PERTEMUAN DUA DUNIA
Hujan turun rintik-rintik. Aku dengan beberapa anak jalanan berjalan bergegas
menuju stasiun kereta api Wonokromo.
Seperti biasanya setiap minggu sore ada beberapa anak muda yang “menjual” nasi murah pada kaum pengemis dan gelandangan
yang tinggal di stasiun dan kampung sekitarnya. Sebetulnya aktifitas ini tidak dapat
disebut menjual, sebab nasi satu piring ditambah minum dan buah atau kue dijual seharga Rp
350,-. Tapi mereka diharapkan membeli dengan harga Rp 1000,- sebab yang Rp 650 sebagai
uang tabungan. Uang Rp 350 itu pun tidak diambil oleh teman-teman melainkan suatu saat akan
dikembalikan lagi pada para pembeli dalam bentuk barang atau dimasukan dalam tabungan mereka.
Mereka sengaja memakai istilah menjual agar orang miskin tetap merasa memiliki harga diri
sebab mereka membeli.
Selain itu dengan membeli mereka akan menghargai nasi itu, sebab tidak jarang mereka membuang nasi yang diberikan secara
gratis. Padahal si pemberi sudah berusaha membuat nasi yang enak. Tujuan lain adalah mendidik mereka agar mau menabung, sebab
mereka mempunyai kecenderungan untuk menghabiskan semua uang yang dimiliki dengan berbagai macam alasan. Di tengah
hiruk pikuk orang di stasiun, baik yang mau pergi maupun yang baru datang dari berpergian, para
pekerja stasiun maupun orang gelandangan, kehadiran teman-teman memang sangat mencolok.
Penampilan mereka lebih bersih dibandingkan orang pada umumnya. Padahal itu sudah merupakan pakaian
yang paling sederhana bagi mereka. Sambil duduk di lantai stasiun mereka menghadap beberapa tempat makanan. Sebentar-sebentar
mereka melayani orang yang datang untuk membeli. Seorang teman datang dan menunjukan bahwa sekarang semakin banyak orang
yang ingin bergabung menjadi anggota. Aku setuju saja asal mereka bisa mengatasi dalam
hal makanan. Aku menyapa beberapa kaum miskin yang sedang duduk bergerombol membeli nasi. Sudah
hampir setahun teman-teman melakukan aktifitas seperti ini. Pernah seorang bapak bertanya sampai
kapan mereka akan menjual nasi seperti ini?
Aku hanya menggelengkan kepala. Aku tidak tahu sampai kapan aktifitas ini akan berlangsung. Bagiku aktifitas ini
bukan bertujuan untuk mengentas kemiskinan atau membantu orang miskin. Hal itu tidak mungkin,
sebab teman-teman hanya berjualan seminggu sekali. Apakah cukup orang miskin mendapat tambahan gizi
seminggu sekali? Menjual nasi murah seminggu sekali tidak akan mengurangi beban kemiskinan seseorang.
Berjualan nasi adalah sarana bagi teman-teman muda dari golongan berada untuk bisa kontak dengan sesamanya yang miskin. Seringkali
orang yang dianggap berada sulit untuk masuk kedalam komunitas kaum miskin. Maka butuh
sebuah sarana yang bisa mempertemukan mereka. Sarana yang memungkinkan mereka bisa masuk
dalam komunitas kaum miskin dan membangun sebuah pertemanan. Dengan berjualan nasi teman-teman bisa masuk dan berkontak
dengan kaum miskin yang selama ini dianggap kurang baik. Mereka akan mempunyai pengalaman
bagaimana mengasihi sesama yang menderita secara nyata.
Bukan hanya dari membaca atau mendengar sharing dari orang lain. Disini mereka bertemu, berbicara, menyentuh dan disentuh
oleh para gelandangan. Mereka hadir secara pribadi di tengah para gelandangan. Bahkan mereka melayani
para gelandangan sebaik mungkin. Mereka bisa mendengar cerita-cerita sedih, harapan dan keceriaan
ala kaum miskin. Mereka berproses untuk memahami dan mencintai kaum miskin. Harapannya jika suatu saat mereka bertemu dengan kaum
miskin dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka dapat langsung
bereaksi untuk membantu. Berjualan adalah sebuah proses untuk menumbuhkan kepekaan hati. Agama Katolik mendasarkan diri pada
hukum kasih. Hal ini juga sudah sering dibahas dimana-mana dan tampaknya menjadi kebanggaan. Namun sering kali kasih
masih berkisar dalam sebuah kata yang berputar-putar dalam sebuah konsep. Belum terwujud dalam
sebuah tindakan praktis. Banyak teori disodorkan dengan mendasarkan diri pada bermacam argumen sampai pada
kutipan ayat-ayat dari Kitab Suci. Namun dalam keseharian kasih masih dalam batas-batas tertentu. Orang
masih sering bingung akan ukuran kasih. Sampai sejauh mana dan kepada siapa? Kadang orang sudah bangga jika mampu
mengasihi kelompoknya.
Padahal dalam Injil jelas dikatakan bahwa kasih tidak hanya untuk kelompok. Sabda Yesus lebih keras lagi, bahwa
kalau kamu hanya mengasihi orang yang mengasihi kamu apa bedanya dengan pemungut cukai? Perkataan
Yesus yang keras ini sering membuat orang mengeluh betapa sulitnya mengasihi sesama. Bagiku sabda
Yesus sangat tepat. Jika ingin mampu mengasihi orang dengan sungguh harus belajar untuk
mengasihi orang yang miskin, tidak sepaham, bahkan yang membenci kita. Mengasihi mereka dengan sepenuh hati
sangat sulit. Jika yang sulit saja mampu dilakukan pasti mengasihi yang lain akan jauh lebih mudah. Jika kepada
para gelandangan saja mereka mampu mencintai, maka mencintai orang yang lebih baik kehidupannya akan jauh lebih mudah.
Disini kekuatan cinta mereka sungguh diuji.
Aku teringat akan cerita seorang ibu kaya. Dia menceritakan bahwa di rumahnya ada 3 orang pembantu. Mereka
siap untuk melayani keluarga. Jika dia mengerjakan sesuatu maka pembantunya akan mengambil alih untuk menyelesaikannya.
Dia juga aktif dalam aneka kegiatan dan menjabat sebagai pengurus dalam beberapa organisasi sehingga
dihormati oleh banyak orang. Hal ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi jika dia datang ke
tempat kaum miskin untuk memberi tambahan gizi pada balita. Dia harus membawa sendiri panci-panci
besar berisi nasi dan lauk pauk. Dia menjadi pembantu. Tidak ada yang peduli dengannya. Dia menjadi orang yang tidak
ada harganya. Beberapa teman mengatakan masih belum mampu untuk ngobrol dengan pengemis
tua yang kelihatan jorok. Mereka masih takut untuk menyentuh dan disentuh. Bahkan seorang teman
perempuan pernah menceritakan bahwa dia suatu hari dicium oleh seorang pekerja seks anak-anak.
Sampai di rumah dia mencuci pipi yang bekas dicium beberapa kali dengan sabun, namun dia masih belum yakin bahwa pipinya
telah bersih. Aku sadar bahwa untuk mampu berteman dengan baik sangat sulit. Ini
butuh proses yang cukup panjang, agar mereka berani sungguh bersahabat. Mereka bisa tidak jijik
lagi dengan penampilan kaum miskin. Bisa mengobrol dengan baik. Mereka masih merasa ada batas
yang tidak tampak. Kadang muncul rasa takut tertular penyakit, diperas oleh preman, digoda orang iseng dan sebagainya.
Namun ternyata dorongan untuk melayani begitu kuat, sehingga mereka masih berusaha bertahan.
Sebaliknya aku juga berharap agar orang-orang miskin ini bisa merasakan bahwa masih ada
kasih di dunia. Agar mereka mempunyai pengalaman yang indah bisa berteman dengan sesamanya
yang berada. Selama ini diantara kaum miskin ada kecemburuan bahkan bisa berkembang menjadi antipati terhadap orang yang
mempunyai kehidupan yang lebih baik. Mereka mudah sekali curiga dan bahkan membenci tanpa alasan.
Aku teringat ketika pertama kali datang ke tempat anak jalanan, mereka tampa merasa bersalah mengatakan bahwa
jika mereka membeset mobil orang Kristen tidak apa-apa. Bahkan terungkap pula tindakan-tindakan penuh kebencian terhadap
Kristen dan Cina. Namun setelah melakukan pertemanan, pandangan ini lambat laun bisa luntur. Kini teman-teman
jalanan tidak lagi membenci Kristen, bahkan mulai ada yang tertarik ingin menjadi orang Kristen yang dianggap baik, sebab meski
mereka kaya tetapi masih mau berteman dengan anak jalanan. Kalau toh mereka tidak menjadi Kristen,
bagiku cukup jika ada perubahan pandangan terhadap sesamanya yang berbeda. Jika suatu saat mereka berkeluarga maka mereka akan
mengajarkan kepada anak-anaknya agar tidak membenci agama atau suku atau ras yang berbeda dengan mereka. Aku
merasa bahwa saat ini ada jurang yang cukup dalam yang membentang antara dunia orang miskin dengan orang kaya.
Mereka hanya saling pandang penuh kecurigaan dan kebencian tersembunyi. Kebencian ini sudah sering terwujud dalam tindakan-tindakan
nyata di tengah masyarakat.
Dengan hadir dan kesediaan teman-teman melayani kaum gelandangan dan pengemis, maka dua dunia yang selama
ini saling curiga bisa dijembatani, meski hanya sebuah dunia kecil di tepi stasiun Wonokromo. Aku bangga melihat
teman-teman muda dengan senang melayani kaum gelandangan dengan penuh kasih, meski mereka akui sendiri
masih berusaha untuk bisa mengasihi dengan sungguh. Namun tindakan kecil ini sudah merupakan sebuah proses pembentukan
hati yang peka dan nilai-nilai hidup yang lebih baik.
salam,
gani yang sedang berproses
kembali ke awal
MAHKOTA MAWAR
Sejak Beato Alan menghidupkan kembali devosi ini,suara umat yang dianggap suara Tuhan
- menamakannyaRosario. Kata Rosario berarti Mahkota Mawar.Katakanlah setiap kali umat mendaraskan doa Rosario,mereka
dengan tulus ikhlas meletakkan seratus limapuluh mahkota mawar - toga mawar merah dan enam belas mawar putih di atas kepala Yesus
dan Bunda Maria.Karena mawar-mawar itu merupakan kembang-kembang dari
surga, maka tidak pernah akan pudar dan layu atau hilang keindahannya.
