda-beda. Dan usia tiap orang untuk siap menikah berbeda2. Untuk itu hendaknya kita tidak menghakimi teman kita yang sering kali dianggap 'perawan tua/bujang lapuk' atau semacamnya.

2.    Rasa kesepian.
Jangan menikah bila kita belum menang dari rasa kesepian kita. Faktor ini sering terjadi pada kaum wanita. Dengan rasa takut akan kesepian, maka ia akan menerima siapa saja yang pertama kali menunjukkan rasa tertarik padanya, walaupun tidak sesuai dengan gambaran pasangan yang diidamkannya dan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

3.    Tekanan dari orang tua,atau teman.
Ingatlah bahwa kita menikah karena rencana Tuhan, dan bukan atas dasar tekanan dari orang lain.

4.    Merasa sudah cocok.
Disaat kita menemukan calon, dan kita merasa sudah cocok, hati2, kita harus teliti lebih jauh tentang dirinya. Banyak pasangan muda-mudi yang merasa bahwa pasangannya itu baik dan segera akan menikah karena kebaikan pasangannya itu.  Ingat !!  Bahwa kita bukan mencari orang baik untuk dijadikan pasangan hidup, tetapi orang benar. Karena orang baik belum tentu orang benar, tetapi orang benar, pasti karena Tuhan Yesus dan pasti baik.

5.    Materi.
Seperti warisan, kekayaan, yang sifatnya tidak kekal dan hanya menjadikan manusia rakus harta.

6.    Asmara / Ketertarikan jasmani.
Ingatlah dalam Amsal 6 : 25 "Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya." Karena apabila kita sudah menjadi tua semua kecantikan itu akan hilang.

7.    Biologis.
Khususnya untuk kaum pria. Janganlah menikah bila kita belum menang dalam hal kekudusan atau nafsu. Janganlah berpikir kalau menikah adalah alternatif lain untuk seorang pria daripada ia lari ke pelacur atau berbuat dosa lainnya.

8.    Kuasa gelap.
Janganlah kita sebagai anak Allah sekali-kali memakai cara ini dalam menentukan pasangan hidup kita. Ingat apa yang ditabur itu yang akan dituai. Iblis mungkin akan memberikan kepada kita wanita yang sempurna, pria yang sempurna seperti yang kita idamkan, tapi ia akan memberikan tagihan pada kita.
Misalnya :  perkawinanan anda hanya 5 tahun, atau anak yang anda lahirkan akan idiot, atau anda harus mengalami sakit-penyakit, masalah dengan bisnis anda, dan sebagainya. Tapi kalau kita meminta pada Tuhan, Dia memberikan yang menurutnya terbaik untuk kita, malah Ia akan memberikan damai sejahtera kepada keluarga kita selamanya, yang tidak akan dapat ditukar dengan harta seberapa besarnya pun.

Bagaimana kita menemukan pasangan hidup secara natural dan bukan supernatural??
Amsal 31:10 "Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya ?? Ia lebih berharga daripada permata."
Tentu saja untuk menemukan pasangan hidup kita harus berusaha untuk berjumpa dengan orang yang dimaksud, yaitu melalui persahabatan yang sehat. Dan waktu tidak menentukan kapan, akan tetapi kesamaan akan lahir, baru sepadan, dalam arti bahwa sepadan itu:
-   sama2 lahir baru di dalam Kristus
-   mempunyai visi yang sama
-   dapat saling mengisi atau melengkapi dalam hal kekurangan atau kelebihan.

Bagaimana dengan perbedaan yang ada ?
Semua perbedaan yang tidak mutlak, baik itu mengenai masalah usia, suku, ras, sosial, pendidikan, dapat diatasi dengan kedewasaan rohani. Biasanya dengan adanya perbedaan ini orang yang paling terlebih dahulu menentang adalah orang tua. Nah, dengan kedewasaan iman, kita dapat meminta kepada Tuhan untuk mengubah cara pandang orang tua kita yang biasanya karena ada kuasa kegelapan di belakang mereka yang menghalangi hubungan kita yang memang sudah benar2 datang dari Tuhan.

Pacaran & Pra Nikah Apa perbedaannya ?
Pacaran statusnya coba2, kalau pranikah sudah yakin, karena sudah adanya saling kenal di antara kedua pihak. Yesaya 13:18 berkata bahwa " Panah-panah mereka akan menembus orang-orang muda, mereka tidak akan sayang kepada buah kandungan, dan mereka tidak menaruh kasihan kepada anak-anak." Mereka di sini yang dimaksudkan adalah setan asmara yang menyerang orang muda. Yang tadinya asmara yang  ditujukan untuk suami istri, setan memanah orang muda sehingga orang muda terlibat dalam sex, lalu hamil dan menggugurkan kandungannya. Setan meminta nyawa dalam hal ini dan ia mengincar orang muda. Inilah berbagai ulasan mengenai asmara yang sangat bertentangan dengan kasih, yaitu bahwa kasih sabar, sopan dan tidak cemburu, sedangkan asmara kebalikannya.

Dalam pacaran dunawi, orang kebanyakan berpacaran karena asmara, yang dimana dipenuhi dengan nafsu, terutama di pihak laki-laki. Kita lihat bahwa si pria tidak sabar untuk menunggu, ia penuh dengan asmara bukan kasih. Pria pencemburu yang sering kali mengikat hubungan dengan pasangannya karena rasa tidak aman sampai pada tahap2 tertentu, jelas ia sedang jatuh dalam asmara dan bukan  kasih, karena kasih tidak pencemburu.