Bunda Maria telah menunjukkan restunya terhadap nama Rosario itu. Ia telah menyatakan kepada beberapa orang
bahwa setiap kali mereka mendaraskan satu Salam Maria, mereka menghadiahkan kepadanya sekuntum mawar yang
indah, dan bahwa masing-masing Rosario yang utuh membentuk mahkota mawar.
Bruder Alfonsus Rodriquez, biarawan Yesuit yang terkenal itu, biasanya mendaraskan Rosario dengan
semangat berkobar-kobar sehingga sering ia melihat sekuntum mawar merah keluar dari bibirnya pada setiap
Bapa Kami, dan sekuntum mawar putih pada setiap Salam maria. Kedua macam mawar itu sama indah dan harumnya.
Perbedaannya hanya pada warnanya.
Kisah santo Fransiskus mengisahkan tentang seorang rahib muda yang mempunyai kebiasaan terpuji dalam hal
pendarasan Mahkota Bunda Maria atau Rosario setiap hari sebelum makan malam. Suatu hari karena sesuatu
halangan, ia tidak dapat melakukannya. Lonceng untuk makan malam telah berdentang, ketika ia meminta ijin
kepada pimpinannya untuk berdoa Rosario sebelum memasuki ruang makan. Sesudah ia mendapat izin ia
kembali ke kamarnya untuk berdoa.
Setelah sekian lama ia tidak kunjung datang, pemimpin biaranya menyuruh seorang rahib muda lain
memanggilnya. Apa yang dilihat rahib muda itu ? Ia melihat kamar rahib rekannya itu bermandikan cahaya
surgawi, dan rekannya itu sedang memandang Bunda Maria yang dikawal oleh dua malaikat. Mawar-mawar indah
terus bermunculan dari mulutnya pada setiap doa Salam Maria. Satu demi satu mawar-mawar itu diambilnya oleh
dua malaikat itu, lalu diletakkan di atas kepada Bunda Maria. Dan Bunda Maria menerima mawar-mawar itu dengan
tersenyum.
Dua rahib lain menyusul untuk mencari tahu apa yang telah terjadi atas kedua rahib pertama, menyaksikan
juga pagelaran ajaib yang indah itu. Bunda Maria bersama dua malaikat itu belum juga menghilang sampai
seluruh peristiwa Rosario didaraskan.
Begitulah Rosario yang lengkap merupakan mahkota mawar yang besar dan Rosario dengan lima peristiwa merupakan
serangkaian kembang atau mahkota mawar surgawi kecil yang kita letakkan di atas kepala Yesus dan Maria.
Mawar adalah ratu kembang-kembang. Karena Rosario merupakan induk semua devosi, maka Rosario merupakan
devosi yang paling penting.
St. Louis-Marie Grignion de Montfort
kembali ke awal
ESTHER UEBERALL
KISAH NYATA
DESEMBER 1902
Hari ini hari Jumat, hari pertama kami membuka usaha kami. Dengan berseri seri, saya (17
tahun, pengantin baru,) berdiri di sebelah suami saya
Solomon, di dalam toko kami yang bernama UEBERALL 3 - 9 - 19 Sen. Terletak di Brooklyn, Amerika Serikat, toko ini menjual barang
barang dengan hargapas, senilai 3, 9atau 19 sen. Tamu pertama
kami melangkah masuk. Beliau seorang Pastor Katolik muda
usia, dari sebuah gereja (Katolik) kecil, namanya Pastor Caruana. Beliau berbelanja sedikit, dan mukanya gelap, semuram warna
jubahnya.
"Mengapa sedih Bapa?" suami saya bertanya -- Pastor Katolik biasa disapa dengan sebutan Father / Bapa -- Solomon tergolong orang
yang sangat mudah "jatuh hati". Pastor tersebut berbicara pelan, seolah menerawang menjawab, "Gereja kami
harus ditutup...." "Mengapa?" bagi suami saya, agama adalah penyembahan dari menit ke menit.
Kami menjalankan semua ritual agama kami. Keluarga Ueberall, sebagaimana sebagian besar
orang-orang Yahudi, beragama Yahudi. Mereka menyembah AllahYehovah yaitu Allah Abraham, Ishak & Yakub,
dan mematuhi hukum Taurat Musa. Mereka bukan beragama Kristen Katolik. Bukan demi ritus itu semata mata,
namun kepatuhan kami kepada Allah. Pastor tersebut menjelaskan bahwa Beliau membutuhkan $ 500, untuk Senin mendatang. Jemaatnya miskin,
dan tidak mungkin memenuhi tuntutan $ 500 itu. Gereja pusatnya tidak dapat membantu, dan rasanya tidak adajalan keluar. Suami
saya mendengarkan dengan cermat, dan tangannya meremas remas jemarisaya. Saya merasakan perasaan hatinya yang
terdalam. Kami berdua adalah orang orang Yahudi, pindah dari Austria (suami saya) dan saya dari Rusia.
Kami mencari kehidupan yang lebih aman dan baik di Amerika. Di Eropa, keadaannya kurang begitu baikuntuk bangsa kami.
"Tidak! tidak boleh terjadi...." Solomon menggerutu. Ia berpikir keras, dan kemudian berkata: "Jangan kawatir Bapa, kita usahakan
uang itu...."Saya melotot ke arah Solomon. Nggak salah? Lima dollar saja tidak kami miliki saat ini.
Pastor Caruana juga melotot memandangi suami saya.
Kemudian dengan wajah tidak percaya, Beliau meninggalkan kami. Solomon menatap saya. "Esther, kita memiliki begitu banyak hadiah
pernikahan. Kita gadaikan itu semua. Suatu saat kita tebus itu semua kembali, namunsekarang kita cari 500 dollar...."
Solomon melepaskan jam emas beserta rantainya yang merupakan hadiah dari ayah saya. Iamelihat kepada cincin kawin saya. Terpaksa
saya buka perlahan dan menyerahkan kepadanya.
MASIH KURANG BANYAK
Solomon kembali petang itu dengan wajah kurang cerah. Ia hanya berhasil mendapatkan $ 250.
Pada saat makan malam ia menjadi riang kembali dan berseri seri berkata: "Saya tahu, kita pinjam!
Keluarga kita besar dan kompak bukan?"
Dan sepanjang hari minggu itu, Solomon pergi mengunjungi para paman, ipar, sepupu, dan kawan kawan yang pernah ia tolong. Beberapa
dengan simpatiklangsung menolong. Beberapa berkeras hati. Solomon memohon mohon, ia mengemis ngemis
, ia menghimbau, ia membangkit bangkit, akhirnya terkumpullagi sebesar $250.-. Sejak saat itu, tiap
hari Senin, Pastor Caruana merupakan pengunjung toko kami yang paling pagi. Beliau senantiasa membawa sebuah dompet kulit, dan
membayar sebagian demi sebagian. Uang tersebut adalah hasil kolekte jemaatnya. Persahabatan kami meningkat. Kemudian seluruh hutangnya
terbayar lunas....
BERKAT MELIMPAH
Cincin kawin saya telah berhasil ditebus, dan semua barang - barang yang kami gadaikan..
kembali dengan selamat. Keberuntungan senantiasa mewarnai toko kami, dan berkat bagaikan
luber tercurah. Tak lama sesudah itu kami mengganti
nama toko menjadi TOKO SERBA ADAUEBERALL. Demikianpun dengan jemaat Pastor Caruana. Dengan pelan namun pasti, jemaat itu
makin kuat dan makin besar. Mereka bahkan bisa membangun gereja yang lebih kokoh dan
bagus, dengan nama Sancta Lucia. Tahun 1919 Pastor Caruana dipanggil pulang ke Roma, dan
perpisahannya dengan Solomon lebih merupakanperpisahan dua saudara kandung.
TAHUN TAHUN KEMUDIAN
Solomon secara tiba tiba dipanggil Allah pulang, meninggalkan saya dan dua anak anak.
Pukulan keras ini berdampak dua tahun. Saya kemudian bekerja sendiri, dan melatih
putera saya mengambil alih usaha. Secara pelan pelan,
ingatan akan Pastor Caruana menghilangdari pikiran saya. Perang dunia II meletus, dan Hitler menderap masuk Austria. Kesulitan
besar terjadi di sana, dan kami menerima surat surat permohonan dari saudara serta kerabat Solomon, yang ingin disponsori
untuk pindah ke Amerika. Tanpa kepindahan ini, kamp kamp konsentrasi dan maut menanti
mereka. Saya berusaha keras menolong. Namun pemerintah Amerika kemudian menutup kemungkinan migrasi
dengan memberlakukan sebuah kuota.
Surat surat permintaan terus masuk. Tiap menerima sebuah, terasa satu tikaman di ulu hati saya. Saya akan bersandar di dinding dan menangis: "Oh
Solomon, kalau saja engkau masih hidup...." Akhirnya saya menghubungi Departemen Perburuhan di Washington, dan mereka menyarankan agar saya membiayai para pelarian masuk Cuba.
(Saatitu Cuba masih bersahabat dgn Amerika Serikat). Syaratnya, harus ada tokoh kuat di Cuba yang bisa mensponsori, dan menjamin akan kelangsungan
hidup di sana. Siapa? Saya tak kenal seorang pun di Cuba. Terbersit sebuah ilham. Cuba negara Katholik,
mungkin gereja Sancta Lucia bisa menolong. Seorang Pastor muda langsung mengirim kawat (telex) kepada
pimpinan Gereja Katholik di Havana memberi kabar kedatangan saya.
HAVANA INTERNATIONAL AIRPORT, CUBA, 2 HARI
KEMUDIAN...
Turun dari pesawat terbang, udara hangat menerpa wajah. Seorang anak laki laki kecil
berlari lari menemui saya di tangga pesawat dengan sebuah buket kembang mawar.
Saya mencium pipi anak kecil ini, terheran heran akan
penyambutan VIP macam ini. Pelan pelan saya melihat sepasang sepatu coklat di sisi
anak itu. Mata saya naik ke atas, terpandang sebuah
gaun beludru berwarna merah darah dengan rumbai-rumbai kuning. Mata saya terangkat lagi ke atas, dan melihat langsung
kepada sepasang mata ramah, berkeriput, yang memandang
dalam dalam, denganriak riak gelombang hangat di dalamnya.
Orang itu tersenyum kepada saya. Saya memusatkan perhatian. Tangannya terulur kepada saya,
dan berkata pelan: "Esther Ueberall... tidak ingatkahkau pada saya?" Pastor Caruana!! Saya berenang
dalam air mata....Di dalam mobil menuju pusat kota, Pastor Caruana bercerita bagaimana Beliau kemudian ditugaskan Roma di
Cuba, dan menjadi Bishop Kepala (Uskup Agung?) di sana. Dengan pertolongannya, dua lusin keluarga kami melarikan diri dari
cengkeraman Hitler, dan tiba di Cuba. Mereka menantikan dibukanya kuota imigrasi Amerika, dan tidak diperkenankan bekerja. Namun, gereja
KatolikCuba melindungi mereka, memberi makanan, pakaian, sayur mayur segar dari kebun - kebun
sendiri, daging, dan enam bulan kemudian mereka telahaman diAmerika.
KEMBALI KE AMERIKA SERIKAT
Sejak saat itu, saya dan Pastor Caruana berkirim - kiriman surat. Beliau kemudiah jatuh
sakit dan dirawat di kota Philadelphia, Amerika Serikat. Beberapa kali saya menyempatkan
diri menengok, dan dalam tiap doa.... saya selalu ingat keadaan Beliau. Suatu
hari, sebuah surat tiba di meja kerja saya, dari
pimpinan Gereja Katolik Philadelphia, dan isinya mengatakan bahwa keadaan Pastor Caruana
sangat gawat. Beliau tidak ingin ditemui oleh siapapun, namun terus menerus memanggil manggil nama saya. 3 jam kemudian saya
telah tiba di sana, dan duduk dengan diam di sisi tempat tidurnya. Beliau tampak kurus,
lemah, dan tidak berdaya... "Esther....", katanya memegang tangan saya.
Kami berdiam diri disana, saling memandang. Saya tahu, bahwa Beliau sebentar lagi akan "berangkat". Kemudian Beliau berkata: "Esther, jaga diri baik baik,
saya selalu berdoa untukmu danuntuk keluargamu" Kemudian, dengan banyak kesulitan, Beliau mengeluarkan dari bawah bantalnya
sesuatu yang diletakkan dalam genggaman tangan saya. Beliau memberikan kepada saya sebuah bros perak yang selalu dikenakannya. Airmata
yg panas membanjiri saya, dan sambil memegang tangannyaerat erat. Pergilah dengan tenang Bapa, KENANGAN
akan engkau sangat MANIS di dalam hati saya. Lambang dari suatu hubungan yang
manis, dari sekian banyak perbedaan perbedaan umat manusia, namun...saling berbuat baik,karena
kenal DIA !!
Ini adalah terjemahan bahasa Indonesia, riwayat
kehidupan Esther Ueberall ini, dimuat dua
kali dalam majalah Guideposts, Februari 1974
dan Mei 1987.
Pesan dari PHW: " Di tengah ketidakadilan
yang semakin sering umat Kristen
alami di negeri ini, marilah kita menyingkirkan
semua perbedaan kita dan
saling membantu satu sama lain sebagai umat
yang mengenal Allah...."
ditulis sendiri oleh: Esther Ueberall
kembali ke awal
PERTUKARAN YANG MEMBAHAGIAKAN
Ada tertulis, " Berilah dan kamu akan diberi
... " ( Luk 6 : 38 ).
Dengan mengambil ilustrasi Beato Alan de la Roche, "Andaikan setiap hari saya memberi
kepada anda seratus lima puluh permata, sekalipun anda adalah musuh saya, apakah anda tidak memaafkan saya ?
Apakah anda tidak sudi mempelakukan saya sebagai seorang sahabat dan memberikan kepadaku semua rahmat yang mampu anda
berikan ? Jika ada mau memperoleh rahmat dan kemuliaan yang berlimpah, salamilah Perawan Terberkati, hormatilah Ibumu
yang baik itu ".
"Dia yang menghormati Bunda Perawan Maria adalah orang yang menggelarkan kekayaan " ( bdk. Sir 3 : 5 ).
Karena itu, hendaklah setiap hari anda mempersembahkan kepadanya sekurang-kurangnya lima puluh Salam Maria
( Salam Malaikat yang telah menyelamatkan dunia ), karena masing-masingnya bernilai lima belas batu permata dan jauh lebih berkenan
kepada Bunda kita daripada segala kekayaaan apapun yang terkumpul bersama di muka bumi ini.
Anda dapat mengharapkan hal-hal yang besar seperti ini dari kemurahan hatinya ! Ia adalah Ibu kita sekaligus sahabat kita.
Ia adalah Ratu alam semesta dan ia mencintai kita jauh melampaui semua ibu dan ratu di dunia ini yang pernah mencurahkan
cintanya kepada seseorang. Hal ini sungguh-sungguh demikian, karena cinta kasih Perawan Terberkati jauh
melebihi cinta kodrati seluruh umat manusia dan bahkan jauh melebihi cinta para malaikat seperti kata Santo Agustinus.
Pada suatu hati Santa Gertrudis mengalami suatu penglihatan. Ia melihat Tuhan sedang menghitung uang emas.
Ia memberanikan diri untuk bertanya kepadaNya apa yang sedang Ia lakukan.
Tuhan menjawab, "Aku sedang menghitung Salam Maria yang telah kau doakan; inilah uang yang dapat kau gunakan untuk membayar
tiket perjalananmu ke surga ".
Beato Alan de la Roche berkata, " Biarkanlah setiap orang yang mencintaimu, ya Perawan
Maria yang tersuci, mendengarkan hal ini dan menerimanya dengan gembira :
Pabila aku mendaraskan Salam Maria
Seluruh isi surga bersukacita
Dan bumi tenggelam dalam ketakjuban
Dan aku memandang rendah dunia
Dan hatiku sarat dengan Cinta Allah
Ketika aku mendaraskan Salam Maria
Semua ketakutanku lesu dan mati
Nafsu-nafsuku padam
Jika aku mendaraskan Salam Maria
Devosi bersemi dalam diriku
Dan sesal akan dosa bangkit
Pabila aku mendaraskan Salam Maria
Harapan diperteguh dalam dadaku
Dan embun penghiburan berjatuhan ke dalam jiwaku lama kelamaan
Karena aku mendaraskan Salam Maria
Dan rohku bersukaria
Dan kesengsaraan enyah
Pabila aku mendaraskan Salam Maria .....
Karena salam ini sedemikian manis sehingga tak ada kata-kata untuk menjelaskannya secara tepat dan
bahkan bila keajaiban-keajaibannya dinyanyikan, kita masih menemukannya penuh misteri dan
sedemikian dalam sehingga kedalamannya tidak pernah dapat diduga. Salam itu hanya terdiri dari beberapa patah
kata, namun sangat kaya melebihi emas. Hendaknya kita sering merenungkannya dalam hati sanubari kita dan
mendaraskannya dengan khidmat.
Beato Alan mengatakan bahwa seorang biarawati yang selalu melakukan devosi besar kepada Rosario Suci menampakan diri
setelah kematiannya kepada salah seorang rekan susternya, dan mengatakan kepadanya,
"Andaikata saya diperkenankan masuk kembali ke dalam jasadku, mendapat kesempatan untuk mendaraskan hanya satu Salam Maria -
sekalipun saya mengucapkannya dengan cepat-cepat tanpa kegairahan yang besar - saya akan dengan senang hati mengalami penderitaan-penderitaan
itu kembali sebagaimana telah saya tanggung selama sakitku yang terakhir supaya memperoleh berkat dari doa
ini". ( Beato Alan de la Roche, De Dignitate Psalterii, Bab LXIX ).
Semuanya ini lebih mendesak untuk dilaksanakan karena ia telah sekarat di ranjang sakit dan
telah mengalamai gelisah maut selama beberapa tahun sebelum ia meninggal.
Michel de Lisle, Uskup dari Salubre, murid dan rekan kerja Beato Alan dalam upaya pemulihan kemabli Rosario Suci,
mengatakan bahwa Salam Malaikat adalah obat bagi semua penyakit yang kita derita sejauh kita mendaraskannya dengan penuh
khidmat dalam penghormatan akan Bunda Maria.
St. Louis Marie de Montfort
kembali ke awal
I AM NOT ASHAMED
Taken from http://www.petersvoice.com/mallon/column4.htm
"Those who commit these types of scandals are guilty of the spiritual equivalent of
murder by destroying other people's faith in God by their terrible example. But I'm
here among you to prevent something far worse for you. While those who give scandal are
guilty of the spiritual equivalent of murder, those who take scandal-who allow scandals
to destroy their faith-are guilty of spiritual suicide." -Saint Frances de Sales
Like Saint Paul, "I am not ashamed of the Gospel" of Jesus Christ. Nor am I ashamed of the Church of Jesus Christ, the Roman
Catholic Church, the one true Church. Oh how politically incorrect! How "uninclusive!" Not at all. If I didn't
believe that the fullness of truth subsists in the Catholic Church, as Vatican II says, I wouldn't be a Catholic.
But I've been convinced. Is that a put-down of other religions? Not at all. I pay members of other
religions the same respect I expect them to pay me, that is, if they didn't believe their faith to be true why would they hold
it or belong to it.
That said, I've been reading in The Boston Globe and elsewhere about Catholics saying that they are ashamed to be Catholic because
of the recent scandals. I'm not ashamed of the Catholic Church in the least. The Catholic Church
didn't do these things, people disobeying the Catholic Church did them. And certainly Catholic teachings are
not responsible for these scandals, people disobeying Church teachings are.
All I can say to this attitude is, (and I'm sure all my priest friends will agree), if my faith depended on the sinlessness of
priests I'd be in big trouble. I have known cruel and vicious priests as well as men of great kindnesses.
John Geoghan was my parish priest when I was a kid, and I see the names of my schoolmates in the paper
as his victims. I am not a Catholic because of how priests behave. I've known some very holy priests, I've known
some very bad priests. Most are kind of a mixture of the two like the rest of us.
So some very bad priests committed some very evil crimes against God's precious little ones. And in dealing with it, Cardinal
Law, by his own admission, really bungled it. So I'm supposed to let that ruin my faith? Rubbish! My faith
is built upon the rock of Christ, who declared Peter to be the rock and built His Church upon him.
Peter, the first Pope. Peter who betrayed Jesus. Yes, that is my Church and the gates of hell will not
prevail against her. As we have seen the gates of hell will certainly try to prevail, but don't expect me to jump ship.
If every priest, God forbid, were on the road to hell, it would still remain my responsibility not to throw in the towel and follow them
there; but rather to get my soul to heaven by clinging to Christ. No one else is responsible for
my salvation. I depend on priests for the sacraments to help me get there but the rest is up to me. Jesus
and me. If a priest is a criminal or a pervert or a bad preacher or just plain ugly, I don't just
leave and go to some other Church. Catholics don't do that. I'm staying where the Eucharist is. Other Christian churches don't believe
what we Catholics do about the Eucharist.