Hal2 yang perlu dihindari :
Disebutkan bahwa apabila antar pasangan kita terdapat lebih dari 300 jam pertemuan dalam sebulan, kita harus hati2 untuk tidak terjerumus dalam nafsu.  Kita atur sebaik mungkin untuk seminimal mungkin bertemu dengan pasangan, dan sedapat mungkin menghindar dari suasana2, tempat yang dapat memacu nafsu. Dalam hal menjaga kekudusan, pada awal pertemuan kita harus bikin komitmen dengan pasangan kita, dan yang memegang kunci dari kekudusan ini adalah wanita. Bila anda seorang wanita, untuk menjaga kekudusan anda harus sembuh dulu dari rasa kesepian, jangan berpikir bahwa anda adalah mahluk yang kesepian dan anda mendukung pasangan anda untuk jatuh ke dalam dosa.

Kalau Tuhan memberikan pria sejati, pria tersebut akan menjaga kekudusan dan menghormati anda, karena anda adalah tubuh Kristus yang seharusnya dicintai dan tidak dicemari. Ingatlah bahwa menikah adalah keputusan kedua setelah anda menerima Kristus. Menerima Kristus berhubungan dengan hidup kekal, menikah berhubungan dengan seumur hidup, karena umumnya orang menikah lebih lama dari pada hidup sendiri. Kalau ceroboh dalam hal pernikahan, maka akan menanggung akibatnya seumur hidup !

Kelemahan dalam tubuh wanita dan pria yang harus diketahui dan hendaknya dijadikan alat untuk menghindar dari nafsu :

Pada pria :

Mata, meraba. Contohnya : Pakaian wanita yang minim, akan memacu nafsu pria.

Pada wanita :
Telinga, diraba. Contohnya : Bisikan suara yang romantis, karena wanita ingin disayang, diperhatikan, dan dicintai.

Untuk itulah semua hal diatas harus dihindari, karena kita ingin kudus di mata Tuhan sebagai muridNya, dan di dalam pernikahan yang terpenting adalah persatuah roh : setubuh, sedaging, sejiwa, terbuka, kelemahan menjadi kelemahan bersama, kelebihan menjadi kelebihan bersama dan untuk itu kita dapat saling mengisi satu sama lain.

Ingatlah bahwa penikahan bukan jalan pintas tetapi merupakan rencana Allah akan hidup kita, sebagai anakNya. Hiduplah dalam Kudus Tuhan !!

Pengirim: Mey Febriana


kembali ke awal




Air Mata Allah


Tak ada yang lebih universal serta biasa bagi manusia selain air mata. Namun air mata biasanya diasosiasikan dengan kelemahan serta kerentanan. Sayangnya, seringkali dihubungkan hanya dengan wanita. Wanita memang bereputasi mudah menangis. Mereka bisa menangis kapan saja - di pesta pernikahan ataupun di upacara pemakaman, dan terkadang mereka menangis karena alasan yang tidak jelas

Namun, air mata itu bukan hanya monopoli wanita; pria juga menangis. Malah, banyak pria yang terkenal kekuatannya justru menangis. Ketika dibuang pertama kalinya, dan pantai Perancis yang begitu dicintainya lenyap dari pandangan, Napoleon menangis. Rasul Paulus, pria yang jelas-jelas tidak terlalu emosional pernah menangis.

Pria juga menangis; wanita juga menangis; manusia menangis. Air mata adalah tanda manusiawi.

Bukan saja air mata itu manusiawi, air mata itu juga ilahi. Alkitab mengatakan bahwa Allah menangis. Sungguh luar biasa – Allah kita menangis!

Kita melihat tiga insiden dalam pelayanan Tuhan Yesus Kristus di mana dikatakan bahwa Ia menangis, dan air mata itu mengungkapkan hati Allah.

Air Mata Simpati
Insiden yang pertama terjadi dalam perjalanan-Nya menuju makam Lazarus. Katanya, ketika Tuhan tiba di sana, Ia menangis. Yesus menangis. Tuhan kita menangis; air mata berlinang di pipiNya, dan tubuhNya gemetar dengan emosi. Ia tahu bahwa Ia akan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, namun Yesus menangis simpati ... simpati terhadap mereka yang dikasihiNya karena kematian telah membuat mereka berkabung.

Walaupun maut adalah buah dosa, tidaklah berarti bahwa Allah tidak bersimpati. Air mata Yesus mengungkapkan bagaimana perasaan Allah di pemakaman.

Air Mata Duka
Insiden yang kedua kita baca dalam Injil Lukas. Ia dari Betani, bermalam di sana, lalu mengelilingi Bukit Zaitun hari Minggu paginya. Di saat itulah tampak kota Yerusalem. Katanya Ia menangisi kota itu. Bahasa Lukas di sini sungguh kuat. Secara harfiah dikatakan bahwa Ia menangis sejadi-jadinya! Ia meratapi Yerusalem HatiNya hancur karena kota itu, yang akan menolak serta menyalibkanNya.

Kita tinggal mengikuti sejarah beberapa tahun berikutnya, yaitu hingga tahun 70 setelah Kristus, untuk melihat mengapa Ia menangis. Ketika itulah derap langkah pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus terdengar di luar tembok Yerusalem, dan mereka benar-benar menghancurkan kota itu. Seorang saksi mata, sejarawan, menulis bahwa tak ada kota yang menderita kebrutalan yang diderita Yerusalem, ketika para Ibu melihat anak-anaknya dibawa pergi, sementara seorang serdadu Romawi yang brutal menghancurkan kepalanya ke batu karang. Pria dan wanita mati di kota itu, dan anak-anak dimakan oleh orangtua mereka sendiri yang kelaparan. Sungguh mengerikan! Itulah hukuman atas kota yang telah menolak Juruselamat serta Rajanya.

Tidaklah heran Yesus menangisi kota itu, mengetahui penghakiman yang akan dijatuhkan kepadanya.
Kawan, Yesus menumpahkan darahNya demi keselamatan Anda. Ia menitikkan air mataNya ketika Anda menolakNya.

Air Mata Penderitaan
Insiden yang ketiga adalah doa Tuhan kita di Taman Getsemani. Di sini, bukan saja Ia berdoa melainkan juga meratap. Kematian yang dialami Tuhan Yesus bukanlah kematian biasa, misteri yang takkan dapat dipahami siapapun. Pada hari Yesus disalibkan, Allah menyelimuti salibNya dengan kegelapan selama tiga jam, maka tak seorangpun dapat menggambarkan penderitaan Kristus ketika Ia dijadikan berdosa demi kita Tak ada yang sentimentil menyangkut air mata Allah - air mataNya itu tidak emosional ataupun feminin. Namun sekarang ini banyak orang mengatakan Anda harus menitikkan air mata untuk diselamatkan - air mata pertobatan.

Pertobatan bukanlah menitikkan air mata. Pertobatan artinya berubah pikiran. Artinya menuju ke suatu arah, lalu berbalik dan menuju ke arah yang sebaliknya. Sebalok es juga menangis. Kita bisa saja menitikkan air mata di gereja namun tetap dingin terhadap Allah.

Air mata adalah lambang penderitaan Yesus. Air mataNya tulus. Air mataNya mengungkapkan kepedihan hatiNya yang mendalam. Air mataNya bercerita tentang darah serta kematianNya untuk menebus Anda dan saya.

Anda dapat berdiri saja di samping sekarang ini, tak tergerak, tak tersentuh. Anda bahkan dapat menghalangiNya menyelamatkan Anda. Namun Anda takkan dapat mencegahNya menangisi Anda.

Sumber : Siapakah Allah Itu oleh J.Vernon McGee (Penerbit Gospel Press)

kembali ke awal





PORTIUNCULA


Suatu malam di bulan Juli tahun 1216, seorang biarawan, pria Itali kecil, kurus, berambut gelap dan bermata hitam sedang berdoa penuh kesungguhan bagi hal kemanusiaan di dalam pondok kecilnya di dalam hutan. Namanya adalah Bruder Fransiskus, walaupun demikian, ia barulah berusia tiga puluh empat tahun, ia dikenal dan dicintai oleh ribuan orang. Dua belas tahun kemudian, hanya dua puluh dua bulan setelah kematiannya, Gereja memproklamirkannya sebagai Santo Fransiskus dari Asisi. Tetapi di matanya sendiri, sang Poverello, "Pria Kecil yang Miskin," adalah "kepala para pendosa."

Sekarang, melalui jam-jam sucinya di malam hari, ia memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa untuk mengasihani semua para pendosa yang malang. Mengingat sabda Kristus, "Jika tidak engkau bertobat, kamu semua pastilah akan binasa," pikirnya di masa mudanya itu. Dua belas tahun yang lalu, ia adalah seorang yang energik, berani, playboy yang penuh ambisi dan seorang tentara yang hampir tidak pernah memberikan waktunya bagi Tuhan, kecuali di setiap minggu pagi. Dan suatu malam Tuhan yang Pengampun berkata kepadanya: "Fransiskus, kepada siapa engkau dapat berbuat kebaikan, kepada tuan atau kepada pelayan?"

Fransiskus mengambil hal itu sebagai pelajaran besar di dalam hatinya dan kemudian memutuskan untuk mendahulukan hal yang utama: ia bertanya kepada sang Tuan bagaimanakah ia dapat melayani-Nya. Dan Yesus Kristus sendiri, Penyelamat yang penuh kasih yang telah menderita sengsara di Kayu Salib bagi semua manusia, telah melihat ke bawah kepadanya dengan kasih yang lembut dan berkata: "PERBAIKILAH GEREJA-KU!"

Sejak itu, dimanapun juga Fransiskus setiap memikirkan akan betapa ramah, baik dan penuh kasihnya Yesus, airmata mengalir dari matanya dan ia berseru: "Kasih yang tidak dikasihi!" Pada mulanya Fransiskus telah melakukan kata-kata Yesus dan ia begitu gembira memperbaiki kapel dimana ia telah mendapatkan penampakan yang tidak terlupakan itu. Kemudian ia turun ke bagian kaki hutan di bawah Asisi, dan ia memperbaiki satu kapel kecil indah yaitu kapel Bunda para Malaikat, atau sebutan singkatnya, "Portiuncula", demikianlah kapel itu kemudian disebut. Para petani berkata bahwa mereka sering mendengar para malaikat menyanyi di atas kapel itu. Dan sekarang Fransiskus, seperti yang dikatakan oleh Santo Bonaventura kepada kita "dikarenakan oleh devosi yang sungguh-sungguh kepada Bunda yang berjaya atas dunia? dan dikarenakan oleh hormatnya kepada para malaikat? ia berpindah kediaman di sana (di Portiuncula)."