When Jesus Himself preached about the Eucharist (My body is real food, my blood is real drink.) a bunch of His followers quit and
He didn't chase after them. When He asked the Apostles if they were leaving too, Peter, (thank God
for Peter) said "Where else are we to go? You have the words of eternal life." I have great respect for
other faiths, but they don't believe all the things Catholics believe, and I believe what the Church teaches.
I am proud of my Church for her teachings on contraception. I am proud of my Church for her teachings on abortion. I am proud
of my Church's teachings on sexual morality, because it gives us something to live up to not a pit to fall into. I
am proud of my Church's teaching on homosexuality, not because I "hate" or "fear" people but because there's
more to a person than their sexual attractions. I am proud of my Church's discipline of a celibate
priesthood, because it says there's more to life than sex. I'm proud of my Church's teachings on the male-only priesthood, because
priesthood is not the road to "empowerment" but to humility and service; something it's good to see men give their lives to these days.
For those who want these things there are plenty of groups who offer them with their blessing. No one is forced at gunpoint to
be or remain Catholic. But I am proud of my Church for standing firm and bending the knee to Christ alone
and not the loud and noisy demands of political correctness.
All priests sin. Surprise. Bishops, cardinals and popes too. (The pope goes to confession every week-do you think he needs to go more
than you do?) Some priests commit crimes. They should be brought to justice. Some priests commit abominations
and scandal. Jesus said, "Woe to him through whom scandal comes. It would be better for him
to be thrown into the sea with a millstone around his neck." So if you think you're angry, chew on that.
Sin happens. People do it. Sin ruins lives. Sin kills. It killed Christ. He rose from the dead. Happy Easter. Jesus forgives and
heals. He normally does it through His Church. And I'm not going to walk away from her. I'm with Peter. "Where
else are we to go, Lord? You have the words of eternal life."
John Mallon is contributing editor to Inside the Vatican magazine and an editorial consultant
and contributor to The Daily Oklahoman editorial page.
kembali ke awal
ORANG BILANG PASTOR...
Bila ia ditahbiskan terlalu muda, orang bilang:
"Masih bocah kok sudah disuruh jadi pastor."
Bila ia ditahbiskan sudah tua, orang bilang: "Dia jadi pastor 'kan karna nggak laku kawin."
Bila ia cukup ganteng, orang bilang: "Bego amat tuh cowok! Cakep-cakep kok jadi pastor. Kenapa nggak kawin saja ya? Gue juga
mau sama kamu?!"
Bila wajah tidak mendukung, orang bilang: "Memang lebih baik jadi pastor saja, daripada frustasi tidak ada yang mau."
Bila ia terlalu rajin berdoa, orang bilang: "Kok seperti orang Parisi saja!"
Bila ia kurang saleh dan tidak nampak berdoa, orang bilang: "Di khotbah dia menyuruh berdoa, dia sendiri tidak menghayati."
Kalau ia rapih berpakaian bagus, orang bilang: " Pastor kok seperti peragawan."
Kalau ia berpakaian seadanya orang bilang: " Sering tampil di muka umum, kok nggak bisa ngurus badan."
Kalau ia naik mobil, orang bilang: "Ia tak menghayati kaul kemiskinan."
Kalau ia sering jalan kaki nggak mau naik kendaraan, orang bilang: "Jadi pastor kaok tidak menghargai waktu."
Kalau khotbahnya banyak bicara tentang Tuhan, orang bilang: "Wah, bikin ngantuk."
Kalau khotbahnya membuat orang terpingkal-pingkal di gereja, orang bilang: "Melawak kok di mimbar gereja."
Kalau khotbahnya banyak memakai contoh hidup sehari-hari, orang bilang: "Sialan, pengakuan dosa gua dijadikan contoh
khotbah."
Kalau ia banyak bergaul dengan cowok-cowok, orang bilang: "Mentang-mentang jadi pastor lalu anti wanita."
Kalau ia suka bergaul dengan anak-anak, orang bilang: "Wah baik-baik sama anak
kecil biar bisa ndekati ibu dan kakaknya."
Kalau ia terlalu banyak bergaul dengan para pengsaha, orang bilang: "Mainnya kelas
atas nih ye..!"
Kalau ia suka bergaul dengan ibu-ibu, orang bilang: "Masa kecil kurang bahagia, mainnya sama ibu-ibu melulu. Masih pengin
ngempeng 'kali!"
Kalau ia hafal harga cat dan semen, orang bilang: "Pastor kok seperti pemborong."
Kalau ia tak tahu apa-apa tentang harga pasar, orang bilang: "Pastor kok tidak tahu menahu suka duka hidup umat."
Kalau ia makan cukup banyak, orang bilang: "Pastor kok nggak bisa nahan lapar."
Kalau ia makan terlalu sedikit, orang bilang: "Jadi pastor kok nggak menghargai masakan
umat."
Kalau ia suka berkunjung ke keluarga tertentu, orang bilang: "Pastor kok pilih kasih."
Kalau ia tak pernah mengadakan kunjungan umat, ia langsung diprotes: "Ngapain jadi pastor kalau kerjanya cuma ngendon di
pastoran."
Kalau ia berminat pada kegiatan sosial dan politik, ia dituduh komunis, ekstrim kiri
dan penganut theologi pembebasan.
Kalau ia ikut ME, Choice dan Kharismatik, orang bilang: "Moderen nih ye!"
Kalau ia tak ikut kegiatan apa-apa, orang bilang: "Pastor kok cuma tukang misa."
Kalau ia hafal judul-judul film termasuk semua tokoh sinetron dan telenovela, orang bilang: "Pastor kok terlalu duniawi."
Kalau ia sering ngantar rombongan jiarah ke Eropah, orang bilang: "Umat saja hidupnya kembang-kempis, dianya ke
luar negeri kayak ke Pasar Senen aja."
Kalau ia tak pernah ke luar negeri, orang bilang: "Kasihan, jadi pastor
di ikbukota kok picik dan kuper!"
Kalau ia tak pernah dipindah sejak tahbisan, orang bilang: "Dia memang kurang bisa
dipercaya menghadapi situasi dan lingkungan baru."
Kalau ia dipindah, orang bilang: "Ada apa ya, kok disuruh pindah sama Uskup?"
Kalau ia tak dikirim sekolah ke luar negeri, orang bilang: "Ya memang otaknya nggak nyampai buat belajar. Terang aja mentoknya
cuma jadi pastor paroki."
Kalau ia dikirim sekolah ke luar-negeri, orang bilang: "Biar saja dia pergi jauh demi keselamatan panggilannya."
Kalau ia sering pulang nengok orang-tua, dan famili-famili dekat, orang bilang: "Pastor kok masih mbok-mboken."
Kalau ia jarang menengok keluarga, orang bilang: "Masih punya perasaan nggak sih?!"
Kalau ia tidak merokok, orang bilang: "Sudah tidak kawin, nggak punya isteri, nggak merokok lagi, mau cari apa lagi dalam hidup ini?"
Oh...Pastor! Pantesan nggak pada mau
jadi
Pastor !
Diambil dari: Buku Perayaan Ekaristi keluarga
besar Unio KAJ - 10 Mei 1997
kembali ke awal
TERLAMBAT
Aku sedang sendirian di kapel mempersiapkan kursi untuk misa nanti malam ketika telpon
berdering. Kulihat nomor rumah singgah, pasti ada yang penting. Terdengar suara teman yang
mengatakan bahwa ibu tetangga depan rumah sudah meninggal. Aku terkejut. Setelah memberi
tahu beberapa hal yang perlu dia kerjakan terutama menjaga teman-teman di rumah singgah
agar tidak ribut dan besar bantuan yang perlu dia berikan, telpon kututup. Pikiranku berkecamuk.
Penuh penyesalan dan pengandaian.
Siang itu setelah mengurus sebuah keluarga yang akan pulang ke Atambua, aku ke rumah singgah. Aku ke rumah singgah hanya untuk
menunggu waktu keberangkatan ke Prigen. Rencanaku sore nanti akan memberi retret padasebuah kelompok. Ketika sedang mengobrol dengan
teman-teman soal latihan musik, seorang anak datang padaku dan mengatakan agar aku melihat ibudari tetangga depan yang sedang sakit.
Aku datang ke sebuah rumah kontrakan yang agak kecil. Rumah itu hanya terdiri dari dua ruang. Ruang pertama kamar tidur sekaligus
merangkap ruang tamu, sedang kamar belakang menjadi dapur dan kamar tidur juga. Tetanggaku langsung menceritakan bahwa ibunya sudah
dua hari ini sakit. Dia tidak mau makan dan berak darah. Katanya beberapa hari yang lalu dia makan sambal tempe.Tetangga ini tidak
mampu membawa ke dokter sebab tidak punya uang sama sekali. Maka ibunya tidak diberi obat apa-apa.
Aku minta seorang teman di rumah singgah untuk mengantar ke UGD nanti sore, sebab aku tidak membawa uang yang cukup. Aku hanya
membawa beberapa ribu saja. Aku telpon bendahara rumah singgah agar dia nanti sore datang ke rumah singgah dengan membawa uang untuk
berobat. Kulihat jam di dinding sudah hampir pukul 14.00. Aku pamit sebab sudah janjian dengan beberapa orang untuk berangkat retret.
Aku pun lalu pergi.Ternyata pukul 16 lebih ibu ini meninggal dunia. Jadi temanku belum sempat membawa ke UGD sebab bendahara rumah
singgah baru pulang dari kantor pukul 17.00. Terlambat!
Mendengar bahwa ibu ini meninggal aku jadi sedih. Kenapa tadi aku tidak telpon teman-teman yang mau retret. Mereka rata-rata punya HP.
Aku dapat mengatakan pada mereka agar menunggu sejenak, sebab aku sedang mengantar ibu ini ke rumah sakit. Pasti teman-teman juga maklum
dan lagi Prigen bisa kutempuh dalam waktu satu jam. Jadi masih ada waktu untuk persiapan disana. Seandainya ibu ini dibawa ke rumah
sakit mungkin masih bias tertolong, sebab kata tetangga depan rumah, bahwa sebetulnya dua hari yang lalu pegawai puskesmas sudah
menyarankan agar ibu ini opname dirumah sakit saja. Mengapa aku kuatir tidak membawa uang, sebab bukankah di rumah sakit ada ATM? Mengapa
aku tidak peka akan situasi seperti ini? Mengapa aku meremehkan nyawa seseorang?