Disanalah para Bruder-Brudernya yang lain bergabung dengannya di dalam kehidupan baru yang bahagia di dalam kemiskinan yang suci, menjadi pekerja yang manual, memelihara para pasien kusta, meminta-minta dan mengkotbahkan akan Kasih Kristus. Dan Fransiskus, setelah menyewakan kapel itu kepada para pastor Benediktus dengan meminta bayaran sekeranjang ikan setiap tahun ? sebab ia menolak untuk memiliki apapun selain baju karung yang merupakan baju biaranya ? dan didasarkan akan pemikiran bahwa ia tidak layak menjadi pendiri suatu ordo religius, Fransiskus naik ke sebuah gua di atas pegunungan, di sana, selama badai mengamuk, ia membiarkan dirinya berdiam di tanah dan dengan pertobatan yang membara ia memohon kepada Penyelamatnya untuk mengampuninya dari dosa-dosa di masa lalunya. Di dalam jiwanya yang sedih ia telah berseru: "Siapakah Engkau, Tuhan dan Allahku ? dan siapakah aku, pelayan-Mu yang ber-ulat dan menyedihkan? Tuhanku terkasih, aku ingin mencintai Engkau! Tuhanku dan Allahku, aku berikan kepadamu hatiku dan tubuhku, dan aku berharap, seandainya saja aku tahu bagaimana caranya, untuk tetap dan lebih mencintai Engkau!" Dan Fransiskus tetap mengulang: "Tuhan, kasihanilah aku, pendosa yang malang?!"

Kemudian kedamaian yang manis dan lembut, kedamaian hebat dari Kristus, datang ke dalam jiwanya yang murni, dan yang bertobat, Fransiskus mendengar suatu suara berkata: "FRANSISKUS, DOSA-DOSAMU TELAH DIHAPUSKAN!"

Sejak saat itu, dari hati yang penuh syukur, Fransiskus dengan kesungguhan hati meminta pertolongan dari surga bagi pertobatan para pendosa. Hal inilah yang sedang sungguh-sungguh didoakannya, pada suatu malam di musim panas, di dalam pondoknya di hutan dekat dengan kapel kudus Bunda Para Malaikat? Tiba-tiba ia merasa ada suatu dorongan untuk pergi masuk ke dalam gerejayang kecil itu. Ketika akan masuk ia selalu berlutut, menundukkan kepalanya dan mengucapkan doa ini: "Kami berdoa kepada-Mu, Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua gereja-gereja-Mu diseluruh dunia, dan kami memberkati-Mu karena dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia!"

Kemudian, Fransiskus melihat dengan penuh ketakjuban ia melihat sebuah cahaya di atas altar kecil, dan di dalam pancaran misteri itu ia melihat Sang Penyelamat bersama dengan Bunda-Nya dan dengan banyak para malaikat. Dengan kegembiraan yang besar dan ketakjuban yang tak terkira, Fransiskus menyembah sampai ke tanah di hadapan pandangan mulia itu, ketika itu Yesus berkata kepadanya: "Fransiskus, mintalah apa yang kau inginkan bagi keselamatan manusia!"

Hampir saja ia tidak percaya akan kata-kata tak terduga itu dan dipenuhi dengan kasih suci bagi Sang Penyelamatnya yang penuh belas kasih itu, Fransiskus berseru: "Walaupun aku adalah pendosa yang malang, aku mohon kepada-Mu, Yesus terkasih, untuk mengabulkan kasih karunia ini kepada manusia: Berilah agar semua orang yang datang dengan penyesalan yang sungguh dan mengaku dosa di gereja ini, pengampunan yang utuh dan indulgensi dari segala dosa-dosanya!"

Ketika melihat bahwa Kristus tetap diam, Fransiskus melihat dengan penuh kasih dan keyakinan kepada Maria dan berkata: "Dan aku mohon kepadamu Bunda yang Terberkati, Pertolongan bagi manusia, untuk menjadi pengantara kepada-Nya akan permohonan ini!"

Kemudian Yesus melihat kepada Maria, dan Fransiskus tergetar ketika melihat Maria tersenyum dengan sedih dan menganggukkan kepalanya kepada anak-Nya yang Ilahi, seolah-olah ia berkata: 'Mohon kabulkanlah permohonannya demi aku." Pada saat itu Tuhan kita berkata kepada Fransiskus: "Aku mengabulkan permohonanmu. Tetapi bagaimanapun juga, engkau harus pergi kepada penguasa gereja-Ku, yaitu Paus, dan minta kepadanya untuk memberi persetujuan akan indulgensi ini."

Kemudian penglihatan yang indah itu menghilang, meninggalkan pria kecil yang miskin itu menangis di tanah dengan perasaan lega dan penuh syukur dan penuh kasih?

Ketika pagi datang di keesokan harinya, Fransiskus bersiap bersama dengan Bruder Masseo untuk pergi ke kota yang terdekat, Perugia, dimana seorang Paus baru yaitu Paus Honorius III, baru saja terpilih. Tetapi di dalam perjalanan, Fransiskus tidak bisa menahan kekhawatirannya: sebab ia telah meminta agar sebuah kapel yang tidak terkenal mempunyai hak istimewa, seperti yang telah dimiliki oleh makam Kristus, Santo Petrus, Santo Paulus! Kemudian Fransiskus berdoa dan berdoa dengan penuh kesungguhan sesuai dengan kemampuannya, terutama kepada Bunda para Malaikat.

Ketika pada saatnya giliran Fransiskus berbicara kepada vicar (penguasa gereja) Kristus, Fransiskus berkata dengan penuh kerendahan hati: "Yang mulia, beberapa tahun yang lalu aku telah memperbaiki sebuah gereja kecil sebagai penghormatan kepada Perawan Yang Terberkati. Aku mohon kepadamu untuk memberikannya sebuah indulgensi tanpa persembahan-persembahan." Seperiti biasanya, Fransiskus selalu memikirkan para orang miskin.

Paus menjawab: "Tidaklah beralasan, bagi seseorang yang menginginkan sebuah indulgensi harus membuat suatu pengorbanan. Tetapi berapa tahunkah engkau menginginkan indulgensi ini?"

Fransiskus berkata sungguh-sungguh: "Bapa Suci, mohon jangan berikan tahun-tahun, tetapi jiwa-jiwa?" "Apa maksudmu, tetapi jiwa-jiwa?" Sekarang Fransiskus harus mengatakan hal ini! Seraya berdoa sungguh kepada Bunda kita, Fransiskus dengan penuh kerendahan hati tetapi dengan suara yang tegas menyampaikan permintaannya yang luar biasa itu yang kemudiannya dikenal sebagai "Indulgensi Portiuncula":

"Saya berharap, bila hal itu berkenan Yang Mulia, karena dengan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada gereja itu, sehingga semua yang masuk ke dalamnya, yang memiliki hati yang sungguh bertobat dan mengaku dosa dan menerima absolusi, kiranya semua dosa-dosa dan hukuman-hukuman mereka dihapuskan, baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya, dari hari Baptis mereka sampai pada saat mereka memasuki gereja tersebut!"

Terperangah dengan permintaan yang begitu berani, Paus berseru: "Engkau meminta suatu yang besar, Fransiskus, sebab hal ini bukanlah kebiasaan pengadilan gereja Roma (Roman Court) untuk memberikan indulgensi yang seperti ini?"

Menyadari bahwa rencananya untuk menolong umat manusia sebentar lagi akan gagal, Fransiskus kemudian menambahkan secara diam, sebuah pertolongan suci surgawi dan dengan ketulusan hati yang tak terhingga: "Bapa Suci yang mulia, aku tidak meminta hal ini bagi kepentingan diriku sendiri ? Aku meminta ini atas nama Dia yang telah mengirim aku ke sini kepadamu: Tuhan kita Yesus Kristus!"

Segera Paus Honorius teringat bahwa pendahulunya yang agung, Paus Innocent III, telah mengutarakan kesungguhan bahwa Kristus telah sungguh-sungguh menampakan diri dan membimbing pria kecil yang suci ini. Dan dengan laporan-laporan yang datang dari seluruh Itali ia tahu bahwa Fransiskus dan para Brudernya telah sungguh-sungguh memperbaiki gereja Kristus dengan memberikan inspirasi kepada orang kaya dan miskin untuk hidup sebagai pengikut Kristus yang murni dan sederhana. Itulah sebabnya, dengan digerakkan oleh Roh Kudus, vicar Kristus ini mendeklarasikan tiga kali: "adalah keinginanku untuk mengabulkan hal ini kepadamu!"

Tetapi para Kardinal yang hadir, ketika mendengar hal inovasi yang revolusioner ini, segera protes kepada Paus, berseru bahwa indulgensi baru yang kaya ini akan melemahkan mereka yang pergi perang Salib (karena indulgensi istimewa dilarang diberikan kepada mereka yang pergi perang). Di dalam perkataan-perkataan yang kuat mereka menghimbau untuk membatalkan hal ini. Bagaimanapun juga, Paus berkata kepada mereka: "Aku tidak akan membatalkan apa yang telah aku kabulkan." "Kalau begitu laranglah sebanyak mungkin," para Kardinal bersikeras. Kemudian Bapa Suci memanggil Fransiskus kembali kepadanya dan berkata: "Kami mengabulkan indulgensi ini, dan hal ini menjadi sah dari tahun ke tahun ? tetapi hanya berlaku pada satu hari dalam satu tahun, dari senja suatu malam, terus melalui malam, sampai senja di kemudian harinya."

Fransiskus dengan patuh menundukkan kepalanya, dan setelah mengucapkan terimakasih kepada Paus, ia berdiri dan meninggalkan tempat itu. Tetapi Paus memanggilnya: "Kemanakah engkau akan pergi, wahai saudaraku yang sederhana? Engkau belum memiliki persetujuan tertulis (charter) untuk indulgensi ini!"