Di depan tabernakel aku termenung seorang diri. Terbayang perumpamaanYesus tentang orang Samaria yang baik hati. Ya aku sering
membuat renungan dengan perikop ini, namun ketika berhadapan dengan kenyataan, aku tidak jauh berbeda dengan imam yang memilih jalan
lain agar dia bias cepat sampai ke rumah ibadat. Agar dia tetap tidak najis sebab terkena darah orang yang terluka. Namun dia
telah menyepelekan nyawa seseorang. Dihadapkan dengan kenyataan ini aku jadi malu melihat diriku sendiri.Aku telah menyepelekan nyawa
seseorang demi sebuah retret. Seandainya telat datang di rumah retret pun aku yakin semua peserta bisa maklum sebab nyawa seseorang
lebih penting dari sebuah acara perkenalan. Tapi mengapa tidak aku lakukan? Mengapa aku lebih mementingkan acara persiapan dibandingkan
nyawa seseorang. Mengapa aku tidak sadar bahwa dua hari tidak makan adalah sesuatu yang parah? Aneka pertanyaan muncul.Aneka
penyesalan pun datang.
Tidak tahan duduk di depan tabernakel aku berjalan ke lantai dua dimana teman-teman sedang sibuk mempersiapkan spanduk. Aku ceritakan
ini pada mereka. Sebetulnya dalam perjalanan tadi pun sudah kuceritakan bahwa ada seorang ibu yang sakit. Tapi hanya sepintas saja.
Mereka mencoba menghibur dengan mengatakan mungkin Yesus memang belum memberiku kesempatan untuk berbuat baik. Sambil berjalan kembali
ke kapel aku tersenyum kecut. Bagiku Yesus sudah datang dan memberi kesempatan tapi aku membutakan diri. Aku menutup pintu hatiku
dengan berbagai macam alasan yang masuk akal. Aku telah menumpulkan hati. Ternyata tidak mudah untuk menjadi orang yang seperti diharapkan
oleh Yesus, yaitu peka terhadap penderitaan sesama.
Yesus bersabda bahwa Dia akan datang seperti pencuri di tengah malam.Aku dituntut untuk berjaga-jaga. Aku harus siap menunggu kedatanganNya
kapan saja Dia mau. Tidak peduli siang atau malam. Aku sedang sibuk atau menganggur. Dia datang sesuka hatiNya. Aku hanya diminta
untuk berjaga.Dia sudah datang padaku tapi aku tidak siap. Aku terlelap oleh kepentinganku, sehingga Dia berlalu. Aku tidak berjaga-jaga.
Hiburan teman-temanku semakin membuatku gundah. Apakah ini teguran Yesus agaraku senantiasa siap menanti kedatanganNya?
Saat ini aku sedang mempersiapkan sebuah retret dengan tema yang membuatku bergidik yaitu “Mencari wajah Yesus dalam wajah orang
miskin”. Aku bersama teman-teman telah mempersiapkan retret kali ini dengan serius. Aku telah membaca beberapa buku yang bisa membantu.
Mendiskusikan bersama. Kami ingin agar akhirnya semua peserta akhirnya akan mampu menemukan wajah Yesus di dalam kaum miskin yang dilayaninya.
Ternyata Yesus ingin mengajarku terlebih dahulu. Dia ingin aku retret terlebih dahulu sebelum memberikan retret. Dia ingin agar
aku bergulat terlebih dahulu sebelum mengajak umat untuk bergulat. Dia telah mematahkan kesombonganku yang seolah-olah telah menemukan
wajahNya ditengah kaum miskin. Dia ingin agar aku menemukan diriNya di dalam tubuh orang miskin bukan hanya sekedar dari buku
dan teori, melainkan dari realita hidup yang nyata.
Kematian tetangga depan rumah memang sangat menyakitkan hatiku, namun aku yakin bahwa Yesus berniat mengajarku. Dia ingin agar
aku tidak hanya sekedar sharing dari buku melainkan dari realita hidup. Aku harap pengalaman ini semakin membuatku senantiasa berjaga.
Peka akan kehadiranNya yang nyata bukan hanya berteori.
salam, yang terlambat......
gani
kembali ke awal
KEMURAHAN HATI
Waktu sebuah angin topan menimpa sebuah kota kecil dekat-dekat sini, banyak keluarga mengalami musibah. Sesudah itu, semua surat kabar
lokal memuat banyak berita kemanusiaan yang menarik dengan liputan keluarga-keluarga yang paling menderita.
Di edisi Minggu, sebuah gambar khusus begitu menyentuh hatiku. Ada seorang ibu muda berdiri di depan sebuah rumah-mobil yang hancur,
raut wajahnya mencerminkan kesedihan yang begitu memelas. Seorang bocah laki-laki, sekitar 7 atau 8 tahun, berdiri di sampingnya,
matanya memandang ke bawah. Seorang gadis kecil sedang memegang erat-erat gaun ibunya, matanya memandang ke lensa kamera, lebar terbelalak
penuh kebingungan dan rasa takut.
Berita yang menyertai gambar itu memberikan nomor-nomor ukuran pakaian tiap anggota keluarga itu.
Perhatianku makin bertambah, aku mengamati ukuran-ukurannya hampir menyamai punya kami. Ini sebuah kesempatan bagus untuk mendidik anak-
anakku membantu mereka-mereka yang kurang beruntung dari anak-anakku. Gambar keluarga muda itu aku tempelkan pada lemari es, kuterangkan
bencana mereka itu pada putra-putra kembarku, Brad dan Brett, yang berumur 7 tahun, dan pada putriku Meghan yang baru berumur 3 tahun.
Aku berkata, "Kita ini punya begini banyak, mereka itu sekarang hampir-hampir tak memiliki apapun. Ayo, mari kita membagikan milik
kita dengan mereka." Aku bawa turun 3 kotak besar dari gudang bawah-atap yang lalu kutaruh di ruang keluarga. Meghan diam-diam mengamati
kedua kakaknya dan aku yang sedang mengisi salah satu kotak itu dengan makanan kaleng dan lain-lainnya yang tahan lama, juga sabun
dan kebutuhan kebersihan lainnya. Waktu aku memilah pakaian-pakaian, aku menyemangati putra-putraku untuk melihat-lihat mainan mereka dan
menyumbangkan apa yang kiranya sudah kurang digemari.
Si Meghan terus memandang, diam saja, saat mereka itu mulai menumpuk mainan maupun 'game' yang mau dibuang. "Nanti habis ini akan ibu bantu
carikan sesuatu untuk gadis kecil itu," kataku.
Bocah-bocah laki-laki itu mengisikan mainan-mainan yang mereka pilih untuk disumbangkan ke dalam salah satu kotak sedangkan aku mengisi
kotak ketiga dengan pakaian-pakaian. Meghan datang berjalan sambil mendekap erat-erat di dadanya, Lucy, boneka kainnya yang selain sudah
luntur, kucel bocel dan lusuh kumal namun begitu ia sayangi. Ia berhenti sejenak di depan kotak yang memuat mainan-mainan itu,
menempelkan wajahnya yang bulat kecil mungil pada muka lukisan Lucy yang datar ceper, memberinya sebuah ciuman selamat tinggal, lalu
menaruhnya dengan lembut di atas lain-lainnya.
"Lho, Sayang," aku berkata, "Lucy tidak perlu kau berikan. Itu kan kesayanganmu?" Meghan mengangguk dengan hikmat, matanya agak berkilau membasah dengan air
mata yang tertahan. "Lucy membuatku begitu bahagia, Bu
Mungkin nanti dia juga akan membuat gadis kecil itu bahagia sekali." Aku, yang semula maunya mengajar, malah mendapat pelajaran. Anak-anak laki-laki
itu telah melihat dan melongo, mulut terbuka, saat adik perempuannya meletakkan boneka kesayangannya ke dalam kotak. Tanpa sepatah kata,
Brad berdiri dan menghilang ke kamarnya. Ia muncul kembali dan membawa salah satu mainan tokoh aksi-aksian yang paling ia kagumi.
Terlihat ia agak ragu-ragu, maju-mundur sambil menggenggam mainan itu, lalu ia melirik Meghan dan kemudian diletakkannya di kotak, di
samping Lucy. Sebuah senyum pelan-pelan melebar di muka Brett, lalu ia lompat berdiri, matanya bersinar-sinar saat ia lari pergi
mengambil beberapa buah mobil-mobilan dari kumpulan Matchbox yang ia begitu sayangi.
Begitu terkagum, aku menyadari bahwa merekapun juga menangkap isi makna sikap dan tindakan Meghan. Dengan menahan air
mata, aku merangkul ketiga anak-anakku dalam pelukanku. Dengan rasa menelan yang berat, aku memandangi Meghan agak lama, termenung
sebentar memikirkan bagaimana caranya aku bisa mengajar putra-putraku pelajaran yang Meghan baru ajarkan kepadaku, karena tiba-tiba saja
aku sadar bahwa setiap orang bisa memberikan apa saja yang memang mau dibuang.
Kemurahan hati yang sejati ialah bila memberikan apa yang justru paling kau sayang dan hargai. Kebajikan murni sejati dan jujur ialah
di saat gadis umur tiga tahun mengorbankan boneka tersayangnya, meskipun sudah kumal, kepada seorang gadis kecil lainnya yang tak ia
kenal, dengan harapan bahwa itu akan membawa kadar kebahagiaan yang sama seperti yang ia terima.
Dengan mengambil contoh dari si kecilku, aku mengambil kembali jaket coklatku berjumbai-jumbai yang lama dari
kotak pakaian. Aku ganti itu dengan jaket baru berwarna hijau-pemburu yang baru kutemukan minggu lalu waktu ada obral. Aku harap wanita
muda di gambar itu akan menyukainya sama seperti aku.
("True Generosity" by Elizabeth Cobb)
kembali ke awal
KATAKESE IMAN KATOLIK
APAKAH TUJUAN HIDUP MANUSIA?
Kita diciptakan untuk menikmati kebahagiaan yang sempurna bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Kebahagiaan yang sempurna hanya dapat ditemukan dalam hidup,
cinta dan kebenaran yang sempurna, yang adalah Tuhan. Kebahagiaan tidak tergantung pada harta benda duniawi yang sifatnya sementara serta tidak
sempurna (Luk 12:15), kepuasan hawa nafsu (Peng 1:8) atau persahabatan manusia, tetapi hanya dalam persahabatan yang sempurna serta abadi dengan Allah.
“Carilah dahulu Kerajaan Allah” (Mat 6:33). “Hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam Dikau,” ungkap St. Agustinus.