Fransiskus berputar kembali dan dengan senyum indah penuh keyakinan ia berkata: "Bapa Suci, kata-katamu telah cukuplah bagiku. Bila hal ini adalah pekerjaan tangan Tuhan, adalah bagian-Nya untuk memanifestasikan hal ini ? aku tidak memerlukan dokumen apapun. Perawan Maria adalah charter-nya, Kristus adalah notarisnya, dan para malaikatlah saksinya!"

Di dalam perjalanan pulang, Fransiskus beristirahat sejenak. Pada saat bangun, Fransiskus berdoa, dan di dalam doanya ia mendengarkan kata-kata: "Fransiskus, ketahuilah bahwa indulgensi yang telah diberikan kepadamu dibumi telah diteguhkan di Surga!"

Dengan kegembiraan yang besar Fransiskus menceritakan perihal pengungkapan ini kepada Bruder Masseo dan bersama mereka segera mengucapkan terimasih kepada Bunda Para Malaikat karena bantuannya itu.

Sebagai inagurasi akan Pengampunan yang besar di Portiuncula, Fransiskus memilih tanggal 2 Agustus, sebab hari itu adalah hari peringatan yang pertama dimana kapel itu dikonsekrasikan, dan karena tanggal 1 Agustus adalah pesta pembebasan Santo Petrus dari rantai penjaranya. Oleh sebab itu, pada hari itu, di hadapan para Uskup dari kota-kota tetangga, Fransiskus memberikan sebuah kotbah yang menggerakkan hati dimana ia mengatakan kepada orang tentang indulgensi tersebut. Berbicara dengan kasih dan kesungguhan hati malaikatnya mengenai pengampunan dan pertobatan, Fransiskus berseru: "Aku ingin mengirim kalian semua ke Surga!"

Segera setelah itu, bagaimanapun juga, melihat adanya gereja lain yang menjadi pahit karena indulgensi Portiuncula itu, Fransiskus dengan bijaksana menyuruh para pengikutnya agar tidak mempublikasikan perihal indulgensi itu untuk sementara waktu. Kepada temannya yang terdekat, Bruder Leo, Fransiskus berkata: "Jadikanlah hal ini rahasia dan jangan katakan kepada siapa saja sampai hampir akhir hidupmu. Biarlah indulgensi ini tersembunyi untuk beberapa waktu ini. Tetapi Tuhan akan menyatakannya dan memanifestasikannya?"

Sebagai konsekwensinya, tidak ada para penulis awal riwayat hidup Santo Fransiskus yang mengatakan tentang hal ini. Tetapi di tahun 1260-an teman Fransiskus yang tertua mulai membicarakan hal ini, dan setelah kematian Bruder Leo di tahun 1271 beberapa saksi telah men-sahkan bahwa dia dan para Brudernya telah mengatakan hal itu. Segera Uskup Asisi dan Paus mengeluarkan dokumen-dokumen meneguhkan Pengampunan Besar di Portiuncula, dan kapel Maria kecil itu menjadi tempat yang sangat terkenal sebagai tempat ziarah di Eropa.

Kemudian indulgensi yang berharga itu telah diperluas ke semua gereja Fransiskan di seluruh dunia dan telah dibuat toties quoties dimana indulgensi ini juga berlaku bagi para jiwa-jiwa yang malang di api pencucian. Dan pada tahun 1921 Paus Benediktus XV membatalkan pelarangan mengenai "hanya satu hari" saja pemberian indulgensi tersebut di Portiuncula, sehingga kini semua peziarah boleh memperoleh Pengampunan Besar di sana pada hari apa saja sepanjang tahun. Dengan demikian Pria Kecil yang Miskin dari Asisi itu telah memperkaya dunia melalui kasihnya yang seperti Kristus bagi para pendosa!

Dan ordo-nya yang ketiga ini bagi pria dan wanita di seluruh dunia, yang kemudian dipanggil "Ordo Pengampunan," mewakili cara hidup Kristen yang sederhana dan rendah hati, dalam arti dimana jutaan orang yang rendah hati dan bertobat dan baik hati telah dari tahun ke tahun menerima hasilnya sebagai pelayan Tuhan yang sejati. Melalui Portiuncula dan Ordo yang ketiga ini, Santo Fransiskus berhati malaikat ini telah sungguh-sungguh mengirimkan jutaan jiwa-jiwa ke Surga.

Keduanya, Tuhan kita dan Perawan Terberkati telah meneguhkan persetujuan mereka akan Pengampunan Yang Besar di Portiuncula. Yesus Kristus berkata kepada Santa Brigita dari Swedia: "Kasih-Ku yang Ilahi telah memberikan indulgensi ini kepada Santo Fransiskus sehingga semua orang boleh terpenuhi dengan berkat-Ku dan menerima pengampunan akan dosa-dosa mereka." Suatu saat seorang Fransiskan yang kudus, Beaoto Conrad dari Offida, melihat Maria dengan kanak-kanak Yesus di dalam tangannya turun dari Surga di dalam cahaya yang terang dan berdiri di atas pintu masuk kapel Portiuncula, dimana kanak-kanak Yesus berulang kali dengan penuh kasih mengangkat tangan-Nya yang kecil dan memberkati para peziarah yang memasuki tempat kecil ibu-Nya itu untuk mendapatkan pengampunan yang besar.

Sumber :
St. Francis of Asisi (c.1181 ? 1226)
Book: Saints Who Saw Marry
By: Raphael Brown



kembali ke awal




PENGAMEN BIS KOTA



Di suatu pagi, saya mendapatkan tugas kerja untuk ke Bogor, seperti biasa saya menggunakan bis untuk ke tempat kerja, tapi kali ini cukup jauh dan saya harus 2 kali naik bus dan sekali lagi menggunakan angkutan kota (angkot).
Karena perjalanan cukup jauh, yah saya mengantuk juga,tapi tiba-tiba datang seorang pengamen dan dia mulaimemainkan gitarnya, sebenarnya saya senang adanya pengamen yang benar-benar memainkan musiknya dengan baik, itu hiburan tersendiri bagiku, apallagi jika mereka membawakan lagu-lagu rohani, walau mungkin ada pendapat sebagian orang mengatakan bahwa mereka sengaja menyanyikan lagu-lagu rohani biar para penumpang lebih tergerak hatinya. Bagiku hal itu tidak kupikirkan, tapi malah senang jika bertemu dengan pengamen rohani ini, karena walau bagaimana pun mereka ini mencari nafkah dan kalau memang orang tergerak memberikan lebih itu adalah karena Kuasa Tuhan yang hadir menggerakan hati para pendengarnya, jadi saya tidak memikirkan itu kesengajaan si pengamen dan hanya untuk mencari keuntungan. Saya malah lebih bersyukur, karena sambil perjalanan itu saya malah bisa ikut bernyanyi kecil, mendengarkan lagu pujian yang menyatakan Kasih Tuhan, malah saya rasa mereka adalah 'penyebar Kasih Tuhan' yang tanpa ragu-ragu untuk menyebarkan Kasih Tuhan lewat pujian.

Kemudian si pengamen tadi memulai memainkan gitarnya, sambil terkantuk-kantuk saya coba mendengarkan, tapi anehnya ini pengamen hanya memainkan gitarnya kecil-kecil saja, cukup lama dia memainkan gitarnya ini tanpa nyanyian, saya mulai berpikir, wah dia memang udah berusaha tapi kurang begitu mengena di hati saya, walau begitu saya pun mempersiapkan uang kecil untuk diberikan kepadanya, saya menghargainya, mungkin dia memang kesulitan untuk menyanyi, mungkin suaranya serak dan mungkin pula memang dia ngak bisa menyanyi dengan bagus. Karena saya banyak menjumpai para pengamen di bis-bis kota, ada yang benar-benar dengan baik membawakan lagu dan ada yang memang dengan terpaksa mengamen karena tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dia lakukan, jadi mereka hanya menunggu belas kasihan penumpang.

Sewaktu saya mau memberikan uang itu, ternyata ada ibu disebelah saya juga sudah siap-siap memberikan uang kepada pengamen itu, dan dia memberikan uangnya tapi pengamennya malah ketawa dan berkata : "Loh bu, saya belum menyanyi kok dikasih uang ?, tunggu dulu bu, biarkan saya nyanyi dulu dan sehabis itu barulah ibu memberikan uang itu. Si ibu itu kaget dan juga saya kaget, rasa kantukku hilang, dan malah menjadi memperhatikan si pengamen dan ibu itu.

Ibu itu lalu berkata sambil tertawa, "Saya kira tadi udah selesai, jadi saya beri uang ini, iklas kok dik, tapi saya jadi malu nih, abis saya sangka adik sudah selesai ngamen'. Saya juga berpikir yang sama dengan ibu itu, bahwa dia sudah selesai mengamen, ternyata si pengamen menjelaskan bahwa tadi itu dia lagi memperbaiki gitarnya. Pantas saja dia tidak nyanyi tadi, pikirku dalam hati.

Lalu mulailah dia menyanyi dan sebelumnya dia berkata, maafkan jika suaranya tidak bagus karena itu bukan profesinya, sebelumnya dia adalah pegawai bank yang terpaksa diberhentikan karena krisis ekonomi.Kemudian ia menyanyikan lagu-lagunya, saya tersentak juga, karena walau begitu dia melakukannya dengan baik dan sungguh-sungguh, walau dia bukan penyanyi tapi dia menyanyi dengan baik dan dari situ saya yakin bahwa sebenarnya dia adalah pegawai yang baik, apapun pekerjaan yang dia kerjakan pastilah dia kerjakan dengan baik.

Setelah menyanyikan beberapa lagu, akhirnya selesailah, dan kali ini saya merogoh uang disaku saya, dengan emberinya lebih, sampai tiba di deretan iu tersebut. Ibu itu memberikan uangnya kepada pengamen, dan pengamen itu berkata "Terima kasih bu, Ibu ternyata memberi dengan iklas tanpa menunggu saya menyanyi pun, ibu mau memberikan saya uang". Ternyata saya malah kalah sama ibu tadi. Saya memberi setelah saya melihat dan 'menilai' seseorang, saya malah mau memberi lebih karena sikap si pengamen dalam membawakan agu-lagu dengan kesungguhannya... Sedangkan si ibu tadi, dia memberikan uang itu tanpa melihat dan menilai, dia dengan iklas memberikan uang itu kepada si pengamen, tidak mempertimbangkan apakah pengamen itu akan membawakan lagu dengan baik atau tidak. Karena ibu itu yakin, saat ini uang yang tidak seberapa itu sangat berarti bagi diri sang pengamen. Saya juga simpatik dengan sikap pengamen tersebut, dimana dia tidak mau menerima uang yang diberikan ibu itu tanpa dia menyanyi lebih dahulu, walau dia sebagai pengamen tapi dia tahu kewajibannya.