WAHYU ALLAH
Wahyu Allah adalah Sabda Allah. Yaitu kebenaran yang dinyatakan Tuhan kepada kita tentang Diri-Nya dan segala sesuatu yang perlu kita ketahui agar dapat
sampai ke Surga. Dua sumber Wahyu Allah adalah Kitab Suci dan Tradisi. (2 Tes 2:15).
TRADISI SUCI
Tradisi Suci adalah Sabda Allah yang diwariskan secara lisan dari Kristus kepada Para Rasul dan dari Para Rasul kepada Gereja (2 Tes 2:15, 1 Kor 11:2,
Mat 28:19). Tradisi ditemukan dalam Sahadat, dokumen-dokumen Konsili Gereja, serta tulisan-tulisan para Paus, para Bapa Gereja dan para Doktor Gereja (lih
juga 1 Kor 11:2, Gal 1:8-9, 2 Tes 2:15, 3:6, 2 Tim 1:13, 2:2, 3:14).
KITAB SUCI
Kitab Suci adalah Sabda Allah yang diwariskan secara tertulis. Di dalamnya terdapat sejarah karya keselamatan. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar” (2 Tim 3:16). Tuhan adalah satu-satunya Penyebab Kitab Suci.
SAHADAT PARA RASUL: RINGKASAN SINGKAT WAHYU
ALLAH Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi. Dan akan Yesus
Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan
oleh Perawan Maria. Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan,
wafat dan dimakamkan. Yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari
antara orang mati. Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa.
Dari situ la akan datang, mengadili orang yang hidup dan mati. Aku percaya akan Roh
Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan
badan, kehidupan kekal. Amin.
TEORI "SOLA SCHRIPTURA" (HANYA KITAB SUCI)
Gereja Katolik menolak teori “Sola Schriptura” karena Kitab Suci tidak dapat menafsirkan
dirinya sendiri (Kis 8:27-31, 2 Pet 1:20-21, 3:16). Kenyataan bahwa banyak gereja-gereja
Kristen yang saling tidak sependapat dalam masalah-masalah penting seperti aborsi, perceraian
dan pembaptisan bayi, sudah cukup membuktikan bahwa Kitab Suci tidak dapat berdiri sendiri
serta menjelaskan dirinya sendiri. Haruslah ada suatu wewenang khusus yang menafsirkannya.
Kita percaya bahwa Gereja diberi wewenang oleh Tuhan karena Kitab Suci menyebut Gereja
sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Tim 3:15). Tuhan membimbing Gereja untuk
menetapkan kitab-kitab mana saja yang merupakan bagian dari Kitab Suci pada Konsili di Kartago
pada tahun 396. Tuhan membimbing Gereja yang sama untuk menafsirkannya. Seorang umat Kristiani
dengan salinan Kitab Suci ditangannya tidak dapat menafsirkan doktrin (=ajaran) Gereja
bagi dirinya sendiri, sama seperti seorang warga negara dengan salinan Kitab Undang-undang
Negara di tangannya tidak dapat menafsirkan undang-undang tersebut tanpa bimbingan dari
Lembaga Negara. Teori “Sola Schriptura” tidak pernah diajarkan dalam Kitab Suci, tidak
pernah diajarkan oleh para rasul, dan tidak pernah ada hingga sebelum tahun 1500.
SIAPAKAH TUHAN ITU?
Tuhan adalah Bapa kita. (Yes 64:8) Tuhan adalah Pencipta kita (Kej 1:1) Tuhan adalah
Juruselamat kita. (Luk 1:47) Tuhan itu Kekal. (Mzm 90:2,4) Tuhan itu Maha Kuasa. (Luk 1:37)
Tuhan itu Maha Tahu. (1 Sam 2:3) Tuhan itu Maha Kasih (Mzm 136:1) Tuhan itu Maha Adil
(Mzm 119:7) Tuhan itu Maha Kudus. (Im 19:2) Tuhan itu Maha Esa. (Mrk 12:29,32) Tuhan
itu Bapa, Putera dan Roh Kudus. (Mat 28:19)
TRITUNGGAL MAHA KUDUS
Tritunggal Maha Kudus adalah suatu misteri. Kita hanya dapat memahami sebagian saja dari-Nya.
Tuhan adalah Satu Diri yang terdiri dari Tiga Pribadi. Diri adalah apa sesuatu atau
seseorang itu. Pribadi adalah siapa seseorang itu. Tuhan itu adalah Allah yang Satu, tetapi
Ia memiliki Tiga Pribadi Allah: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus (Mat 28:19, Kej 3:22).
YESUS KRISTUS
Yesus Kristus adalah Putera Allah yang kekal, Pribadi Allah yang Kedua dalam Tritunggal
Maha Kudus, Yang menjadi manusia demi keselamatan kita. Kematian-Nya melunaskan hutang dosa
kita, serta menjadikan kita layak memperoleh kehidupan kekal. “Dengan wafat-Nya, Ia membinasakan
kematian kita, dengan kebangkitan-Nya, Ia memulihkan hidup kita.” Yesus adalah sekaligus
Allah dan Manusia, sekaligus “Anak Allah” dan “Anak Manusia”. Kitab Suci mengajarkan
bahwa Kristus adalah Allah. (Yoh 20:28, Kol 2:9, Yoh 1:1, Yoh 5:18, Yoh 10:30).
ALLAH ROH KUDUS
Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang Ketiga dalam Tritunggal Maha Kudus. Kita Suci mengatakan,
“Roh Kudus adalah Allah” (Yoh 4:24, Kis 5:3-4, Kej 6:3). Roh Kudus adalah Roh Kebenaran
(Yoh 14:17). Roh Kudus dikaruniakan kepada mereka yang percaya kepada Yesus serta mentaati
segala perintah-Nya. (1Yoh 3:23-24, 1 Yoh 4:13, 1Kor 12:3, Kis 5:29-32).
7 KARUNIA DAN 9 BUAH-BUAH ROH KUDUS
7 Karunia Roh Kudus:
1. Hikmat
2. Pengertian
3. Nasehat
4. Keperkasaan
5. Pengenalan akan Allah
6. Kesalehan
7. Takut akan Allah (Yes 11:2,3)
9 Buah-buah Roh Kudus:
1. Kasih
2. Sukacita
3. Damai sejahtera
4. Kesabaran
5. Kemurahan
6. Kebaikan
7. Kesetiaan
8. Kelemahlembutan
9. Penguasaan diri (Gal 5:22-23)
MALAIKAT: UTUSAN ALLAH
Para malaikat adalah roh-roh yang melayani
(Ibr 1:14) yang diciptakan oleh Tuhan. Para
malaikat dapat menampakkan diri kepada manusia
dalam suatu penglihatan (Tobit 12:19) serta
digambarkan memiliki sayap (Kel 25:20, 37:9,
Yeh 10:5). Setiap orang mempunyai malaikat
pelindung untuk membantu melindunginya dari
bahaya jasmani maupun rohani (Kis 12:15,
Mat 18:10). IBLIS Iblis (Mat 4;1) diciptakan
sebagai malaikat baik, tetapi ia memilih
untuk berdosa melawan Tuhan (Yeh 28:12-19,
Yes 14:11-15). Ia memimpin pemberontakan
melawan Tuhan dan sebagian malaikat lain
mengikuti dia melawan Tuhan. Mereka itu disebut
setan (Why 12:7-9). (baca juga Pertempuran
Besar di Surga)
PENCIPTAAN DAN JATUHNYA MANUSIA DALAM DOSA
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi.” (Kej 1:1). Manusia adalah makhluk
hidup yang terdiri dari tubuh dan jiwa, dan
diciptakan menurut citra Allah (Kej 1:26,
2:7). Kejatuhan manusia adalah jatuhnya manusia
dari keadaan rahmat ke dalam dosa. Adam dan
Hawa adalah pria dan wanita pertama yang
diciptakan Tuhan. Mereka diciptakan dalam
keadaan rahmat (persahabatan) dengan Tuhan.
Mereka dicobai oleh iblis untuk tidak taat
kepada Tuhan (Kej 3) dan melakukan dosa pertama
(dosa asal). Karenanya, mereka kehilangan
persahabatan mereka dengan Tuhan dan diusir
dari Taman Eden ke dalam dunia dengan penderitaan
dan kematian bagi mereka serta keturunan
mereka (Mzm 51:7, Rom 5:12).
RAHMAT
Rahmat adalah karunia adikodrati dari Tuhan
yang diperlukan untuk memberi hidup baru
bagi jiwa - yaitu kehidupan Ilahi Allah sendiri.
Kita bertumbuh dalam rahmat melalui penerimaan
sakramen-sakramen, melalui doa, membaca Kitab
Suci dan melakukan tindakan-tindakan belas
kasih. Kita kehilangan rahmat jika kita berbuat
berdosa.
RAHMAT PENGUDUSAN Tanpa rahmat pengudusan kita tidak dapat
masuk surga. Rahmat pengudusan menjadikan
kita kudus dan berkenan bagi Tuhan. Dengan
dipenuhi rahmat pengudusan, kita menjadi
anak-anak Allah dan mendapat jaminan untuk
masuk surga.
RAHMAT AKTUAL
Rahmat aktual adalah rahmat khusus yang merupakan
karya Roh Kudus di dalam kita, yang mendorong
kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan
baik serta menolak godaan.*
DOSA
Dosa adalah tindakan memberontak melawan
kehendak Tuhan dan perintah-perintah-Nya.
“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus
berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya,
ia berdosa (Yak 4:17, 1Yoh 3:4). Ada perbedaan
dalam bobot dosa. (Mat 5:19, Yoh 19:11) DOSA
ASAL Dosa asal adalah dosa leluhur pertama
kita, yang menyebabkan kita kehilangan rahmat
dan persahabatan dengan Tuhan. Dosa asal
mengakibatkan melemahnya kehendak baik kita
sehingga lebih sulit bagi kita untuk melakukan
yang baik serta menghindari yang jahat (Kej
3, Mzm 51:7). DOSA BERAT Dosa berat menyebabkan
jiwa kehilangan rahmat pengudusan. Mereka
yang meninggal dengan dosa berat tanpa pertobatan
dalam jiwanya, tidak dapat masuk surga (1Yoh
5;16-17, Yoh 15:6). Suatu perbuatan merupakan
dosa berat jika dipenuhi secara serentak
tiga persyaratan berikut: Materi berat sebagai
obyek - pikiran, perkataan, tindakan atau
pun kelalaian yang harus merupakan atau diyakini
sebagai kesalahan yang amat berat. (Luk 12:47-48,
Kej 20:1-8), Persetujuan yang telah dipertimbangkan
- pelaku memiliki pengetahuan penuh akan
kesalahan besar tersebut (berpikirlah terlebih
dahulu sebelum melakukannya), Penuh kesadaran
- secara sukarela memilih untuk berbuat dosa.