Sekali lagi saya berkata dalam hati, apakah saya sudah memberikan dengan tulus seperti ibu tadi, tidak mempertimbangkan apakah dengan memberi saya akan mendapatkan lebih, apakah saya sudah bisa memberi dengan iklas dan suka rela tanpa adanya paksaan dan juga tanpa menunggu dan melihat orang lain dulu untuk memberi baru saya mengikutinya, seperti yang dilakukan oleh janda miskin dalam memberikan persembahannya (Markus 12:41-44) (Lukas 21:1-4).

Dan juga apakah saya bisa seperti pengamen itu, dimana saya sudah mendahulukan kewajiban saya, sebagai pegawai di kantor, sebagai anak dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai umat kristiani dimana saya tidak mendahulukan upah, tapi mau berkarya lebih terutama untuk menyebarkan KasihNya tanpa menuntut upah dari siapapun. Karena sudah seharusnya kita tahu, Allah Bapa telah lebih dulu memberikan kepada kita talenta untuk dikembangkan, semua yang kita hasilkan adalah dari Dia, dan sudah sepantasnya, kita berkarya untuk kemuliaanNya.

Terima kasih Tuhan atas kisah di pagi hari ini.


kembali ke awal




JAGALAH LIDAH ANDA DARI GOSIP
(DR. Morris Cerullo)

Amsal 16:20
Siapa memperhatikan firman akan mendapatkan kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN.

Salah satu benteng utama yang dibangun iblis di dalam gereja sekarang ini tempat di mana iblis menggunakan lidah orang-orang Kristen untuk menimbulkan perselisihan, menabur perpecahan dan menyebarkan kehancuran ke seluruh gereja - adalah gosip.

Akar penyebab perselisihan, kekacauan dan akhirnya perpercahan di dalam tubuh Kristus adalah gosip. Di dalam firman Tuhan,orang-orang yang menggosip juga disebut "pengadu", "penyebar gosip", "orang usil", "pembisik".

Apakah gosip itu ? Setiap kali seseorang mengulang sebuah kabar angin.... sesuatu yang mereka dengar tentang orang lain atau mengenai sesuatu yang telah terjadi ..... itu adalah gosip. Gosip adalah mengulang sesuatu yang dikatakan seseorang tentang orang lain. Gosip adalah membicarakan kekalahan, masalah, kegagalan seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut, kepada orang lain.

Orang-orang yang menggosip adalah orang-orang usil. Mereka pergi ke satu orang ke orang yang lain, mengulang dan menyebarkan kabar angin yang mereka dengar. Mereka adalah pembisik-pembisik, yang membisikkan hal-hal mengenai orang-orang lain ketika orang-orang itu tidak mengetahuinya.

Di dalam hampir setiap gereja, pelayanan, organisasi atau bisnis, selalu ada "tanaman anggur", tempat dimana gosip tersebar dari satu orang ke orang yang lain, sampai kabar angin itu berkeliaran kesana kemari menyebabkan kekacauan dan perselisihan. Banyak orang Kristen tidak menyadari akibat dahsyat yang disebabkan oleh gosip yang diulang-ulang. Mereka mengira hal itu tidak berbahaya dan menyenangkan. Kenyataannya ..... gosip telah menghancurkan hidup banyak orang, menghancurkan perkawinan, membuat anggota-anggota tubuh Kristus saling memusuhi dan menimbulkan perselisihan dan perpecahan di dalam gereja.

Rasul Yakobus membandingkan lidah manusia dengan api yang bila dibiarkan tidak terkontrol akan dinyalakan dan dikobarkan oleh iblis. Rasul Yakobus berkata, "Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar" (Yakobus 3:5). Ia berkata, "..... ia dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka" (Yakobus 3:6).

Lidah yang diserahkan kepada gosip adalah seperti api liar yang menjalar ke dalam hutan membawa pengrusakan.

Sudah waktunya bagi kita untuk mengenal gosip itu seperti apa. Gosip adalah sebuah dosa dari lidah dan iblis telah menggunakannya untuk melemahkan gereja. Mereka yang menyerahkan lidah mereka kepada gosip berarti menyerahkan lidah mereka kepada iblis dan mendatangkan kutuk atas mereka sendiri.

Gosip adalah akar dari perselisihan. Ketika kita menghentikan gosip, kekacauan dan perselisihan akan berhenti juga.

Raja Salomo menulis : "Bila kayu habis, padamlah api ; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran" (Amsal 26:20).

Agar dapat berjalan di dalam dimensi yang sama hebatnya dengan Yesus, agar dapat mengucapkan firman Tuhan dengan kuasa dan otoritas yang sama, saudara harus menjaga mulut saudara dan menjaga lidah saudara dari gosip.
Tolaklah setiap gosip. Jangan membiarkan saudara sendiri menjadi bagian dari "tanaman anggur" di dalam gereja saudara atau di tempat kerja saudara. Ketika seseorang datang kepada saudara dengan membawa gosip, kuasailah dan padamkanlah gosip itu. Hentikanlah gosip itu di tempatnya !


kembali ke awal




@ KKIHS Webmaster 2002