DOSA RINGAN
Dosa ringan adalah dosa yang tidak menyangkut
masalah berat, atau dosa di mana salah satu
dari ketiga persyaratan dosa berat tidak
terpenuhi.
PELUANG DOSA
Kesempatan/peluang dosa adalah orang, tempat
atau pun barang yang dapat menjerumuskan
kita ke dalam dosa (Mat 5:29-30, Ams 4:14-15,
Sir 9:3-13).
GEREJA: TUBUH KRISTUS
Gereja adalah: Persekutuan para kudus (Ibr
10:25), Tubuh Kristus (Ef 1:23, 1Kor 12:27)
dan Keluarga Allah (Ef 3:15).
EMPAT SIFAT GEREJA
Satu semua anggotanya percaya akan satu iman
dalam bimbingan Bapa Suci (Ef 4:4-6, Yoh
17:21). Kudus karena ajaran-ajarannya, sakramen-sakramennya
dan pendirinya, Kristus, adalah kudus. Katolik
diutus oleh Kristus kepada seluruh umat manusia.
Apostolik dibangun atas dasar para Rasul
(Ef 2:20, Why 21:14).
PAUS
Kata Paus berarti “Bapa”. Paus adalah Kepala
Gembala Gereja, guru dan pimpinan tertinggi.
Paus memiliki Wewenang Mengajar Gereja yang
sifatnya tidak dapat sesat (infallibilitas)
dalam masalah-masalah iman dan susila. Paus
tidak membuat wahyu baru, melainkan mengajarkan
wahyu yang berasal dari Kristus dan para
Rasul. Paus bukanlah seseorang yang tidak
dapat berdosa. Umat Katolik percaya kepada
Paus karena beliau ditunjuk oleh Kristus.
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang
ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam
maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:17-19)
“Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu
jangan gugur." (Luk 22:31-32) Kristus
menamakan Petrus “Kefas”, yang dalam bahasa
Ibrani berarti “wadas”. “Kepadamu akan Kuberikan
kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang
kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di
sorga." (Mat 16:19) “Kunci” melambangkan
kuasa (Yes 22: 15-25, Why 1:18). Yesus mengatakan
kepada Petrus, “Gembalakanlah domba-domba-Ku."
(Yoh 21:15-17) yang artinya “ajarlah gereja-Ku.”
Yesus menunjuk Petrus sebagai Kepala Gembala
Gereja-Nya. Kristus adalah Kepala Gereja
yang tidak kelihatan, Paus adalah Kepala
Gereja yang kelihatan. Kitab Suci mencatat
bahwa perselisihan pertama mengenai ajaran
gereja diselesaikan dalam Konsili Gereja
(Kis 15) yang dipimpin oleh Paus pertama
(Kis 15:7). Kisah tersebut merupakan contoh
biblis tentang penyelesaian suatu perselisihan
mengenai ajaran gereja. Petrus selalu ditempatkan
pada urutan pertama dalam setiap daftar Para
Rasul (Mat 10:1-4, Mrk 3:16-19, Luk 6:12-16,
Kis 1:13), yang pertama melakukan mukjizat
dalam nama-Nya (Kis 3:6-7), dan yang pertama
mewartakan Injil (Kis 2:14).
SANTA PERAWAN MARIA: HAWA BARU
Maria disebut sebagai yang Dikaruniai (Luk
1:28), yang Diberkati dan yang Berbahagia
(Luk 1:42,48), Perawan (Mat 1:23), Bunda
Yesus (Kis 1:14) dan Bunda Allah. Kitab Suci
menyebut Kristus sebagai Adam baru: “Karena
sama seperti semua orang mati dalam persekutuan
dengan Adam, demikian pula semua orang akan
dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan
Kristus.” (1Kor 15:22) Bapa-bapa Gereja menyebut
Maria sebagai Hawa Baru (Kej 3:15). Sama
seperti melalui Hawa maut datang, demikian
pula melalui Maria hidup datang. Malaikat
yang memberontak memperdayai Hawa, seorang
perawan (Kej 3:4); Hawa tidak taat kepada
Tuhan dan membawa maut ke dalam dunia. Malaikat
Allah menyampaikan kabar gembira kepada “seorang
perawan - nama perawan itu Maria” (Luk 1:27);
ia taat kepada Tuhan dan membawa hidup ke
dalam dunia. Tuhan menggunakan sarana yang
sama, dengan yang digunakan iblis untuk menjatuhkan
kita ke dalam dosa, sebagai sarana keselamatan
kita. Dua anak Allah - Adam (Luk 3:38) dan
Kristus, dua perawan tak berdosa - Maria
dan Hawa, dua pohon - pohon pengetahuan dan
salib, dua malaikat - Iblis dan Gabriel.
MARIA BUNDA ALLAH
Maria adalah Bunda Allah karena ia melahirkan
tubuh dan jiwa Yesus, yaitu manusia Yesus
Kristus, yang adalah Allah. (Luk 1:43, Yoh
20:28). Maria adalah bunda rohani kita (Yoh
19:25-27, Kej 3:20).
YANG DIKANDUNG TANPA DOSA
Immaculata Conceptio berarti bahwa Maria
dikandung tanpa dosa. Hal ini dimaksudkan
untuk mempersiapkan Maria dalam perannya
yang istimewa sebagai Bunda Allah, sehingga
dosa asal (Mzm 51:7) tidak akan diwariskan
kepada Yesus atau dosa tersebut ada ketika
Maria mengandung dari Roh Kudus (Luk 1:26-38,
Mat 1:18-20). Tuhan berkenan untuk mengantisipasi
jasa-jasa Yesus Kristus ke dalam jiwa Maria
pada saat ia dikandung serta membebaskannya
dari dosa asal.
MARIA TETAP PERAWAN SELAMANYA
Maria disebut perawan selamanya karena ia
adalah seorang perawan sebelum, maupun sesudah
kelahiran Kristus (Luk 1:34, Yes 7:14).
MARIA DIANGKAT KE SURGA
Maria diangkat, tubuh serta jiwanya, ke surga.
Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu
alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai
Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang
telah mengalahkan dosa dan maut (LG59). Terangkatnya
Perawan Tersuci adalah satu keikutsertaan
yang istimewa pada kebangkitan Puteranya
dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga
Kristen yang lain.
PERANTARAAN MARIA
Umat Katolik menyembah hanya Tuhan, tetapi
menghormati Maria sebagai Bunda rohani (Why
12:1-17, Yoh 19:26-27). Maria adalah ciptaan,
bukan pencipta. Namun demikian, Maria adalah
Bunda Allah (Luk 1:43, Yoh 20:28). Maria
adalah bunda kita, dan Ratu Surga. “Sesungguhnya,
mulai dari sekarang segala keturunan akan
menyebut aku berbahagia.” (Luk 1:48) Tuhan
memberi perintah kepada kita “Hormatilah
ayahmu dan ibumu” (Kel 20:12). Penghormatan
yang kita berikan kepada Maria, Bunda rohani
kita, sama sekali tidak mengurangi sembah
sujud kita kepada Tuhan. Sesungguhnya, hal
tersebut sesuai dengan kehendak Allah yang
kudus. Kita, yang adalah anak-anak Allah,
menghormati Maria yang dihormati oleh Putera
Allah. Kristus adalah satu-satunya pengantara
kita (1 Tim 2:5-6) dengan Tuhan, tetapi Maria
dapat mendoakan kita kepada Puteranya, Yesus.
Yesus melakukan mukjizat pertama-Nya atas
permintaan bunda-Nya (Yoh 2:1-12). Sama seperti
kita dapat meminta anggota-anggota gereja
di bumi untuk mendoakan kita (1Tim 2:1, 2
Tim 1:3), demikian pula kita dapat meminta
anggota-anggota gereja di surga untuk mendoakan
kita (Why 5:8, Why 8:3, Mat 22:31-32). Sama
seperti seorang seniman dihormati ketika
seseorang mengagumi karyanya, demikian juga
Tuhan dihormati ketika kita menghormati Maria.
Tuhan mengasihi kita ketika kita menghormati
Maria sebagaimana seorang Bapa bersukahati
ketika puterinya dihormati. Segala penghormatan
yang kita persembahkan kepada Maria dipersembahkan
kembali kepada Tuhan, sebab kita menghormati
Maria karena apa yang telah dilakukan Tuhan
kepadanya, bersamanya, dan melaluinya. Ketika
kita menghormati Maria, kita menghormati
Tuhan.
PENGADILAN TERAKHIR
Langsung sesudah kematian, setiap jiwa disambut
dalam pengadilan pribadi oleh Tuhan. Pada
akhir jaman, Kristus akan kembali ke bumi
dan mengadilinya (Mat 25, Keb Sal 1-5). Ia
akan menegaskan kembali pengadilan khusus
yang kita terima pada saat kematian di hadapan
seluruh dunia. Pada waktu itulah semua orang
yang telah mati akan dibangkitkan kembali
(1 Kor 15).
SURGA
Surga adalah keadaan bersatu dengan Tuhan
dalam kebahagiaan abadi bagi mereka yang
melakukan kehendak Tuhan di bumi dan meninggal
dalam keadaan rahmat. (Mat 25:21, Why 21:3-4).
NERAKA
Neraka adalah keadaan terpisah dari Tuhan
untuk selama-lamanya bagi mereka yang meninggal
dalam keadaan dosa berat dan dengan demikian
telah menolak kehidupan, kebenaran dan kasih
Tuhan. Dua hukuman utama neraka adalah “terpisah
dari Tuhan untuk selama-lamanya” dan “siksa
neraka” yaitu `api abadi' (Mat 25:41, Mrk
9:42-27, Luk 16:19-31, Mat 10:28).
API PENYUCIAN
Api penyucian adalah keadaan sementara di
mana jiwa-jiwa menyucikan diri sepenuhnya
untuk memperoleh kekudusan agar dapat masuk
surga. (2Mak 12:45, 1 Kor 3:11-15, Mat 5:23-26).
sumber : "MICRO CATECHISM: A Short Review
of the Catholic Faith with Scripture References"
by Father Peffley; Father Peffley's Web Site;
www.transporter.com/fatherpeffley disesuaikan
dengan: Katekismus Gereja Katolik edisi Indonesia,
Propinsi Gerejani Ende 1995, Percetakan Arnoldus
- Ende *tambahan keterangan: Pastor Ferry
Indrianto, SS.CC, Paroki St. Gabriel, Bandung
kembali ke awal
AKU ANAK SEORANG PSK
Malam semakin larut. Radio tetangga sebelah yang sepanjang siang sangat keras mendendangkan lagu-lagu dang dhut sudah lama
tidak berbunyi. Lorong rumah yang sehari-hari ramai oleh suara tangis anak, jeritan atau tawa mereka ditengah suara keras dari
ibu-ibu yang marah sudah lama menghilang.
Saat ini hanya sesekali terdengar suara derungan mesin sepeda motor yang melintasi jalan depan lorong.
Aku berusaha tidur. Mataku sudah kupejamkan sejak sore, tapi masih belum bisa terlelap juga.
Dua adikku sudah sejak tadi tertidur. Bahkan adikku yang paling kecil sudah ngompol sehingga aku harus menggantikan
celananya dan membersihkan plastik alas tidur agar air kencing itu tidak mengalir kemana-mana.
Rumahku hanyalah sebuah kamar ukuran 3X3 m. Aku tinggal bersama ibu dan kedua adikku yang masih kecil.
Dulu sebelum ayah pergi entah kemana, kami harus menempati kamar ini berlima. Kami semua tidur di lantai dengan beralaskan plastik.
Tidak ada tempat tidur atau meja. Kalau toh kami punya maka semua itu pasti tidak akan cukup untuk diletakan dalam ruang yang sempit ini.
Kami hanya mempunyai satu buah lemari kecil tempat pakaian dan rak tempat aku menyimpan semua buku pelajaran dan alat-alat rumah tangga
lain. Tidak jarang bukuku basah kena air yang menetes dari piring yang masih basah.
Ibu selalu melarangku untuk meletakan piring yang baru selesai dicuci di luar rumah, sebab kemungkinan besar akan hilang.
Rumah ini sempit dan pengap. Tidak ada jendela. Hanya ada sebuah pintu. Rumahku adalah salah satu dari 5 rumah lain yang berderet.
Antar rumah hanya dibatasi oleh sebuah dinding triplek tipis, sehingga apa yang terjadi di sebuah rumah pasti akan didengar dan ketahui
oleh tetangga sebelah. Di hadapan rumahku juga ada 5 rumah lain yang berderet. Kami dipisahkan oleh sebuah lorong sempit.
Perumahan ini tidak bedanya dengan kandang ayam yang pernah aku lihat di rumah tetangga yang mempunyai banyak ayam jantan.
Kurangnya ventilasi dan banyaknya barang yang berjejal dalam rumah membuat rumahku menjadi pengap. Ini juga terjadi pada rumah para
tetangga. Semuanya pengap. Bau ompol, asap kompor, pakaian kotor, dan keringat semua bercampur menjadi satu. Apek.
Kulihat jam kecil di atas lemari pakaian sudah menunjukan hampir pukul 2 dini hari.
Jam itu merupakan pemberian dari seseorang sebab aku bisa menggambar dengan bagus.
Katanya aku mempunyai bakat menggambar. Padahal menurutku gambaranku biasa saja. Mungkin orang itu ingin memberi tapi menggunakan
cara lomba. Ah terserahlah! Yang penting aku mempunyai jam, sehingga bisa tahu waktu. Biasanya jam segini ibu pulang.
Aku kadang terbangun ketika ibu membuka pintu yang tidak terkunci. Kadang wajah ibu tampak tersenyum melihat kami tidur berdesakan
diantara lemari dan peralatan dapur. Tapi tidak jarang juga wajah ibu terlihat lelah dan suntuk.
Ibu memang bekerja malam hari. Dia berangkat ketika adzan mahgrib di mushola sebelah mulai berkumandang.
Aku tidak tahu apa pekerjaan ibu yang sesungguhnya. Jika aku bertanya apa yang dilakukan ibu pada malam hari,
dia tidak pernah menjawab dengan memuaskan. Ibu hanya mengatakan bahwa dia bekerja untuk menghidupi kami. Tidak perlu tanya apa
pekerjaannya! Bagi ibu yang penting ada uang untuk bertahan hidup. Aku tidak berani bertanya lagi.
Aku akan melanjutkan bermain atau belajar. Tetapi sudah sering kudengar dari para tetangga bahwa ibuku bekerja
sebagai pekerja seks di tepi jalan. Katanya pernah ada tetangga yang melihat ibu sedang berdiri di tepi jalan bersama
dengan pekerja seks yang lain.
Pekerjaan ibu ini membuat banyak tetangga mencibirkan bibir melihat keluarga kami. Kadang kalau adikku bertengkar dengan anak tetangga,
maka orang tuanya marah dan mengatakan, "pantas saja anak ini nakal sebab ibunya adalah seorang pelacur." Atau kalimat pedas lainnya.
Kenakalan adikku atau kenakalanku selalu dikaitkan dengan pekerjaan ibu sebagai seorang pelacur. Aku sakit hati kalau mendengar
perkataan itu, tapi aku tidak bisa membela diri. Kadang aku bertengkar dengan anak tetangga bukan akibat kesalahanku, tapi mereka
selalu menyalahkan aku, sebab aku anak seorang pelacur. Apakah seorang anak pelacur selalu salah? Apakah aku tidak bisa menjadi diriku
sendiri tanpa harus dikaitkan dengan pekerjaan ibu? Apakah akibat ibu bekerja sebagai pekerja seks maka aku dan adikku menjadi nakal?
Apakah kalau orang tuanya bekerja sebagai buruh anaknya tidak akan nakal? Masih banyak pertanyaan yang tidak mampu kujawab dalam usiaku
saat ini.
Aku jarang bertemu dengan ibu, sebab ketika ibu di rumah aku dan adikku sekolah. Siang hari kebanyakan ibu tidur, sebab kecapekan kerja
malam dan mempersiapkan makanan untuk hari ini. Aku tidak mau mengganggu jika ibu sedang tidur. Aku sering membayangkan belajar malam
hari dibantu oleh ibu. Aku ingin bermain seperti teman-teman yang lain tanpa harus diganggu oleh adikku yang paling kecil. Saat ini aku
tidak bebas bermain sebab harus mengasuh dan merawat adikku yang baru berusia 3 tahun. Kata ibu aku sudah besar maka harus
bertanggungjawab terhadap isi rumah termasuk menjaga adik-adikku. Kadang aku jengkel dengan situasi hidup ini. Jika sudah demikian
maka aku akan menyalahkan bapakku yang pergi begitu saja. Pergi meninggalkan kami dalam keadaan miskin sehingga hanya menjadi bahan
ejekan para tetangga.
Aku benci pada bapakku, tapi sering kali aku juga merindukan kehadirannya. Bapak dulu bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik.
Kehidupan kami tidak seburuk seperti saat ini. Meski rumah kami tetap kontrakan seperti ini, tapi tidak ada tetangga yang mengejekku.
Aku masih mempunyai harga diri. Aku bisa bermain dan belajar dengan tenang, sebab ada ibu yang menjaga adik. Kalau aku bertengkar
dengan anak tetangga masih ada bapak yang membelaku. Tapi kini semua itu sudah berlalu. Sejak di PHK bapak tampak kalut. Dia suka
mabuk dan main judi dengan harapan akan menang besar. Kadang bapak menang judi, tapi uang itu akan cepat habis di meja judi lagi.
Akhirnya ibu dan bapak sering bertengkar. Hingga suatu saat bapak pergi dan tidak kembali lagi. Kepergiaan bapak menjadi bahan
gunjingan para tetangga. Semua tetangga menyalahkan ibu yang suka marah. Apalagi setelah ibu menjadi pekerja seks, maka semua tetangga
semakin menyalahkan ibu sebagai perempuan nakal. Perempuan yang tidak baik, sehingga ditinggalkan bapak. Padahal bagiku bapaklah
yang salah. Ibu menjadi pekerja seks sebab dia tidak mempunyai apa-apa. Dia tidak mempunyai ijasah atau ketrampilan yang bisa
digunakan untuk mencari uang. Aku yakin menjadi seorang pekerja seks bukan pilihan ibu, tapi sebuah keterpaksaan.
Jika ada pilihan pekerjaan lain, aku yakin ibu pasti akan meninggalkan pekerjaan itu.
Dulu pernah ibu diberi modal oleh seseorang untuk membuat kue. Tapi hasil jualan tidak cukup untuk hidup. Untuk makan kami
bertiga dan biaya sekolah. Apalagi bila kue itu tidak laku, maka ibu tidak mempunyai uang sama sekali. Hal ini sering terjadi.
Pernah ada orang mengatakan ibu kurang bersemangat berjualan dan hanya mencari enaknya saja. Aku tidak setuju pendapat ini! Aku lihat
sendiri ibu selalu bangun pada dini hari lalu membuat kue dan memasarkan di pasar yang tidak terlalu jauh dari rumah kami. Siang hari
baru ibu pulang dengan membawa bahan untuk membuat kue dan bahan makan kami. Pekerjaan ibu belum selesai. Sore hari ibu mulai
membuat kue sampai malam, sehingga esok pagi tinggal menggoreng. Maka tidak jarang ibu mengeluh sangat capek sekali. Tapi perjuangan
ibu untuk menghidupi kami bertiga masih tidak dihargai oleh tetangga. Mereka masih mencap bahwa ibu seorang pemalas yang hanya ingin
hidup enak tanpa berjuang.
Aku bangga dan sangat mencintai ibu, meski ibu bekerja sebagai pekerja seks. Tanpa ibu aku dan kedua adikku sudah lama kelaparan.
Siapa yang akan peduli dengan kami? Para tetangga yang mencela pekerjaan ibu pun tidak pernah memberi kami barang semangkuk sayur,
meski mereka melihat kami hanya makan nasi dan kerupuk. Mereka memang hanya mencela saja, tapi tidak peduli dengan kami. Oleh karena
itu ibu sering menasehati agar aku tidak perlu mendengarkan omongan para tetangga, sebab mereka hanya bisa berbicara dan mencela.
Jam sudah menunjukan hampir pukul 3 dini hari. Pintu rumah berderit pelan. Kulihat ibu masuk dengan berhati-hati agar tidak
membangunkan kami. Ibu tersenyum ketika melihat aku memandangnya. Ibu keluar lagi ke kamar mandi. Tidak lama ibu sudah tidur
disisiku. Aku peluk ibu dengan penuh kasih. Bau wangi parfum yang menyengat masih melekat bercampur bau rokok. Aku tidak peduli.
Dia adalah ibuku meski seorang pekerja seks.
salam
gani
kembali ke awal
|